Pemodelan Perubahan Jaring Titik Kontrol Nasional Wilayah Provinsi Aceh Akibat Efek Coseismic Gempa Aceh Andaman 2004

dokumen-dokumen yang mirip
Implikasi Co-Seismic dan Post-Seismic Horizontal Displacement Gempa Aceh 2004 Terhadap Status Geometrik Data Spasial Wilayah Aceh dan Sekitarnya

BAB II GEMPA ACEH DAN DAMPAKNYA TERHADAP BATAS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN DEFORMASI CO-SEISMIC

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

DESAIN SEBARAN TITIK KERANGKA DASAR PEMETAAN DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BANDUNG. Oleh: Jupri *), Dede Sugandi **), Nanin T. Sugito ***) Abtrak

DESAI SEBARA TITIK KERA GKA DASAR PEMETAA DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BA DU G. Abtrak

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

STUDI PENGARUH DEFORMASI CO-SEISMIC GEMPA ACEH TERHADAP BATAS DAERAH DAN NEGARA

Besarnya pergeseran pada masing masing titik pengamatan setelah dikurangi vektor pergeseran titik BAKO dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB V ANALISIS IMPLIKASI DEFORMASI CO-SEISMIC TERHADAP BATAS DAERAH DAN NEGARA

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No 1, Gedong Meneng, Bandar Lampung, Lampung ABSTRACT

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS

PEMODELAN TINGKAT AKTIVITAS SESAR CIMANDIRI BERDASARKAN DATA DEFORMASI PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

Latar Belakang STUDI POST-SEISMIC SEISMIC GEMPA ACEH 2004 MENGGUNAKAN DATA GPS KONTINYU. Maksud & Tujuan. Ruang Lingkup

Pergeseran koseismik dari Gempa Bumi Jawa Barat 2009

SURFDEF: PAKET PERANGKAT LUNAK MATLAB UNTUK MEMODELKAN DEFORMASI DASAR LAUT AKIBAT SESAR DENGAN SLIP BERVARIASI

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

Review System Geodetic Reference In Some Countries. Tinjauan Sistem Referensi Geodesi Di Beberapa Negara

LAPORA PE ELITIA HIBAH KOMPETITIF

PEMODELAN MEKANISME GEMPA BUMI PADANG 2009 BERDASARKAN DATA SUGAR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Subduksi antara Lempeng Samudera dan Lempeng Benua [Katili, 1995]

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

MAKALAH TEKNIK GEMPA STUDI MEKANIK GEMPA BUMI DENGAN MENGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

GPS vs Terestris (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

Deformasi Gunung Guntur berdasarkan data GPS

Instrumentation, Control, and Automation, ICA 2016 conference. Bandung Aug Proceedings of the 2016 International Conference on

Fauzan Murdapa. Abstrak

Analisa Deformasi Permukaan Patahan Aktif Segmen Seulimum dan Segmen Aceh

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pola Deformasi Interseismic Gempa Bengkulu 2007 dari Data GPS Kontinyu SuGAr

Estimasi Nilai Pergeseran Gempa Bumi Padang Tahun 2009 Menggunakan Data GPS SuGAr

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

PEMODELAN SEISMOTEKTONIK BUSUR SUNDA WILAYAH SUMATERA DENGAN ANALISA COULOMB STRESS TUGAS AKHIR. Disusun untuk memenuhi syarat kurikuler

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

Analisa Pergeseran Titik Pengamatan GPS pada Gunung Merapi Periode Januari-Juli 2015

BAB IV PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report)

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

BAB III Deformasi Interseismic di Zona Subduksi Sumatra

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

SIDANG TUGAS AKHIR RG

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REGANGAN TEKTONIK DAN ESTIMASI POTENSI BAHAYA GEMPA DI SELAT SUNDA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS) Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Prinsip Desain Bangunan Tinggi Di Wilayah dengan Resiko Gempa Tinggi

Datum dan Ellipsoida Referensi

ANALISIS PERGESERAN AKIBAT GEMPA BUMI SUMATERA 11 APRIL 2012 MENGGUNAKAN METODE GPS CONTINUE

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN. sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB III METODE PENGUKURAN

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

STUDI KINERJA PERANGKAT LUNAK LEICA GEO OFFICE 8.1 UNTUK PENGOLAHAN DATA GPS BASELINE PANJANG TUGAS AKHIR. Oleh: SIDIQ PURNAMA AGUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

Puslit Geoteknologi LIPI Jl. Sangkuriang Bandung Telepon

SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA

ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL ORDE-4 MENGGUNAKAN GPS GEODETIK METODE RAPID STATIC DENGAN TOTAL STATION

VISUALISASI PENJALARAN GELOMBANG TSUNAMI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

BAB II DASAR TEORI...

BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA

β = kecepatan gelombang S = μ / ρ, μ =

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gunungapi

FORMULA EMPIRIS PENENTUAN MAGNITUDO MENGGUNAKAN TIGA DETIK PERTAMA GELOMBANG P (STUDI KASUS STASIUN CISI, GARUT JAWA BARAT)

Transkripsi:

Pemodelan Perubahan Jaring Titik Kontrol Nasional Wilayah Provinsi Aceh Akibat Efek Coseismic Gempa Aceh Andaman 2004 Heri Andreas, H.Z. Abidin, M.Irwan, Irwan G, D.A. Sarsito, M. Gamal Kelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung LABTEX IXC Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 - Indonesia Email: heri@gd.itb.ac.id ABSTRAK Jaring titik kontrol atau titik referensi nasional di bangun di seluruh wilayah Indonesia termasuk di provinsi Aceh, untuk membantu kegiatan survey dan pemetaan. Dahulu kita mengenal titik-titik triangulasi dalam sistem datum toposentrik, kemudian setelah itu kita mengenal titik-titik kontrol orde 0, 1, 2, 3 dan 4 sebagai jaringan titik ikat dalam datum nasional DGN 1995. Representasi titik-titik kontrol tersebut di lapangan berupa Bench Mark/ tugu yang memiliki nilai koordinat definitif, yang terintegrasi baik secara sistem nasional, bahkan di lingkup praktis global. Gempa bumi menyebabkan sebagian kerak bumi terdeformasi. Nilai deformasi akibat gempa bumi ini dapat mencapai orde meter. Hasil survey geodetik (GPS) pasca gempa bumi di Aceh Andaman tahun 2004 memperlihatkan hasil co-seismic deformation di wilayah Aceh bervariasi mencapai nilai 2-3 meter, dan bahkan mencapai 5 meter untuk wilayah Andaman. Akibat dari terdeformasinya sebagian kerak bumi ini dapat mempengaruhi status geometrik jaring titik referensi nasional yang berada di sekitar wilayah Provinsi Aceh. Bench Mark/tugu-tugu titik referensi terdeformasi, sehingga mempengaruhi nilai koordinat yang telah ada sebelumnya. Perubahan status geometrik titik referensi nasional ini dirasa akan mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan yang dilakukan di Provinsi Aceh pasca gempa bumi tahun 2004 tersebut, seperti pekerjaan rekonstruksi persil-persil tanah yang rusak terkena tsunami. Untuk dapat melihat besarnya perubahan pada jaringan titik referensi akibat efek gempa bumi dapat digunakan pemodelan Coseismic deformation menggunakan formulasi Elastic Half Space Okada. Tulisan yang dibuat ini mencoba melihat perubahan jaringan titik kontrol orde 2 provinsi Aceh yang dikelola BPN, yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi proses survey dan pemetaan pasca gempa bumi Aceh Andaman 2004. Keyword : Titik referensi nasional, coseismic deformation, elastic haft space modeling 1. Pendahuluan Dalam membantu kegiatan survey dan pemetaan dibutuhkan adanya titik atau jaringan titik referensi. Di wilayah kita nusantara, termasuk provinsi Aceh, telah banyak dibangun Jaring titik kontrol atau titik referensi nasional. Dahulu kita mengenal titik-titik triangulasi dalam sistem datum toposentrik, kemudian setelah itu kita mengenal titik-titik kontrol orde 0, 1, yang dikelola oleh Bakosurtanal, kemudian

