HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD JEND. A. YANI METRO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

IKRIMA RAHMASARI J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

tindakan pembedahan di Indonesia menempati urutan ke-11 dari 50 negara

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

Jujuren Br. Sitepu Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Keperwatan Gigi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB V HASIL PENELITIAN

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN. Denah Gambaran Ruangan Perawatan Bedah adalah sebagai berikut : 2) Barat : Tangga khusus pengunjung kelantai 1

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERSEPSI NYERI PADA PASIEN APENDISITIS DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

AFAF NOVEL AININ ( S

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

Transkripsi:

JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 9, No 2, April 2015: 71-75 HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD JEND. A. YANI METRO Tia Mitrawati 1, Andoko 2, Dessy Hermawan 2 ABSTRAK Berdasarkan data hasil presurvey yang diperoleh di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro dari bulan Januari sampai Juni tahun 2014 sebanyak 88 pasien yang menderita apendisitis dan yang dilakukan operasi sebanyak 82, sebanyak 60 mengalami komplikasi perporasi, 50 pasien yang tidak melakukan mobilisasi memerlukan waktu lebih dari 5 hari perawatan luka sampai buka jahitan. Sedangkan 32 pasien yang melakukan mobilisasi dini memerlukan 3 sampai 5 hari perawatan luka sampai buka jahitan dan tidak ada komplikasi. Beberapa alasan dari penderita yang tidak segera melakukan mobilisasi adalah karena rasa sakit pada luka operasi, takut kalau dibuat bergerak jahitan pada luka operasi lepas sehingga penyembuhan luka menjadi lama, dan tidak tahu kalau sebenarnya sudah diperbolehkan untuk mobilisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Diketahui adanya hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi appendiktomi di ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pra eksperimental dengan pendekatan one group pra-post tes design. Hasil penelitian ini dari 15 responden dengan tingkat mobilisasi dini bergerak, memiliki lama penyembuhan lambat sebanyak 7 orang (87,5%), dan yang memiliki lama penyembuhan cepat sebanyak 1 orang (12,5%). Sedangkan dari 2 responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini tidak bergerak, lamanya penyembuhan luka lambat 2 orang (28,6%) orang, dan yang cepat penyembuhan luka sebanyak 5 orang (71,4%) Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil uji Chi Square dilaporkan bahwa nilai P value 0,020, artinya lebih kecil dari nilai alpha (0,020 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan secara statisik dengan derajat kepercayaan 95%, berhasil menolak Ho atau ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di ruang rawat bedah RSUD Ahmad Yani Metro Tahun 2014. Sedangkan nilai CI 95% = 17,500 (1,233-250,357), artinya responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini bergerak berpeluang untuk memilki penyembuhan luka 17,500 kali lebih cepat dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini tidak bergerak. Kata Kunci : Mobilisasi Dini, Penyembuhan Luka, Apendisitis, Apendiktomi PENDAHULUAN Terminologi abdomen akut telah banyak diketahui namun sulit untuk didifinisikan secara tepat. Tetapi sebagai acuan adalah kelainan nontraumatik yang timbul mendadak dengan gejala utama di daerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera. Salah satu dari situasi ini adalah apendisitis (Arif Mansjoer, 2000). tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil apabila dilakukan dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan mortalitas bila terjadi komplikasi (Arif Mansjoer, 2000). Insiden apendisitis lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah makanan menjadi kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas,dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria (Schwartz, 1999 dalam http://www.wordpres.com). Menurut data RSPAD Gatot Subroto tahun 2008 jumlah pasien yang menderita penyakit apendisitis di Indonesia adalah sekitar 32 % dari jumlah populasi 1. RSUD Ahmad Yani Metro 2. Prodi Keperawatan FK Universitas Malahayati B. Lampung

