BAB I PENDAHULUAN. globalisasi menimbulkan tantangan daya saing terhadap pendidikan. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. ditempuh oleh sekolah dalam meningkatkan kinerja guru, diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan watak bangsa (Nation Character Building). Harkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetisi di berbagai bidang baik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi terkait erat dengan investasi dan alih teknologi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa, 2004:4). Dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi. Dengan adanya gaya kepemimpinan akan terjalin kerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Sebagai salah satu unsur dari suatu organisasi, manusia tidak dapat

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun organisasi yang berorientasi pada laba, namun human assets-lah yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemampuan suatu perusahaan untuk berkembang sangat bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. satu titik yaitu rendahnya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

karyawan. Kinerja tersebut tidak terlepas dari bagaimana pengelolaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. produksi akan tetapi lebih sebagai aset perusahaan yang harus dikelola dan. bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil. Dalam organisasi berskala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABl PENDAHULUAN. Pelayanan publik menurut Thoha (1994) merupakan suatu kegiatan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan khususnya yang bergerak

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

2. Keadaan Fisik Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. turnover intention serta karyawan terlibat perilaku kerja kontraproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia perlu dijelaskan tidak dengan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan. organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Arus globalisasi menimbulkan tantangan daya saing terhadap pendidikan. Pendidikan berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia, sejalan dengan perkembangan zaman sistem pendidikan menghadapi tantangan yang meningkat baik kualitas maupun kuantitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan ikut terpengaruh dalam suasana kompetitif, dimana para pelaku pendidikan harus melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dalam menggali mutu pendidikan. Sistem pendidikan yang bermutu akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan masih banyak ditemukan permasalahan yang belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Mutu pendidikan di Indonesia hingga kini belum menunjukkan indikasi meningkat. Hal ini antara lain terlihat dari Indeks Pertumbuhan Manusia (Human Development Index HDI) Indonesia yang masih sangat rendah. Menurut United Nations Development Program, IPM Indonesia tahun 2011 di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010 (Arika, Kompas, Selasa, 17 April 2012). Human Development Index (HDI) Indonesia atau indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2011 mengalami kenaikan tipis dibanding tahun 2010, yakni naik dari 0,613 pada tahun 2010 menjadi 0,617 1

2 pada tahun 2011. Di ASEAN kualitas manusia Indonesia kalah. Peringkat pertama dalam hal kualitas manusia adalah Singapura dengan nilai 0,866. Kemudian disusul Brunei dengan nilai IPM 0,838, disusul Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644) (Arika, Kompas, Selasa, 17 April 2012). Angka harapan tahun belajar Indonesia yang terus stagnan dalam tiga tahun terakhir. Data UNPD menyebutkan, tingkat ekspektasi tahun belajar Indonesia tetap berada pada level 12,9 pada 2010, 2011, dan 2012. Artinya, penduduk Indonesia memiliki harapan sekolah selama 12,9 tahun atau hanya mencapai sekolah menengah pertama (Aulia, Tempo, Senin 18 Maret 2013). Pada 2005, Indonesia menduduki peringkat IPM 110 dari 177 negara, sedangkan pada 2006 di peringkat 108 dari 189 negara. Peringkat IPM Indonesia juga masih jauh tertinggal dibandingkan Malaysia pada peringkat 63, Singapura (25), dan Thailand 77 (Damayanti, Tempo, Senin 17 Desember 2007). Menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun, jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69 indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.edi dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80 (Napitupulu, Kompas, Rabu, 2 Maret 2011). Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia

