ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BIMATAMA INDONESIA ESTETIKA, JAKARTA. Oleh IMAN SUSENO H

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE Oleh DEVI ARYANI H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan. pengertian laporan keuangan dari beberapa para ahli :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE Oleh HUSNUL BUDIMAN H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang memberikan

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat dalam berbagai segi kehidupan, baik segi sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

KINERJA KUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT MANDOM INDONESIA, Tbk.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BIMATAMA INDONESIA ESTETIKA, JAKARTA Oleh IMAN SUSENO H 247656 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 21

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BIMATAMA INDONESIA ESTETIKA, JAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh IMAN SUSENO H 247656 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 21

ABSTRAK Iman Suseno. H247656. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika. Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Pada saat krisis global yang melanda seluruh dunia mempengaruhi banyak negara yang selama ini mengandalkan ekspor kini harus berpaling ke sektor lain, salah satunya sektor pariwisata seperti agen travel. PT. Bimatama Indonesia Estetika atau yang lebih dikenal dengan nama Bimatama Tour adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang agen travel. Bimatama Tour dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun demi tercapainya kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Hal tersebut mendorong para manajer (direksi) untuk berbenah diri dengan memperhatikan kinerja keuangannya, karena kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan sendiri dan dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis yang tepat untuk pengembangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan dan komposisi keuangan perusahaan, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode 24-28. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukkan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara, kondisi keuangan jangka panjang menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri. Total hutang yang besar akan menyebabkan kesulitan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat ditagih atau apabila perusahaan dilikuidasi, jika tidak diimbangi dengan peningkatan aktiva. Selain itu, komponen pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha, dan laba bersih mengalami kecenderungan meningkat pada setiap tahunnya. Komposisi keuangan perusahaan dapat dilihat bahwa aktiva lancar perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva tetap dari total aktiva keseluruhan dan proporsi modal sendiri jauh lebih kecil dari proporsi hutang lancarnya. Sedangkan, proporsi faktor pengurang terbesar terhadap total pendapatan adalah harga pokok penjualan. Laba per lembar saham terbesar terjadi pada tahun 27, yaitu sebesar Rp.325.822, per lembar saham. Berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan kurang likuid dan kurang solvabel. Walaupun begitu, perusahaan masih tetap dapat menghasilkan keuntungan dan perusahaan sudah memanfaatkan aktivanya dengan baik. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, kinerja perusahan selama lima tahun menunjukkan fluktuasi. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan yang cukup besar. Sedangkan perusahaan sejenis (kompetitor) dan kondisi perekonomian merupakan faktor eksternalnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah menambah jumlah modal yang disetor, menawarkan harga jual kompetitif, meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan, dan mengurangi hutang perusahaan.

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1985 dari keluarga Bapak Suhardiono dan Ibu Rahajeng Sudiasih. Penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Putra I, Jakarta Timur, lulus pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 265, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMU 26, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 23. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 23 di Program Diploma 3 Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus pada tahun 26. Setelah lulus, penulis sempat bekerja pada perusahaan swasta di Jakarta Utara, dan selanjutnya penulis melanjutkan kembali pendidikan pada tahun 27 pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada saat kuliah S1, penulis sempat pula bekerja di Hotel Salak Bogor selama 1 tahun 3 bulan.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Analisis Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika". Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Banyak pihak yang telah membantu penulis, baik dalam hal penyusunan maupun penulisan skripsi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Farida Ratna Dewi, SE, MM, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc, selaku Ketua Departemen Manajemen FEM IPB. 3. Kedua Orangtuaku yang selalu memberikan nasehat dan dukungan, baik materil maupun spiritual serta adikku tercinta yang membawa keceriaan. 4. Bapak Uki, selaku Direktur Keuangan yang memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian di PT. Bimatama Indonesia Estetika. 5. Ibu Dinar, selaku Accounting Manager yang membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan pustaka untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Boediman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi hingga penyelesaian skripsi ini. 7. Teman-teman Ekstensi Manajemen khususnya Angkatan 3. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu dengan segenap hati, penulis menerima kritik dan saran yang berguna bagi penyempurnaan penulisan ini. Bogor, Januari 21 Penulis