orde 2, 3 dan 4 yang dikelola oleh Badan Pertanahan Nasional dalam sistem datum nasional DGN 1995. Representasi titik-titik kontrol tersebut di lapangan berupa Bench Mark/ tugu yang memiliki nilai koordinat definitif baik dalam sistem koordinat geodetik, atau sistem koordinat proyeksi, yang terintegrasi baik secara sistem nasional, bahkan dalam lingkup praktis global. Gempa bumi menyebabkan sebagian kerak bumi terdeformasi. Nilai deformasi akibat gempa bumi ini dapat mencapai orde meter. Sebagai contoh, hasil survey geodetik (GPS) pasca gempa bumi di Aceh Andaman tahun 2004 memperlihatkan hasil coseismic deformation di wilayah Aceh bervariasi mencapai nilai 2-3 meter, dan bahkan mencapai 5 meter untuk wilayah Andaman. Sementara itu wilayah yang jauh dari pusat gempa seperti Sampali, Semenanjung Malaysia dan Phuket Thailand turut pula terdeformasi dalam orde sentimeter dan desimeter. Akibat dari terdeformasinya sebagian kerak bumi ketika terjadi gempa bumi Aceh Andaman pada tahun 2004 seperti disebutkan di atas, memberikan efek pada status geometrik jaring titik referensi nasional yang berada di sekitar wilayah Provinsi Aceh. Bench Mark/tugu-tugu titik referensi terdeformasi (gambar 1), sehingga mempengaruhi nilai koordinat yang telah ada sebelumnya. Perubahan status geometrik titik referensi nasional ini dirasa jelas akan mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan yang dilakukan di Provinsi Aceh pasca gempa bumi tahun 2004 tersebut, seperti pekerjaan rekonstruksi persil-persil tanah yang rusak terkena tsunami. Tugu/Bench-mark Arah deformasi co-seismic gempa Aceh Andaman 2004 ILUSTRASI JARING TITIK REFERENSI SEBELUM GEMPA ILUSTRASI JARING TITIK REFERENSI SETELAH GEMPA (Posisi tugu/bench- mark bergeser) Gambar 1. Ilustrasi efek gempa bumi terhadap jaring referensi nasional Untuk dapat melihat besarnya perubahan pada jaringan titik referensi yang ada akibat efek gempa bumi dapat digunakan pemodelan coseismic deformation menggunakan formulasi Elastic Half Space Okada. Tulisan yang dibuat ini akan mencoba melihat perubahan jaringan titik kontrol orde 2 provinsi Aceh yang dikelola BPN, yang diharapkan dapat berguna dalam proses survey dan pemetaan pasca gempa bumi Aceh Andaman 2004.

2. Metodologi Tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk membuat model perubahan jaring titik referensi orde 2 BPN di Provinsi Aceh berdasarkan formulasi Elastic Half Space Okada yaitu, pertama mengumpulkan koordinat jaring titik referensi orde 2 provinsi Aceh (courtesy BPN), kemudian menentukan parameter coseismic slip gempa Aceh Andaman 2004 (mengadopsi model SEAMERGES solution (2005) ), dan selanjutnya menghitung perubahan jaring titik referensi orde 2 BPN di Provinsi Aceh menggunakan software RGNCHN, yang menyusun program dasarnya berdasarkan formulasi elastic half space Okada. Secara visualisasi skematik metodologi yang dipakai dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Data -data koordinat orde 2 BPN Provinsi Aceh (Courtesy dari BPN ) parameter coseismic slip gempa Aceh Andaman 2004 (x,y,, f, d,, µ, U1,U2, U3, L, dan W ) Coseismic Slip model - SEAMERGES solution (2005) software RGNCHN (mengitung surface deformation dari efek slip deformation pada bidang rupture gempa/ bidang fault formula elastic half space Okada, 1985) Model perubahan jaring titik referensi orde 2 BPN Provinsi Aceh Gambar 2. visualisasi skematik metodologi pembuatan model perubahan jaring titik referensi orde 2 BPN di Provinsi Aceh berdasarkan formulasi Elastic Half Space Okada

