BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

dokumen-dokumen yang mirip
Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadiannya. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan manusia dalam kehidupan untuk menghadapi perkembangan zaman. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu mata pelajaran di 1

2 sekolah yang dapat mengajak siswa untuk mengasah kemampuannya adalah matematika. Di samping itu, matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Turmudi (2009:20-21) kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang sangat mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebutuhan ini akan meningkat secara terus menerus. Berikut beberapa contoh kebutuhan matamatika tersebut, antara lain adalah: (1) matematika untuk kehidupan, (2) matematika merupakan bagian dari warisan budaya, (3) matematika diperlukan di dunia kerja, (4) matematika untuk masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi. Untuk dapat memfasilitasi keadaan di atas, Turmudi (2009:21-22) berpendapat kiranya kita bisa berharap bahwa di dalam kelas matematika hendaknya para siswa dapat didorong untuk berbuat sebagaimana hal-hal berikut: (1) para siswa berpikir bagaimana mereka memberikan atau membuat dugaan sementara dari suatu gejala atau situasi, (2) para siswa melakukan pengamatan dan penyelidikan untuk memberikan jawaban atas dugaan yang dirumuskan atau dugaan yang diberikan, (3) para siswa melakukan kegiatan pembuktian terhadap dugaan-dugaan yang diberikan, (4) para siswa melakukan diskusi sebagai wujud dari komunikasi, (5) para siswa mencoba mengaitkan matematika sebelumnya dengan matematika yang sedang didiskusikan sebagai

3 wujud bentuk connection sedemikian sehingga para siswa menyadari akan kaitan-kaitan yang sangat erat antara topik sebelumnya dengan topik yang sedang dibahas, (6) para siswa mencoba menyakinkan kepada siswa lainnya tentang gagasan-gagsan matematika yang diyakininya dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima akal pikirannya. Dari keenam hal yang diungkapkan Turmudi tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pembalajaran matematika di kelas, siswa harus lebih aktif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Dari pentingnya matematika tersebut di atas, maka matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang harus diajarkan kepada siswa di sekolah. Matematika diajarkan kepada semua siswa untuk melatih siswa agar mampu berpikir jelas dan logis sehingga dijadikan sarana dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi yang lain memerlukan ilmu matematika yang sesuai. Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa masih belum maksimal. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Ma arif 2 Ponorogo yang dilaksanakan pada bulan maret didapatkan fakta bahwa siswa kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal, contohnya banyak siswa yang tidak mau mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan kalau tidak dipaksa oleh guru. Selain itu dalam wawancara tersebut guru mengungkapkan nilai hasil belajar matematika siswa masih rendah, ditandai dengan hanya ada 50% dari jumlah siswa di kelas yang mencapai nilai minimal atau KKM pada pelajaran matematika.

4 Selain dari hasil wawancara, juga telah dilaksanakan observasi di kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo pada bulan maret. Dari hasil observasi tersebut peneliti menemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran matematika, diantaranya adalah dalam pembelajaran matematika sehari-hari guru masih menjadi pusat pembelajaran. Pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru, dan siswa hanya belajar dengan terpaku oleh penjelasan dari guru sehingga menyebabkan siswa pasif dan kurang mandiri dalam belajar. Dari masalah yang timbul karena pembelajaran yang masih bersifat konvensional tersebut menyebabkan siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran matematika yang diberikan, perhatian siswa terhadap pelajaran menjadi kurang, siswa juga enggan mencatat bahan pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Ini terlihat ketika guru menjelaskan materi banyak dijumpai siswa yang terlihat asik mengobrol dengan temannya dan beberapa siswa juga terlihat asik dengan kegiatannya sendiri yang tidak relevan dengan pembelajaran. Hal lain yang tampak ketika observasi adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika masih rendah, mereka jarang sekali terlibat kegiatan fisik, kegiatan psikis dan jarang sekali terlihat komunikasi didalam pembelajaran tersebut. Siswa masih enggan bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya tentang materi yang disampaikan, pada waktu pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, namun sedikit sekali diantara mereka yang mengajukan pertanyaan, ketika guru bertanya kepada siswa hanya ada satu dua siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru dengan benar. Dan ketika guru memberi latihan soal dan