72 Tia Mitrawati, Andoko, Dessy Hermawan penduduk Indonesia (DEPKES RI, 2009). Satu diantara lima penderita penyakit apendisitis umumnya tidak memperhatikan kesehatan dengan baik dan lebih dari 100.000 yang diduga mengidap perforated appendix tidak pernah melaporkan ke dokter (Kasdu, 2003 dalam http://www.anneahira.com). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahui adanya hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi appendiktomi di ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro Tahun 2014. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang memiliki kriteria berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa, hipotesa, ukuran objektif, dan data kuantitatif yang dikuantitatifkan, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mobilisasi dini terhadap lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi. Penelitian dilakukan di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro pada tanggal 29 November 2014 sampai dengan 22 Desember 2014. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental yaitu jenis eksperimen yang mempunya kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiono, 2009). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh pasien pasca operasi apendik yang dirawat di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro Tahun 2014 dengan rata-rata jumlah pasien per bulan 15 pasien. Adappun sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total populasi, karena jumlah populasi kurang dari 100 (Arikunto, 2010), dengan kriteria inklusi pasien pasca apendiktomi dengan usia diatas 12 tahun atau masuk kategori pasien dewasa. Jumlah sampel yang diambil adalah 15 orang pasien. HASIL & PEMBAHASAN a. Mobilisasi Dini Tabel 1 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Mobilisasi Dini Di RSUD. Jend. A. Yani Metro Tahun 2014 Mobilisasi Dini Jumlah Persentasi Bergerak Tidak bergerak 8 7 53,33 46,67 Jumlah 15 100,0 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar mobilisasi dini responden adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,33%), sedangkan yang tidak bergerak yaitu sebanyak 7 orang (46,67%). Dengan demikian dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mobilisasi dini pasien pasca operasi apendiktomi di Ruang Rawat bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Metro adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,53%). b. Lamanya Penyembuhan Luka Tabel 2 Distribusi Statistk Responden Berdasarkan Lamanya Penyembuhan Luka Di RSUD Jend. A. Yani Metro Tahun 2014 Variabel Lamanya penyembuhan luka Mean-Median 5,53 5,00 Standar Deviasi Min- Maks 1,505 3,00 8,00 95% CI for Mean 4,6996 6,3671 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata (mean) lamanya penyembuhan luka adalah 5,53 hari (95% CI for Mean : 4,6996 6,3671), median 5 hari dan standar deviasi 1,505 hari. Jumlah hari lamanya penyembuhan luka tercepat adalah 3 hari, dan terlama adalah 8 hari. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata rata lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di RSUD Jend. A. Yani Metro berada antara 4,6996 hari sampai dengan 6,3671 hari. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata-rata lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini bergerak adalah 4,3750 hari, dengan standar deviasi 0,74402 hari, sedangkan lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini tidak bergerak adalah 6,8571 hari, dengan standar deviasi 0,89974 hari. Hasil uji statistik dilaporkan bahwa nilai P value 0,000, artinya lebih kecil dari nilai alpha (0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan secara statisik dengan derajat kepercayaan 95%, berhasil menolak Ho, yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara ratarata lamanya penyembuhan luka pada pasien yang melakukan mobilisasi dini bergerak dengan lamanya