3. Dasar Teori Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran sesaat, bersifat tidak menerus, akibat terjadinya sudden slip (pergeseran secara tiba-tiba) pada kerak bumi. Sudden slip terjadi karena adanya sumber kekuatan (force) sebagai penyebabnya. Gempa bumi mempunyai sifat berulang, dalam arti bahwa suatu gempa bumi di suatu daerah akan terjadi lagi di masa yang akan datang dalam periode waktu tertentu (biasanya ratusan tahun). Istilah perulangan gempa bumi ini dinamakan earthquake cycle. Selanjutnya di dalam satu Earthquake cycle terdapat beberapa fase atau tahapan mekanisme terjadinya gempa bumi yaitu fase interseismic, pre-seismic, co-seismic, dan post-seismic. Tahapantahapan ini biasanya disertai dengan terjadinya deformasi pada sebagian kerak bumi. Deformasi kerak bumi yang mengiringi tahapan mekanisme suatu gempa bumi dapat diamati diantaranya dengan melakukan survey geodetik (GPS, InSAR, dan lain-lain). Selanjutnya deformasi secara lebih detail dan luas lagi dapat dimodelkan dengan bantuan data hasil survey lapangan dan formulasi matematis seperti elastic half space model yang dibuat oleh Okada (1985). Gambar 3. Elastic dislocation (Okada, 1985) Model yang dibuat Okada menerangkan hubungan antara pergeseran pada bidang sistem fault dengan pergeseran yang terjadi di permukaan bumi, dengan mengasumsikan kerak bumi sebagai medium isotropik. Pergeseran pada bidang ui(x1,x2,x3) karena adanya pergeseran uj (x1,x2,x3) di bidang atas dipermukaan (surface) dirumuskan seperti tertera pada figur di samping; djk adalah Kronecker delta, λ and µ adalah Lamé s parameter, vk adalah arah normal cosinus terhadap elemen permukaan ds. Sementara itu uij adalah komponen (i) pergeseran pada (x1,x2,x3) dari besarnya gaya (F) arah titik (j) di (x1,x2,x3). Rumus detailnya dapat dilihat di Surface deformation due to shear and tensile faults in a half space, BSSA vol75, n 4, 1135-1154, 1985. Dalam kasus pemodelan perubahan jaring referensi seperti tujuan pembuatan tulisan, model elastic half space okada digunakan pertama untuk menentukan model coseismic slip beserta parameternya dengan input data berupa vektor pergeseran dipermukaan bumi hasil survey geodetik (GPS) di lapangan. Selanjutnya setelah parameter coseismic slip diketahui, maka perhitungan akan dibalik dengan menggunakan parameter tersebut untuk menghitung besarnya vektor pergeseran di tiap titik referensi (orde 2 BPN ) yang tersebar di permukaan bumi sekitar wilayah Aceh.

4. Data Data utama yang digunakan dalam membuat model perubahan jaring titik referensi orde 2 BPN di Provinsi Aceh berdasarkan formulasi Elastic Half Space Okada diantaranya data parameter coseismic slip gempa Aceh Andaman 2004 mengadopsi model SEAMERGES solution (2005). Berdasarkan solusi SEAMERGES bidang fault slip dibagi menjadi dua bagian. Nilai strike1 = 330 0, stike2 = 350 0, dip (d) = 8 0, slip (U) = 12 meter, panjang fault1 = 450 kilometer, panjang fault2 = 550 kilometer, lebar fault1 = 145 kilometer, lebar fault2 = 145 kilometer, locking depth 20 kilometer. Ketelitian pergeseran di permukaan dari model coseismic slip ini rata-rata sekitar 2,7 sentimeter. Gambar 4. coseismic deformation dan coseismic slip (SEAMERGES Vigny et.al, (2005) Data utama lainnya yang digunakan yaitu data koordinat jaring referensi orde 2 BPN yang tersebar di wilayah Provinsi Aceh. Data koordinat diperoleh dari BPN pusat atas kerjasamanya secara informal dengan Kelompok Keilmuan Geodesi ITB Gambar 5. Sebaran titik-titik BPN orde 2 di Wilayah Provinsi Aceh (Courtesy BPN)

4. Hasil Pemodelan perubahan jaring referensi Hasil pemodelan perubahan Jaring referensi orde 2 BPN Provinsi Aceh (Aceh bagian Barat) menggunakan formulasi elastic half space Okada dalam software RGNCHN diberikan pada tabel di bawah ini. Besar perubahan titik-titik referensi orde 2 dalam tabel dapat dilihat berkisar 97 sentimeter sampai dengan 2,56 meter untuk komponen easting (barat-timur), 30 sentimeter sampai dengan 1,38 meter untuk arah northing (utara-selatan). Resultan vektor pergeseran memberikan arah pergeseran ke sekitar barat - barat daya. Ilustrasi pergeseran dapat dilihat pada gambar 6 di bawah. Tabel 1. Hasil pemodelan perubahan Jaring referensi orde 2 BPN (Aceh bagian Barat) menggunakan software RGNCHN Model Perubahan Titik referensi Nasional orde 2 (BPN) Provinsi Aceh (Aceh Bagian Barat ) No. Nama titik Perubahan ke arah komponen Easting (dalam sentimeter) Perubahan ke arah komponen Northing (dalam sentimeter) 1 01180-103.880-31.110 2 01179-105.650-30.560 3 01178-126.090-39.060 4 01177-98.070-32.200 5 01176-97.670-30.710 6 01175-105.870-32.980 7 01174-132.960-44.860 8 01173-107.840-37.570 9 01172-114.550-40.010 10 01171-120.190-40.340 11 01170-125.870-48.980 12 01169-122.690-42.830 13 01168-139.210-50.600 14 01167-135.950-52.420 15 01166-107.480-40.510 16 01165-125.160-53.050 17 01164-124.650-49.590 18 01163-140.870-58.940 19 01162-149.330-62.180 20 01161-159.540-65.810 21 01160-173.650-76.470 22 01159-131.340-56.770 23 01158-146.610-63.250 24 01157-181.670-83.110 25 01156-131.280-55.270 26 01155-141.350-61.530 27 01153-175.450-80.400 28 01152-162.620-76.330 29 01151-189.850-90.070 30 01150-155.940-72.870 31 01149-167.550-79.260 32 01148-194.770-94.610 33 01147-190.570-94.110 34 01146-201.300-101.980 35 01145-208.490-105.020