DAFTAR ISI ABSTRAK Halaman RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan... 7 2.2. Struktur Modal... 7 2.3. Laporan Keuangan... 8 2.3.1. Laporan Neraca... 11 2.3.2. Laporan Rugi Laba... 15 2.4. Analisis Laporan Keuangan... 16 2.4.1. Analisis Trend... 19 2.4.2. Analisis Persentase Per Komponen... 19 2.4.3. Analisis Rasio... 2 2.4.4. Analisis Du Pont... 25 2.5. Penelitian Terdahulu... 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 3 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32 3.3. Jenis dan Sumber Data... 32 3.4. Pengumpulan Data... 32 3.5. Pengolahan dan Analisis Data... 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 4 4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan... 4 4.1.2. Strategi Perusahaan... 4

4.1.3. Struktur Organisasi... 41 4.2. Perkembangan Keuangan Perusahaan... 41 4.2.1. Perkembangan Neraca... 42 4.2.2. Perkembangan Rugi Laba... 44 4.3. Komposisi Keuangan Perusahaan... 46 4.3.1. Komposisi Neraca... 46 4.3.2. Komposisi Rugi Laba... 47 4.4. Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika... 49 4.4.1. Rasio Likuiditas... 49 4.4.2. Rasio Solvabilitas... 5 4.4.3. Rasio Aktivitas... 53 4.4.4. Rasio Profitabilitas... 55 4.5. Analisis Du Pont... 59 4.6. Perumusan Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan... 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 62 2. Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA... 64 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. Halaman l. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 24-28... 2

DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka Analisis Du Pont... 27 2. Bagan Kerangka Pemikiran... 31 3. Struktur Organisasi PT. Bimatama Indonesia Estetika... 41 4. Perkembangan Komponen Likuiditas Terhadap Laporan Neraca... 42 5. Perkembangan Komponen Solvabilitas dan Aktiva Tetap Terhadap Laporan Neraca... 43 6. Perkembangan Terhadap Rugi Laba... 45 7. Perkembangan Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva... 46 8. Perkembangan Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva... 47 9. Perkembangan Proporsi Komponen Rugi Laba Terhadap Pendapatan Usaha 48 1. Perkembangan Rasio Likuiditas... 49 11. Perkembangan Rasio Solvabilitas... 51 12. Perkembangan Rasio Aktivitas... 53 13. Perkembangan Rasio Profitabilitas... 56 14. Perkembangan Nilai ROE dan Komponen Yang Mempengaruhinya... 59

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Laporan Neraca PT. Bimatama Indonesia Estetika... 66 2. Laporan Rugi Laba PT. Bimatama Indonesia Estetika... 67 3. Analisis Trend Terhadap Komponen Laporan Neraca... 68 4. Analisis Trend Terhadap Komponen Laporan Rugi Laba... 69 5. Analisis Persentase Per Komponen Terhadap Komponen Laporan Neraca.. 7 6. Analisis Persentase Per Komponen Terhadap Komponen Rugi Laba... 71 7. Hasil Analisis Rasio... 72 8. Hasil Analisis Du Pont... 73 9. Hasil Laba per Lembar Saham... 74

