BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BA B II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah

DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa, pembelajaran kooperatif make a match ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok. Menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Teknik metode make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) yang merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode make a match memberikan manfaat bagi siswa diantaranya sebagai berikut: a. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. c. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal. 2.1.2. Langkah Langkah Make a Match Langkah-langkah metode make a match menurut Lorna Curran (1994) adalah: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu. c. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). e. Setiap peseta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Make a Match Adapun kelebihan dan kelemahan make a match menurut Lorna Curran (1994) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan a. Setiap siswa mendapat kesempatan memperoleh beberapa kartu soal satu jawaban dalam beberapa topik. b. Pemberian poin bagi pasangan yang saling menemukan sebelum waktu yang ditentukan menjadi hal menarik dan memberi semangat bagi siswa. 2. Kelemahan a. Tidak ada proses diskusi dan presentasi antar kelompok / pasangan. b. Perlu penyatuan yang cermat. 2.2. Belajar Menurut Sutikno (2004), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang dapat disebut belajar? Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Hakim (2002), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan, kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuannya.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Dari beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa belajar pada di di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. 2.2.1 Aktivitas Belajar Menurut Burtom (2007) menyebutkan, bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar teaching is the guidance of Definisi ini berimplikasi bahwa aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataannya di sekolah-sekolah sering guru yang aktif sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk aktif. Betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Aktivitas murid yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa

hal: 1) aktivitas visual seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi, 2) aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi, 3) aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan, 4) aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, melukis, 5) aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat. Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Agar siswa terlibat dalam proses pembelajaran, guru dapat: a) menyampaikan konsep berbasis pada penyelidikan, penemuan, atau percobaan, b) mengaitkan konsep yang dibahas dengan kehidupan keseharian siswa, c) member tugas yang berbasis pada pengelompokkan siswa, d) menciptakan model-model permainan untuk memperkuat pemahaman konsep (Depdiknas,2002). 2.2.2 Hasil Belajar Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri sendiri dan faktor yang datang dari luar diri sendiri atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri sendiri terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan besar sekali pengaruhnya terhadap kesuksesan belajar yang dicapai.

Menurut Clark (dalam Sudjana, 1981: 12) hasil belajar di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan dan 30% dipengaruhi oleh faktor dari luar diri sendiri yakni faktor lingkungan. Sedangkan Gagne (2008:3.5) mengemukakan adanya 5 jenis hasil belajar, yaitu 1) verbal informations (informasi verbal) yaitu kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali secara verbal pengetahuan atau informasi yang telah dimilikinya, 2) intellectual skills (kecakapan intelektual) menunujuk kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambing/simbol huruf, angka, kata, gambar. Cakupan dari kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan yang sangat sederhana sampai kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai kapasitas intelektual yang dimiliki seseorang, 3) cognitive strategis (strategi kognitif) menunjuk pada kemampuan mengatur cara/proses belajar dan mengelola mengorganisir proses berpikir dalam arti yang seluasluasnya. Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan jauh lebih efisien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep dan kaidah yang dimilikinya dibandingkan dengan seseorang yang tidak berkemampuan, 4) motor skills (keterampilan motorik) menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang dikemukakan oleh sistem saraf disertai

koordinasi yang memadai antara kerja otak dan proses psikologis yang mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antar berbagai anggota badan secara terpadu, dan 5) attitudes (sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan internal yang sangat berperan dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. 2.3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ditingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensip dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Umumnya para guru menyajikan IPS dengan kaku dan cenderung membosankan. Guru hanya menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku, sementara siswa diminta mendengar atau mencatat. Guru tidak mendorong siswa untuk menggali strategi sendiri. Dampaknya siswa hanya biasa mengungkap apa yang mereka terima dari guru (Marpaung : 2001).

Mempelajari IPS berarti mempelajari berbagai konsep dan proses yang berhubungan dengan IPS. Dalam mata pelajaran IPS, siswa secara bertahap dibimbing agar memiliki keterampilan dasar IPS yang digunakan untuk mengenal dan memahami berbagai konsep IPS. 1. Tujuan Pembelajaran IPS Mengacu kepada tujuan pembelajaran IPS yang tercantum di dalam standar isi dan standar kompetensi kelulusan, maka pembelajaran IPS dilakukan agar peserta didik dapat: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. c.memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,ditingkat lokal, nasional dan global. 2.4. Metode 2.4.1. Pengertian Metode Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat. Djamarah, mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yaitu : a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya. b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. c. Situasi berlainan keadaannya. d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya. e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda. 2.4.2. Ciri-ciri umum metode yang baik Kebaikan suatu metode terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Ciri dari sebuah metode yang baik, yaitu : a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat b. Bersifat luwes, fleksibel, dan memilih daya sesuai dengan watak siswa dan materi. c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis. d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi. e. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya. 2.4.3. Prinsip Prinsip Penentuan Metode

Prinsip yang mendasari urgensi metode dalam proses belajar mengajar, yakni : a. Prinsip motivasi dengan tujuan belajar. b. Prinsip Kematangan dan perbedaan individual. c. Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis. d. Integrasi pemahaman dan pengalaman. e. Prinsip fungsional. f. Prinsip menggembirakan. 2.4.4. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penetapan metode adalah : a) tujuan yang hendak dicapai, b) materi pelajaran, c) peserta didik, d) situasi, e) fasilitas, f) guru. 2.5. Hipotesis Tindakan Berdasarkan penelitian kajian pustaka di atas maka hipotesis tindakan ini adalah make a match, dengan mengikuti langkahlangkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Bandar