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasien 73 Pasca Operasi Apendiktomi Di Ruang Bedah RSUD Jend. A. Yani Metro penyembuhan luka pada pasien yang melakukan mobilisasi dini tidak bergerak atau ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di ruang rawat bedah RSUD Jend. A. Yani Metro Tahun 2014. Sedangkan nilai CI 95% = 1,83273 (1.56578-3.39851), artinya responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini bergerak berpeluang untuk memilki penyembuhan luka 1,83273 kali lebih cepat dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat mobilisasi dini tidak bergerak. Tabel 3 Hubungan antara Mobilisasi dini dengan Lamanya penyembuhan luka Di RSUD Jend. A. Yani Metro Tahun 2014 Variabel Mean SD SE 95 % CI N P Value Bergerak 4,3750 0,74402 0,26305 1,83273 8 0,000 Tidak bergerak 6,8571 0,89974 0,34007 (1,56578-3,39851) 7 PEMBAHASAN Analisis dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian, yaitu 2 variabel independen. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuens dan tabel distribusi statistiki. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mobilisasi dini responden adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,33%), sedangkan yang tidak bergerak yaitu sebanyak 7 orang (46,67%). Dengan demikian disimpulkan bahwa sebagian besar mobilisasi dini pasien pasca operasi apendiktomi di Ruang Rawat bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Metro adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,53%). Menurut Alimul (2009), jenis mobilisasi dibedakan berdasarkan kemampuan gerakan yang dilakukan oleh seseorang yaitu : 1. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran seharihari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. Mobilisasi sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1 No.2, Desember 2013 ISSN 2338-3690100 tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh. Mobilisasi diawali segera pada hari pertama post operasi, dan diet diberikan sesuai dengan toleransi kerja usus. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit, berdiri dan berjalan, kembali ke tempat tidur, kursi (Lewis S, 2000) yang dapat diperoleh dari kepatenan pernafasan, sirkulasi dan kontrol terhadap nyeri. Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan. Sehingga perawat perlu waspada adanya pernafasan yang dangkal dan lambat serta batuk yang lemah. Salah satu kekhawatiran terbesar perawat adalah obstruksi jalan nafas akibat aspirasi muntah, ukumulasi sekresi mukosa di faring, atau bengkaknya spasme laring (Odom, 1993 dalam Kozier, 2004). Pencegahan awal statis sirkulasi sebagai komplikasi sirkulasi yang tidak adekuat adalah dengan meningkatkan aliran darah balik vena dan aliran darah normal. Perawat menganjurkan klien melakukan latihan kaki dan ambulasi lebih awal. Beberapa tujuan mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain : Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka dan membantu pernafasan menjadi lebih baik. Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (C. Smeltzer, 2001). Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih.(c. Smeltzer, 2001). Sedangkan di RSUD Jend. A. Yani Metro diketahui untuk lamanya penyembuhan luka pada pasien pasca operasi apendiktomi, rata-rata (mean) lamanya penyembuhan luka adalah 5,53 hari (95% CI for Mean : 4,6996 6,3671), median 5 hari dan standar deviasi 1,505 hari jumlah hari lamanya penyembuhan luka tercepat adalah 3 hari, dan terlama adalah 8 hari. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata rata lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di RSUD Jend. A. Yani Metro berada antara 4,6996 hari sampai dengan 6,3671 hari. Luka adalah keadaan gangguan pada integritas dan fungsi jaringan pada tubuh (Baharestani, 2004, dikutip oleh Potter Perry 2009). Terdapat dua jenis luka, yaitu luka dengan atau tanpa kehilangan jaringan. Insisi