3 berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109) (Napitupulu, Kompas, Rabu, 2 Maret 2011). Sementara itu, untuk kondisi pendidikan di tiap daerah di Indonesia juga tidak membanggakan, bahkan untuk hasil UN saja, 16.098 siswa di jenjang SMA / MA dan SMK tidak lulus ujian nasional, padahal standar kelulusan siswa bukan hanya dari hasil ujian nasional saja, tetapi juga dari nilai sekolah dengan komposisi 60 : 40. (Kompas, Sabtu, 14 Mei 2011). Beberapa daerah misalnya Nusa Tenggara Timur hasil ujian nasionalnya terburuk dari seluruh daerah di Indonesia. Hasil evaluasi nilai ujian nasional, menurut Menteri Nuh, ada 5,57% dari 49.658 siswa peserta ujian di Nusa Tenggara yang tidak lulus. Pesertanya pun mencapai 36.908 orang (Koran Tempo, Senin, 16 Mei 2011). Laporan Bank Dunia (2010) masih menunjukkan kemampuan penguasaan materi guru sungguh memprihatinkan. Para guru yang dites mata pelajaran yang diajarkan mendapat nilai rata-rata 50, artinya banyak yang nilainya dibawah 50 (Widiyanto, Kompas, Sabtu, 7 Mei 2011). Data Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menunjukkan, ketidaksesuaian ilmu guru dengan pelajaran yang diampunya banyak ditemui pada jenjang sekolah menengah atas (SMA). Sekitar 49,24% guru SMA dalam kondisi seperti itu (total 252.947 guru). Urutan kedua terjadi pada jenjang SD. Sebanyak 542.002 guru (34,8%) dari 1,55 juta guru SD masuk katagori tersebut (Kompas, Selasa 19 Juli 2011). Berdasarkan Pengujian Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004 untuk mengetahui tingkat kelayakan dan kompetensi guru, penguasaan materi guru

4 sesuai mata pelajaran yang diampunya sangat rendah jika dibandingkan dengan kemampuan umum. Rata-rata hasil tes guru pada saat ujian yang sesuai mata pelajaran yang diajarkan di bawah 25% (Kompas, Selasa, 19 juli 2011). Persoalan penting yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini adalah kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan. Salah satu faktor utama yang sangat menentukan dalam meningkakan mutu pendidikan adalah tersedianya guru profesional yang mampu melaksanakan tugas pembelajaran dengan penuh tanggungjawab, karena guru menduduki posisi yang strategis, utamanya pada jenjang pendidikan dasar. Pada kenyataannya, tenaga pengajar memegang peranan sangat penting dalam mensukseskan pembelajaran di sekolah yang berimplikasi pada peningkatan mutu pendidikan, sebab tenaga pengajar merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat untuk berhubungan langsung dengan siswa dalam pendidikan (Trisnantari,2009). Kepala sekolah dan guru merupakan komponen-komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam organisasi sekolah, hubungan kepala sekolah dan guru merupakan hubungan antara atasan atau pimpinan dengan bawahan. Untuk itu guna tercapainya mutu pendidikan yang optimal, diperlukan kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru, serta antara guru dengan guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang ingin menggerakkan gurunya untuk mengerjakan tugas, haruslah mampu memotivasi sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hal yang telah ditetapkan. Motivasi kerja adalah pra kondisi bagi individu untuk berprilaku di dalam pekerjaan yang dia tekuni.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Carudin (2011), Susanto (2012), Candrani (2013) menemukan bukti empiris bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muljani, dkk (2013) menemukan bukti empiris bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Selain dari kepemimpinan kepala sekolah yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru hal lain yang tak kalah pentingnya adalah budaya organisasi sekolah. Budaya organisasi sekolah merupakan unsur penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah yang perlu mendapat perhatian serius. Budaya organiasasi sekolah merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu penyelenggara organisasi sekolah yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Sistem pengertian bersama ini dalam pengamatan yang lebih seksama merupakan serangkaian karakter penting yang menjadi nilai bagi suatu organisasi. Oleh karena itu budaya organisasi sekolah menjadi hal penting yang dapat memotivasi kerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Liliyana, dkk (2011), Candrani (2013) menemukan bukti empiris bahwa budaya organisasi sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sulasminten (2010) menemukan bukti empiris bahwa orientasi nilai budaya tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru. Menurut Thoha (2006) kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Kecenderungan seorang pemimpin memberikan batasan antara peranan pemimpin

6 dan bawahan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Suatu gaya pemimpin atau manajer dalam organisasi merupakan penggambaran langkah kerja bagi guru yang berada di bawahnya. Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu, tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan (Edwar Sallis, 2006). Keutamaan pengaruh (influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata berbentuk instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat memberi inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga inisiatif dan kreatifitasnya berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya, (Tjutju Yuniarsih dan Suwatno, 2008). Hasil penelitian Carudin (2011), Rahmawati (2011), Tetuko (2012), Susanto (2012) menemukan bukti empiris bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Saputra (2012) yang membuktikan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Menurut Robbins (2006), budaya organisasi merupakan sistem makna bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.