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat krisis global yang melanda seluruh dunia mempengaruhi banyak negara yang selama ini mengandalkan ekspor kini harus berpaling ke sektor lain. Hampir semua negara pertumbuhan ekspornya anjlok, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sejak krisis global, kinerja ekspor Indonesia terus melemah. Ekspor nasional per periode Januari-Februari tahun 29 mengalami penurunan 34,52 persen menjadi 14,233 miliar dollar AS dibanding periode yang sama tahun 28 sebesar 21,737 miliar dollar AS. Namun berbeda dengan ekspor, kinerja pariwisata malah cenderung stabil. Berdasarkan data BPS pula, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama Januari-Februari 29 mencapai 894.72 orang atau stabil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 93.415 orang. Indonesia harus segera meningkatkan kinerja sektor pariwisata agar peluang yang telah terbuka tidak terbuang siasia. Peluang meningkatkan kinerja sektor pariwisata saat ini cukup besar karena kondisi Indonesia yang lebih baik dibandingkan pesaing seperti Thailand dan Malaysia terutama dalam hal stabilitas politik dan keamanan. Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti; transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal. Perkembangan kunjungan wisatawan merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan pariwisata. Pengaruh krisis global ternyata tidak mempengaruhi sektor pariwisata Indonesia, hal ini dibuktikan dari penerimaan devisa yang cukup stabil, bahkan pada tahun 28 saat terjadi krisis global penerimaan devisa dari sektor pariwisata justru meningkat tajam 72,46 persen dari tahun sebelumnya. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 24 28 RATA-RATA `TAHUN JUMLAH WISATAWAN PENGELUARAN PER ORANG (USD) MANCANEGARA PER PER KUNJUNGAN HARI RATA- RATA LAMA TINGGAL (HARI) PENERIMAAN DEVISA (JUTA USD) 24 5.321.165 91,66 95,17 9,47 4.797,88 25 5.2.11 94, 99,86 9,5 4.521,89 26 4.871.351 913,9,48 9,9 4.447,98 27 5.55.759 97,98 17,7 9,2 5.345,98 28 6.429.27 1.178,54 137,38 8,58 7.377,39 Sumber: Badan Pusat Statistik (29) Salah satu industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah yaitu biro perjalanan (agen travel). Biro perjalanan merupakan jembatan penghubung antara wisatawan dengan penyedia jasa akomodasi, restoran, operator adventure tour, operator pariwisata dan lain-lain. Umumnya wisatawan menggunakan jasa biro perjalanan dalam menentukan rencana perjalannya (tour itinerary). Namun tidak tertutup kemungkinan wisatawan mengatur rencana perjalanannya sendiri. Saat ini bisnis agen travel kian berkembang dengan berbagai macam spesialisasi diantaranya mengkhususkan pada ziarah, umrah & ibadah haji, bisnis dan lain-lain. Seiring dengan perjalanan waktu bisnis agen travel pun menghadapi ancaman baru khususnya dalam hal penjualan tiket perjalanan (kereta, kapal laut, dan pesawat). Ancaman yang sekarang muncul adalah kehadiran saluran distribusi baru penjualan tiket yakni melalui PT. Pos Indonesia dan pembelian secara on-line melalui website. Hal ini merupakan ancaman serius bagi agen travel untuk berbenah diri menghadapi persaingan

dengan kedua kompetitor tersebut dan kompetitor lainnya dengan cara melakukan sosialisasi dan edukasi ke tengah-tengah masyarakat melalui berbagai macam media baik surat kabar dan televisi. PT. Bimatama Indonesia Estetika atau yang lebih dikenal dengan nama Bimatama Tour adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang agen travel. Perusahaan ini berlokasi di Jakarta yang mempunyai satu kantor pusat (Head Office) dan dua kantor cabang (Branch Office). Bimatama Tour sebagai agen perjalanan dituntut untuk melayani konsumen atau pelanggan dengan sebaik-baiknya agar konsumen tersebut loyal terhadap pelayanan jasa perusahaan. Masalah utama yang dihadapi perusahaan yaitu jumlah perusahaan agen travel yang mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga membuat persaingan yang ada semakin ketat. Seperti telah diketahui bahwa keinginan setiap perusahaan ialah memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, mengeluarkan biaya seminimum mungkin dan mencapai tingkat penjualan yang maksimum. Di samping itu perusahaan berusaha untuk tetap berada dalam keadaan sehat, artinya perusahaan dapat berkembang dengan baik atau meningkat kondisi keuangannya. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka Bimatama Tour dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun demi tercapainya kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa Bimatama Tour sangat membutuhkan gambaran internal yang akan tercermin dari kinerjanya. Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kinerjanya sendiri, yang mencerminkan prestasi dan kondisi perusahaan tersebut. Salah satu kinerja yang harus diperhatikan adalah kinerja keuangannya, karena kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan sendiri dan dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan yang tepat untuk pengembangan perusahaan. Melalui analisis kinerja keuangan, pihak manajemen dapat memperhitungkan kekuatan perusahaan dalam menghadapi persaingan