5 disuruh mengerjakan ke depan hanya sedikit siswa yang berani maju mengerjakan di depan. Selain itu masalah lain yang terlihat pada saat observasi adalah keaktifan siswa dalam memecahkan masalah atau mengerjakan soalsoal matematika masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa cenderung menghafal rumus, bukan memahami bagaimana rumus itu ditemukan, sehingga ketika diberikan soal yang bervariasi siswa kesulitan untuk menyelesaikannya. Selain hal tersebut di atas menurut pengakuan beberapa siswa, mereka juga menganggap matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dan menakutkan. Untuk menunjang proses pembelajaran yang baik, maka diperlukan metode pembelajaran yang baik pula, yaitu metode pembelajaran yang menyenangkan dan mampu membuat siswa tertarik untuk terlibat lebih aktif dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran yaitu metode Make A Match. Metode Make A Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Make A Macth merupakan teknik belajar mengajar mencari pasangan dengan menggunakan kartu. Make a macth pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Rusman, 2012:223). Menurut Huda (2013: 251) tujuan dari metode pembelajaran Make A Match antara lain adalah untuk pendalaman materi, penggalian materi dan edutaiment. Huda juga menyebutkan kelebihan metode ini antara lain: 1) dapat

6 meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur permainan, maka metode ini menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Dari masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mencoba mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. Rendahnya perhatian siswa kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo dalam mengikuti proses belajar matematika. 2. Dalam pembelajaran matematika sehari-hari guru masih menjadi pusat pembelajaran, sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. 3. Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa masih enggan bertanya kepada guru atau berdikusi dengan temannya, kurang aktif menyelesaikan soal-soal yang ada karena siswa cenderung menghafal rumus, bukan memahami bagaimana rumus itu ditemukan, sehingga ketika diberikan soal yang bervariasi siswa kesulitan untuk menyelesaikannya. 4. Beberapa siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit. 5. Rendahnya hasil belajar matematika siswa Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yaitu memperoleh nilai dibawah 65 untuk pelajaran matematika.

7 Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran yaitu metode Make A Match untuk pembelajaran matematika di kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo. Tujuannya adalah apakah dengan metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika. Penulis memilih metode ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu karena di dalam metode ini ada unsur permainan maka metode ini bisa menjadikan pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Metode ini dipilih juga untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang masih minim. Maka peneliti merasa tertarik untuk bekerjasama dengan guru matematika di SMP Ma arif 2 Ponorogo untuk menerapkan pembelajaran dengan metode Make A Match melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Hasil belajar Matematika melalui Metode Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Sebelum menentukan rumusan masalah peneliti terlebih dulu mencari akar masalah dalam penelitian ini agar penelitian bisa berjalan efisien. Akar masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Rendahnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung, karena model pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional, pembelajaran masih terpusat kepada guru sehingga siswa cenderung pasif dan malas berpikir.

8 2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo yaitu di bawah KKM. Selanjutnya kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan digunakan. Merujuk akar masalah di atas, akan dikaji beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan keaktifan siswa melalui metode Make A Match dalam proses pembelajaran matematika di Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui metode Make A Match dalam proses pembelajaran matematika di Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo melalui metode Make A Match. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa di Kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo melalui metode Make A Match. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika SMP Ma arif 2 Ponorogo dalam menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan keaktifan dan hasil belajar siswa.

9 2. Bagi siswa Dengan penerapan Metode Make A Match diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMP Ma arif 2 Ponorogo dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan tentang pembelajaran matematika yang mengarah pada pengembangan keaktifan siswa dan peningkatan hasil belajar matematika siswa, serta sebagai bekal bagi masa depan sebagai seorang calon pendidik (guru). 4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di sekolah, baik untuk pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya. E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini ruang lingkup dan keterbatasan penelitian antara lain adalah: 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Make A Match. 2. Pokok bahasan yang digunakan adalah keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat. 3. Penilaian hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dan ranah afektifnya saja, karena pokok bahasan atau materi yang digunakan tidak cocok untuk penilaian ranah psikomotorik siswa hal ini didasarkan pada pendapat Setiawan (2008:84) bahwa untuk mata pelajaran matematika penilaian praktik (psikomotorik) kurang dominan, karena hanya sebagian kecil saja KD yang dapat dinilai praktiknya.

10 4. Obyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas VII SMP Ma arif 2 Ponorogo. F. Definisi istilah atau Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran yang berbeda terdahap penelitian ini, maka peneliti perlu mendefinisikan istilah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peningkatan adalah suatu proses usaha menaikkan atau merubah prestasi belajar matematika menjadi lebih baik dengan dilihat pada peningkatan hasil belajar matematika siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat jika terjadi kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklusnya dan bila siswa mengalami peningkatan pada kemampuan afektifnya. Keaktifan meningkat bila rata-rata persentase keaktifan siswa pada setiap siklusnya meningkat. 2. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan. 3. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang (siswa ) di dalam proses belajar mengajar setelah diadakan evaluasi. Hasil belajar ini meliputi ranah kognitif dan ranah afektif. 4. Metode Make A Match adalah metode pembelajaran mencari pasangan dengan menggunakan kartu. Metode ini merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran kooperatif. Penerapan metode ini dimulai dari siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum

11 batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.