7 Suatu budaya yang kuat merupakan perangkat yang sangat bermanfaat untuk mengarahkan perilaku, karena membantu guru untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik sehingga setiap guru pada awal karirnya perlu memahami budaya dan bagaimana budaya tersebut terimplementasikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tetuko 2012) yang menemukan bukti empiris bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liliyana (2011) yang menemukan bukti bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Selain itu kepribadian guru sangat mempengaruhi motivasi dalam mengajar. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), di antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama; (3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik (Komara, 2007). Penelitian yang telah dilakukan oleh Angmalisang (2011) dan Wahyuni, dkk (2013) menemukan bukti empiris bahwa kepribadian berpengaruh terhadap kinerja.

8 Istilah motivasi diambil dari istilah latin movere, berarti pindah. Dalam konteks sekarang motivasi adalah proses-proses psikologis meminta mengarahkan, arahan dan meentapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan (Kreitner dan Kinicki, 2005). Motivasi kerja merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi kerja erat hubungannya dengan kinerja atau performansi seseorang. Pada dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada motivasi kerjanya tinggi dan ada motivasi kerjanya rendah, bila motivasi kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika motivasinya rendah maka akan menyebabkan kinerja yang dimiliki seseorang tersebut rendah. Jika guru mempunyai motivasi kerja tinggi maka ia akan bekerja dengan keras, tekun, senang hati, dan dengan dedikasi tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2012) yang menemukan bukti empiris bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liliyana (2011) yang menemukan bukti bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Obyek penelitian ini dilakukan pada guru SMA Negeri 3 Semarang. Lokasi SMA Negeri 3 Semarang terletak di Jl. Pemuda No. 149, Semarang. Alasan memilih SMA Negeri 3 Semarang, karena SMA negeri 3 Semarang merupakan merupakan salah satu SMA yang dijadikan percontohan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kini menjadi salah satu Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) serta merupakan sekolah yang

9 berkarakter, dimana sekolah tersebut dikelola oleh guru-guru yang berkarakter dan di sekolah tersebut memiliki harapan agar para guru mampu memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya. Sekolah yang berkarakter baik, secara publik diakui sebagai sekolah yang baik, umumnya melahirkan para lulusan yang berkualitas. Kultur budaya sekolah SMA Negeri 3 Semarang adalah memberlakukan sistem moving class dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dimulai awal tahun ajaran baru 2009/2010 pada tanggal 13 Juli 2009. Sistem ini diberlakukan menurut surat dari Dirjen Pendidikan SMA dan Sederajat yang menjelaskan bahwa sekolah yang sudah lulus predikat akreditasi yang baik dan menyandang status SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) dalam KBM, maka harus melakukan sistem moving class. Selain sistem moving class, mulai tahun ajaran 2009/2010 juga diberlakukan sistem 5 hari pembelajaran. Pada hari Senin hingga Jum'at itulah kegiatan KBM dioptimalkan sehingga para siswa dapat berkonsentrasi penuh dalam KBM dan pada hari Sabtunya khusus digunakan untuk kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) yang digunakan siswa dalam mengapresiasikan dan mengembangkan bakat non-akademiknya. Visi yang dimiliki oleh SMA Negeri 3 Semarang adalah menjadi sekolah menengah atas bertaraf internasional terbaik di indonesia, mengutamakan mutu dengan kepribadian yang berpijak pada budaya bangsa. Sedang misi yang diembannya adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk meraih hidup sukses, produktif dan berakhlak mulia dengan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Untuk mewujudkan visi dan misi