dengan para kompetitor sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk menghadapinya. Oleh karena itu penelitian tentang kinerja keuangan sangat penting untuk dilakukan. 1.2. Perumusan Masalah Dalam melakukan usaha perdagangan yang bekerjasama dengan perusahaan luar negeri, dimana banyak menggunakan mata uang asing dan kondisi ekonomi Indonesia yang belum pulih, kemungkinan terjadi selisih kurs dapat menimbulkan kerugian. Hal tersebut mendorong para manajer (direksi) untuk berbenah diri dengan memperhatikan kinerja keuangannya, karena kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan sendiri dan dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis yang tepat untuk pengembangan perusahaan. Keputusan bisnis yang diambil para manajer terdiri dari keputusan investasi, keputusan operasional, dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi dapat dilihat dari sisi neraca aktiva perusahaan, keputusan operasional dapat dilihat pada laporan rugi laba, sedangkan keputusan pendanaan dapat dilihat pada sisi pasiva (kewajiban dan ekuitas perusahaan). Bagi sebuah perusahaan diperlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing sehingga perusahaan akan dapat berkembang dengan baik. Bimatama Tour sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang agen travel sejak tahun 199 dan sampai sekarang mampu bersaing dengan para pesaingnya. Perluasan bidang usaha merupakan salah satu strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks ini, dimana perusahaan membuka cabang kantor yang diharapkan mampu menjaring konsumen yang ada khusunya di daerah Jakarta. Dalam melakukan strategi tersebut, perusahaan tidak lepas dari masalah-maslah yang dihadapinya, diantaranya adalah kondisi perusahaan yang mempunyai modal terbatas karena modal sendiri yang dapat digunakan untuk beroperasi (selama tahun 24-28) selalu lebih kecil dari modal dasar. Keadaan tersebut mengharuskan Bimatama Tour untuk mampu mengelola keuangannya secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana perkembangan keuangan Bimatama Tour selama periode 24-28? 2. Bagaimana komposisi keuangan Bimatama Tour selama periode 24-28? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja keuangan Bimatama Tour selama periode 24-28? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi perkembangan keuangan perusahaan selama periode 24-28. 2. Mengidentifikasi komposisi keuangan perusahaan selama periode 24-28. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan selama periode 24-28. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini berguna untuk berbagai pihak, diantaranya : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam penyusunan strategi. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan mengenai perkembangan kondisi keuangan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan. 2. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Laporan keuangan yang dianalisis difokuskan pada laporan neraca dan laporan rugi laba. Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, aktivitas,

dan profitabilitas), serta analisis Du Pont. Seluruh analisis di atas digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan kinerja keuangan Bimatama Tour dalam kurun lima tahun terakhir yaitu dari tahun 24 sampai dengan tahun 28.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya melalui analisa laporan keuangan perusahaan. Pengertian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif hasil dari aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilaian itu sendiri. Pengukuran kinerja bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja bagi pihak di luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu satuan organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatannya. 2.2. Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa dalam perusahaan (Sartono, 1996). Sawir (24), mengungkapkan bahwa struktur modal merupakan komposisi pendanaan jangka panjang perusahaan dan merupakan bagian dari struktur keuangan, sehingga hubungan struktur modal dan struktur keuangan adalah : [struktur keuangan] [hutang lancar] = [struktur modal]... (1) Struktur modal terdiri dari semua komponen modal jangka panjang yang ada pada sisi pasiva neraca perusahaan kecuali hutang lancar. struktur modal merupakan penggunaan kombinasi modal hutang dan modal sendiri (Sundjaja dan Barlian, 23).

Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS = earnings per share), dan akan mengakibatkan perubahan harga saham pula. Menurut Brigham dan Houston (26), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap saham biasa yang beredar, sehingga EPS menggambarkan laba per lembar saham yang diperoleh para pemeang saham dari suatu perusahaan. 2.3. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang digunakan untuk mencatat dan mengikhtisarkan transaksi perusahaan (Niswonger, dkk., 1999). Menurut Myer dalam Munawir (22), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntansi pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba, dan pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan). Menurut Rahardjo (23), laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders) di luar perusahaan; pemilik, perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah kertas yang bertuliskan angka-angka yang memberikan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodic yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, dan menurut Munawir (22), laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas

yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang, maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsipprinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan dan untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatan yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal. Misalnya, cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang tidak akan dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva tetap akan sangat tergantung pada pendapat pribadi manajemennya dan berdasarkan pengalaman masa lalu. Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, anggapananggapan, kebiasaan-kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah digunakan harus dipertahankan secara terus menerus atau secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun dalam hal ini tidak berarti bahwa prosedur, kebiasaan, maupun pendapat pribadi yang digunakan tidak boleh diubah. Jika suatu ketika manajemen ingin merubah prosedur, kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah dipakai, harus dijelaskan dalam laporan keuangannya sehingga mereka yang membaca laporan itu