36 01144-212.520-109.140 37 01143-222.260-114.620 38 01142-240.960-126.310 39 01141-243.970-128.580 40 01140-213.830-111.490 41 01139-246.810-130.950 42 01138-222.080-117.130 43 01137-255.670-136.910 44 01136-235.060-126.120 45 01135-256.610-138.190 46 01134-242.530-130.370 47 01133-240.760-129.480 48 01132-226.960-121.580 49 01131-216.010-115.160 50 01130-226.980-121.730 51 01129-231.680-124.710 52 01128-233.580-125.930 53 01127-226.740-121.990 54 01126-212.300-113.530 55 01125-182.060-95.750 2 meter Gambar 6. Ilustrasi pergeseran titik-titik BPN orde 2 Provinsi Aceh (Bagian barat Aceh)

5. Penutup Secara fisis, akibat terjadinya gempa bumi, nyata terjadi deformasi pada sebagian kerak bumi. Tugu/bench mark titik referensi geodetik pun ikut terdeformasi (bergeser). Dengan itu pula jaringan titik referensi turut mengalami perubahan status geometri-nya. Hasil tulisan di atas memperlihatkan pasca gempa bumi di Aceh Andaman tahun 2004 terjadi perubahan pada titik-titik referensi orde 2 BPN di sekitar wilayah Provinsi Aceh (contoh kasus Aceh Barat) mencapai nilai terbesar dua setengah meter di beberapa tempat. Perubahan ini dirasa akan mempengaruhi proses pekerjaan survey dan pemetaan di Aceh pasca gempa tersebut, contohnya pada pekerjaan rekonstruksi persil-persil tanah yang rusak terkena tsunami. Terlepas dari hasil penulisan di atas, signifikan tidaknya pengaruh perubahan jaring titik kontrol terhadap kegiatan survey dan pemetaan akan tergantung pada penilaian dari masing-masing kalangan profesi (surveyor dan geodetic engineer) yang bergelut di bidang survey dan pemetaan yang dilaksanakan di wilayah Aceh pasca gempa tahun 2004. Mungkin saja perubahan status geometrik tersebut tidak akan berpengaruh pada proses rekonstruski persil wilayah Aceh misalnya, atau mungkin juga berpangaruh, karena bergeser 2 meter berarti bergeser pula hak kepemilikannya. REFERENSI Badan Pertanahan Nasional metadata kerangka Referensi Nasional BPN Orde 2 Aceh Dany Hilman. Aceh Andaman Megatrust Earthquake 26 December 2004; what s happen then and where is the Future Giant earthquake and Tsunami in sumatera. Workshop Gempa Aceh; Geodesi ITB Fumi Kimata, Collaboration of the 2004 Great Sumatera Earthquake with Indonesia, its Result of GPS Measurement at Sumatera. Aceh Earthquake Simposium. BPPT 2005 Hudnut KW, Bock Y, Cline M, Fang P, Feng Y, et al. 1994. Co-seismic displacements of the 1992 Landers earthquake sequence. Bull. Seismol. Soc. Am. 84:625 45 Irwan et.al 2005. The 2004 Great Sumatera Earthquake : Constrain on Source Parameter from GPS Campaign Observation. Symposium on Sumatran Earthquake. BPPT 2005 Segall P., J.L Davis. GPS Application for Geodynamic and Earthquake studies. Annu Rev. Earth Planet Sci. 1997 25 :361-36 Copyright 1997 by Annual Reviews Inc. all right reserved Vigny, Simon (2005). Report on Banda Aceh Mega-Thrust Earthquake, December 26,2004. SEAMERGES PROJECT 2005