10 sekolah didukung dengan jumlah guru yang memadai. Berikut ini adalah tabel jumlah Guru dan karyawan di SMA Negeri 3 Semarang tahun 2013: Tabel 1.1 Jumlah Guru SMA Negeri 3 Semarang Tahun 2013 Jumlah Guru Guru Tetap Guru Tidak Tetap 76 orang 27 orang Sumber : SMA Negeri 3 Semarang, 2013 Tabel 1 menunjukkan jumlah guru SMA Negeri 3 Semarang pada tahun 2013. Dengan banyaknya guru (tetap) maupun tidak tetap yang mendukung program keberhasilan program sekolah, diharapkan masing-masing individu yang didalamnya dapat menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tata Usaha SMA Negeri 3 Semarang, peneliti menemukan data jumlah guru pengampu mata pelajaran sebanyak 5 orang guru atau 5,5% belum sesuai antara pendidikan dengan bidang pekerjaan. Selain itu untuk peraturan jam mengajar yang telah ditetapkan setiap guru mengajar 24 jam/minggu, yang idealnya adalah 18 jam/minggu tatap muka, dalam kenyataannya sebanyak 26 guru atau 28,57% mengajar melebihi dari standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan pra survey mengenai kepuasan kerja yang dilakukan pada guru SMA Negeri 3 Semarang meliputi 3 item yang diteliti dalam hal penilaian kinerja guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan motivasi. Kesimpulan dari survey tersebut adalah sebagai berikut :

11 Tabel 1.2 Penilaian Kinerja Guru SMA Negeri 3 Semarang No Item Sangat Baik Cukup Kurang Baik 1 Kepemimpinan 53,3% 26,7 % 20% 2 Budaya sekolah 60% 18% 22% 3 Motivasi 45% 35% 20% Pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru di SMA Negeri 3 Semarang dikarenakan kepemimpinan, budaya sekolah dan motivasi kerja. Berdasarkan hasil kuesioner awal yang dibagikan terhadap 30 guru SMA Negeri 3 Semarang memberikan tanggapan kurang baik mengenai budaya sekolah sebanyak 22%. Hal ini disebabkan karena pemadatan kegiatan belajar mengajar yang berdampak pada stress sehingga akan menurunkan kinerja guru. Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah SMA Negeri 3 Semarang yang mengutamakan mutu sekolah menjadi beban bagi sebagian guru untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai, sehingga berdampak pada tingkat kinerja yang kurang maksimal. Begitupula untuk motivasi kerja yang kurang baik dapat disebabkan oleh budaya sekolah dan kepemimpinan yang ada akan berdampak pada penurunan kinerja guru. Motivasi yang kurang maksimal dapat dilihat dari tingkat kehadiran guru yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

12 Tabel 1.3 Data Ketidak Kehadiran Guru SMA Negeri 3 Semarang Tahun 2012-2013 No Bulan Tahun Keterangan 2012 2013 Kenaikan/Penurunan Ket % 1 Januari 5 9 Naik A 28,57 2 Februari 10 13 Naik A 13,04 3 Maret 9 8 Turun S 5,88 4 April 14 17 Naik I 9,68 5 Mei 6 7 Naik DL 7,69 6 Juni 4 8 Naik A 33,33 7 Juli 3 5 Naik A 25 8 Agustus 11 0 Belum Update - - 9 September 8 0 Belum Update - - 10 Oktober 9 0 Belum Update - - 11 Nopember 6 0 Belum Update - - 12 Desember 13 0 Belum Update - - Sumber: tata usaha SMA Negeri 3 Semarang Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2012 sampai dengan 2013 jumlah guru yang tidak masuk dikarenakan tidak ada keterangan (alpa) cenderung mengalami kenaikan, kenaikan tersebut berlangsung secara terus menerus setiap bulannya. Indikasi permasalahan di lapangan terletak karena kurang melakukan evaluasi serta tidak efektifnya pemimpin dalam memonitor setiap harinya. Selanjutnya faktor lainnya yaitu budaya sekolah yang sering dilakukan pemadatan kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan guru lelah dan stres. Permasalahan meningkatnya tingkat absensi dan guru yang datang ke sekolah tidak tepat waktu akan membuat siswa menjadi malas dalam belajar sehingga kedepannya akan membuat prestasi belajar siswapun menjadi menurun. Seorang guru harus dapat melaksanakan tata tertib atau peraturan sekolah dengan baik, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dalam ketentuan yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses pendidikan yang ada dalam sekolah tersebut.