dapat mengetahui dengan jelas dasar mana yang sesungguhnya digunakan dalam laporan keuangan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada hakekatnya bersifat umum, dalam arti laporan tersebut ditujukan untuk berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Misalnya saja, investor atau pemilik atau penanam modal mempunyai kepentingan di dalam mengetahui potensi modal yang ditanamkannya untuk memberikan pendapatan. Kreditor atau pemberi pinjaman berkepentingan dalam pemberian pinjaman terhadap perusahaan dan jaminan kepastian pengembalian pinjaman atau kredit, sedangkan pemerintah (khususnya instansi pajak) berkepentingan di dalam penentuan beban pajak yang harus dibayar. Disamping ketiga pihak tersebut, ada pengguna lain dari laporan keuangan, yaitu karyawan atau serikat pekerja, pelanggan dan masyarakat. Karyawan atau serikat pekerja tertarik pada informasi stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Pelanggan berkepentingan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Masyarakat perlu informasi mengenai kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kekayaan atau kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitas bisnisnya (Rahardjo, 23). Jadi, melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai dan beban-beban tetap yang harus dibayar. Dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 1994 yang dikeluarkan Ikatan Akuntansi Indonesia, istilah laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan rugi laba.

2.3.1. Laporan Neraca Menurut Brigham dan Houston (21), neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Dan menurut Munawir (22), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut sebagai balance sheet. Jadi, neraca merupakan laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan, atau keadaan posisi keuangan pada saat atau tanggal tertentu. Neraca akan memberikan informasi mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka tertentu. Dengan demikian, neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva, hutang dan modal. Aktiva (assets) mencerminkan struktur kekayaan perusahaan yang menunjukkan dana perusahaan ditanamkan atau dialokasikan untuk pospos apa saja. Menurut Niswonger, dkk (1999), aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang dikuasai oleh entitas bisnis atau perusahaan. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis. Pada dasarnya, aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Menurut Rahardjo (23), aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu singkat akan kembali lagi dalam bentuk kas. Jangka waktu biasanya tidak lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca atau satu tahun buku. Menurut Munawir (22), yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah : 1. Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi sudah

ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos kas. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet) setiap saat diperlukan perusahaan. 2. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities), adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Syarat utama agar dapat dimasukkan dalam investasi jangka pendek adalah bahwa investasi itu harus bersifat marketable, artinya setiap saat perusahaan membutuhkan uang, investasi itu dapat segera dijual dengan harga yang pasti. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang. 4. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. 5. Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur, maka persediaan yang dimiliki meliputi

persediaan barang mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 6. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya sehingga merupakan tagihan. 7. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan periode berikutnya. Menurut Munawir (22), yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang atau mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Aktiva tidak lancar ini terdiri dari : 1. Investasi jangka panjang, investasi atau penyertaan ini biasanya merupakan bentuk penanaman dana perusahaan kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Penyertaan ini bisa dengan maksud untuk menguasainya. Penyertaan dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, atau surat berharga lain. Meskipun penyertaan ini biasanya dalam bentuk kepemilikan saham atau obligasi, tetapi berbeda dengan surat berharga (efek) pada kelompok aktiva lancar, dalam surat berharga (efek). Saham atau obligasi hanya dipegang untuk jangka pendek (satu tahun kurang), sedangkan investasi atau penyertaan untuk jangka panjang. 2. Aktiva tetap berwujud, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanent (aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).

Kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. 3. Aktiva tetap tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud ini meliputi hak cipta, merk dagang, lisensi dan sebagainya. 4. Beban yang ditangguhkan, adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk kelompok ini, antara lain adalah biaya pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian dan sebagainya. 5. Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya. Komponen yang kedua dari neraca adalah hutang. Menurut Rahardjo (23), hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Menurut Munawir (22), hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimliki perusahaaan. Hutang lancar meliputi antara lain : 1. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit

2. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan Undang-Undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke kas negara 4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran atau jatuh temponya masih panjang (atau lebih dari satu tahun tanggal neraca) yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotik (hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu), dan pinjaman jangka panjang lain. Komponen dari neraca yang lain adalah modal. Menurut Munawir (22), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Dapat juga diartikan sebagai kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. 2.3.2. Laporan Rugi Laba Menurut Rahardjo (23), laporan rugi laba (income statement) merupakan laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan rugi laba memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau rugi, dan berapa banyak laba atau kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku. Sedangkan menurut Munawir (22), laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama

periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha poko perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 2.4. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 21). Dengan begitu, analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat diketahui kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan perusahaan dan kemudian menggunakan informasi ini untuk meningkatkan kinerja keuangan. Metode yang umum digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan hingga saat ini adalah analisa rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Metode

inilah yang akan dipakai dalam penelitian sesuai dengan ketersediaan data yang ada di perusahaan. Menurut Munawir (22), dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah : 1. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (jatuh tempo), berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Dengan demikian likuiditas, diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) dan kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan). Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar atau kreditur dinamakan likuiditas badan usaha, sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi (seperti membayar upah buruh, membeli bahan baku) dinamakan likuiditas perusahaan. 2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

Suatu perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel. Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang likuid menunjukkan keadaan keuangan yang kurang baik karena kedua-duanya pada suatu waktu akan menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang ilikuid akan segera mengalami kesulitan keuangan walaupun perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel, sebaliknya kalau perusahaan dalam keadaan insolvabel tetapi likuid tidak akan segera mengalami kesulitan keuangan dan kesulitan keuangan baru timbul kalau perusahaan itu dibubarkan. 3. Profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 4. Aktivitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutanghutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan cara menganalisa atau menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk

menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. 2.4.1. Analisis Trend ( Analisis Horizontal) Menurut Munawir (22), analisis trend adalah analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode akuntansi dengan menggunakan tahun dasar. Analisis trend mempelajari pergerakan pos-pos tertentu dari suatu laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun atau periode akuntansi berturut-turut. Dari analisis ini akan tampak pos-pos yang mempunyai kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilij sebagai tahun dasar diberikan angka indeks, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 22). 2.4.2. Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage atau Analisis Vertikal) Menurut Munawir (22), analisis persentase per komponen adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan

dengan penjualannya. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio dan dapat memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total hutang atau total penjualan dan analisis ini dilakukan secara vertikal dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam satu periode yang sama. Menurut Munawir (22), metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masingmasing dengan %. 2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya dikalikan %. 2.4.3. Analisis Rasio Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam rupiah, persentase serta trendnya, analisis rasio akan membantu dalam menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Riyanto (1995), pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Menurut Munawir (22), rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, sementara itu analisis rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam

neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dalam melakukan analisis rasio, pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua macam perbandingan, yaitu dengan membandingkan rasio sekarang perusahaan dengan rasio-rasio di waktu lalu (historical ratio), atau dengan membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama (Riyanto, 1995). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah historical ratio. Menurut Riyanto (1995), angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan yang terbagi dalam rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan atau tagihan dari pada kreditur segera dapat berubah menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan tersebut. Rasio cepat (quick ratio) adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuiditas. Oleh karena itu rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Nilai rasio cepat sebesar satu dinggap sudah menunjukkan kondisi keuangan jangka pendek yang cukup baik karena itu berarti adanya kepastian bahwa hutang lancarnya dapat dibayar dengan aktiva lancar yang adatanpa menunggu realisasi nilai persediaan menjadi kas.

2. Rasio solvabilitas (leverage), adalah rasio-rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi dan dimaksudkan juga untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, yang terdiri rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio), rasio total hutang dengan modal sendiri (total debt to equity ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to total active ratio), rasio antara laba sebelum pajak dengan beban bunga (time interest earned ratio). Rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio) mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik, karena jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil. Rasio total hutang dengan modal sendiri (total debt to equity ratio) menunjukkan perbandingan antara jumlah seluruh hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to total active ratio) menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva. Standar yang baik untuk rasio ini adalah 5 persen. Rasio antara laba sebelum pajak dengan beban bunga (time interest earned ratio), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. 3. Rasio aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai barapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari rasio perputaran total aktiva

(total assets turnover ratio), rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio), rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio), dan rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio). Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio) memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang ada dalam perusahaan untuk menghasikan penjualan. Dengan kata lain adalah kecepatan berputarnya total aktiva dalam satu periode tertentu. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio) berguna untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio berarti semakin cepat perputaran piutang dalam satu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin turun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas. Untuk mengetahui efektifitas dari pada penagihan piutang dapat dilihat dari rata-rata periode penagihan piutang (average collection period). Jika hari rata-rata lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditentukan, berarti cara penagihannya kurang efektif. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode terentu. Dengan kata lain merupakan likuiditas dari persediaan untuk mengukur tendensi kelebihan dalam persediaan atau over stock. 4. Rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari marjin laba kotor (gross profit margin), rasio operasi