13 Selain itu berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan kegiatan observasi, Guru SMA Negeri 3 Semarang yang telah memiliki kompetensi, namun kinerjanya masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak guru didalam proses pembelajaran kurang mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran), Diakhir pembelajaran banyak guru yang belum melaksanakan evaluasi, Banyak guru yang kurang mampu menumbuhkan motivasi siswa, didalam pembelajaran banyak guru yang belum bervariasi dalam menggunakan metode atau model pembelajaran dan masih banyak guru yang belum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan lainnya adalah kepribadian guru, dimana sebagian guru masih memiliki kepribadian yang kurang sesuai dengan profesionalisme guru. Seperti masih dilihat adanya sebagian guru yang masih sulit mengendalikan emosi, kurang memperhatikan siswa, kurang respon terhadap masalah yang dihadapi siswa dalam belajar, dan kurang komunikatif. Faktor kepribadian guru yang masih kurang itu juga terlihat dari adanya guru yang menunjukkan perilaku pribadi yang negatif, seperti kurang ramah, terlalu santai, kurang peka terhadap lingkungan, kurang percaya diri, dan malas. Hal ini sesuai dengan yang dirasakan beberapa siswa SMA Negeri 3 Semarang. Hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA Negeri 3 Semarang, menunjukan bahwa guru kurang termotivasi dalam mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya produktivitas/kinerja guru. Siswa menuturkan masih sering terjadi guru yang sering emosi dalam mengajar di kelas, guru yang tidak merespon kekurangan siswa, jika sudah waktunya mengajar guru masih ada di kantor, jika

14 perwakilan kelas menjemput ke kantor, guru baru masuk kelas dan mengajar. Tidak hanya itu, jika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) belum berakhir, guru sudah mengakhirinya dan meninggalkan kelas. Dengan keadaan guru yang demikian dapat disimpulkan bahwa guru tersebut tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Jika guru memiliki motivasi kerja yang tinggi maka akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, hal ini menarik untuk dianalisis bagaimana kinerja yang kurang maksimal yang dilakukan oleh guru, tetapi mampu membantu memberikan bimbingan belajar kepada siswa dengan hasil yang maksimal. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan beberapa perumusan masalah yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini, maka rumusan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi? 2. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi? 3. Apakah kepribadi guru berpengaruh terhadap motivasi? 4. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja? 5. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja? 6. Apakah kepribadian guru berpengaruh terhadap kinerja? 7. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja? 8. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening?

15 9. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening? 10. Apakah kepribadian guru berpengaruh terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih spesifik mengenai pengaruh antar variabel, yaitu : 1. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi. 2. Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi. 3. Untuk menganalisis pengaruh kepribadian guru terhadap motivasi. 4. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja. 5. Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja. 6. Untuk menganalisis pengaruh kepribadian guru terhadap kinerja. 7. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja. 8. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening. 9. Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening. 10. Untuk menganalisis pengaruh kepribadian guru terhadap kinerja guru dengan motivasi sebagai variabel intervening.

16 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi atau manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan keilmuan untuk peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru di sekolah. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan di SMA Negeri 3 Semarang dalam mengembangkan kinerja guru dengan motivasi kerja sebagai variabel interveningnya sehingga peningkatan pembelajaran dapat ditingkatkan b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi manajerial Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Semarang dalam rangka meningkatkan kinerja guru dengan motivasi kerja sebagai variabel interveningnya. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Disdikpora sehingga dapat mengambil kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja guru dengan motivasi kerja sebagai variabel interveningnya