74 Tia Mitrawati, Andoko, Dessy Hermawan pembedahan yang bersih adalah contoh luka dengan kehilangan jaringan yang sedikit. Luka pembedahan sembuh melalui penyembuhan primer. Sebaliknya, luka yang melibatkan kehilangan jaringan, seperti luka bakar, ulkus tekan, atau laserasi berat, sembuh melalui penyembuhan sekunder. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka diantaranya adalah usia, nutrisi, infeksi, sirkulasi dan oksigenasi, hematoma, benda asing, iskemia, diabetes, keadaan luka dan pemberian obat.. Setelah dilakukan uji statistik Hubungan Mobilisasi Dini dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasien Pasca Operasi Apendiktomi di Ruang Bedah didapatkan hasil sebagai berikut, dari 15 responden ratarata lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini bergerak adalah 4,3750 hari, dengan standar deviasi 0,74402 hari, sedangkan lamanya penyembuhan luka dengan mobilisasi dini tidak bergerak adalah 6,8571 hari, dengan standar deviasi 0,89974 hari. Hasil uji statistik dilaporkan bahwa nilai P value 0,000, artinya lebih kecil dari nilai alpha (0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan secara statisik dengan derajat kepercayaan 95%, berhasil menolak Ho, yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara ratarata lamanya penyembuhan luka pada pasien yang melakukan mobilisasi dini bergerak dengan lamanya penyembuhan luka pada pasien yang melakukan mobilisasi dini tidak bergerak atau ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di ruang rawat bedah RSUD Jend. A. Yani Metro Tahun 2014. Sedangkan nilai CI 95% = 1,83273 (1.56578-3.39851), artinya responden dengan mobilisasi dini bergerak berpeluang untuk memilki penyembuhan luka 1,83273 kali lebih cepat dibandingkan dengan responden mobilisasi dini tidak bergerak. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Penelitian yang telah dilakukan oleh Dina Dewi (2011) di Puskesmas Singosari Kabupaten Malang dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini dengan Kecepatan Kesembuhan Luka Perineum pada Pasien Ibu Post Partum dengan hasil penelitian menunjukkan nilai sebesar 1,000 dimana lebih besar dari pada alfa = 0,05. Hal senada dari hasil penelitian Penelitian yang telah dilakukan oleh dhani, (2006) di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Lavalette Malang dengan judul Pengaruh penyuluhan tentang mobilisasi dini pasca pembedahan terhadap mobilisasi dini pada pembedaan abdomen dengan hasil penelitian menunjukkan nilai uji t- test dengan derajat kemaknaan p= 0.0000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0.05. Sedangkan hubungan mobilisasi dini terhadap lama penyembuhan luka karena kemampuan klien untuk mulai beraktifitas kembali mempercepat pemulihan terhadap kemampuan otot-otot dan sendi sehingga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan dan lama hari rawat. (C. Smeltzer, 2001). SIMPULAN & SARAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: 1. Distribusi fekuensi mobilisasi dini responden adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,33%), sedangkan yang tidak bergerak yaitu sebanyak 7 orang (46,67%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mobilisasi dini pasien pasca operasi apendiktomi di Ruang Rawat bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Metro adalah bergerak yaitu sebanyak 8 orang (53,53%). 2. Distribusi statistik lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi diketahui bahwa rata-rata (mean) lamanya penyembuhan luka adalah 5,53 hari (95% CI for Mean : 4,6996 6,3671). Jumlah hari lamanya penyembuhan luka tercepat adalah 3 hari, dan terlama adalah 8 hari. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata rata lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi di RSUD Jend. A. Yani Metro berada antara 4,6996 hari sampai dengan 6,3671 hari. 3. Ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien di ruang bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Metro tahun 2014 karena dari hasil analisis uji T Independen didapatkan hasil P Value 0,000 < 0,05. Sedangkan saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Kepada Masyarakat Bagi masyarakat hendaknya mematuhi anjuran petugas kesehatan serta menerapkan dengan sebaikbaiknya mobilisasi dini, agar proses pnyembuhan luka pasca operasi berlangsung cepat. 2. Kepada Instansi Keperawatan Agar menerapkan intervensi mobilisasi dini lebih baik lagi dan slalu mengevaluasi perkembangan luka pasien pasca operasi, sehingga mobilisasi dini bisa berjalan efektif serta proses penyembuhan luka berlangsung cepat. 3. Bagi peneliti Selanjutnya Perlu dikaji lebih jauh dan mendalam tentang berbagai faktor yang mempengaruhi lamanya penyembuhan luka, sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling berperan dalam mempengaruhi kinerja seorang perawat. Selanjutnya agar dapat diberikan masukan serta kiat-kiat kepada bidang keperawatan guna meningkatkan mutu lamanya penyembuhan luka yang

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasien 75 Pasca Operasi Apendiktomi Di Ruang Bedah RSUD Jend. A. Yani Metro pada akhirnya akan berguna bagi peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit dan kepuasan pasien. DAFTAR PUSTAKA Barbara C. Long (1996). Praktek Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Ed 8. Jakarta: EGC. Djamaloeddin (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. Grace, Pierce (2006). Surgery At E Glance. Jakarta: Erlangga. Kozier, B (1995). Fundamental of Nursing;Concepts, Process, and Practice. California: Redwood City. Mansajoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. R, Theodore (1995). Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. Sjamsuhidajat (2005). http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/29/ appendisitis (diakses pada tanggal 26 Maret 2012). Carpenito (2000). http://indonesiannursing.com/2008/05/ mobilisasi-dini (diakses pada tanggal 20 maret 2012). Cloud (1993). http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/1 1/ apendisitis-akut-atau-usus-buntu (diakses pada tanggal 20 maret 2012). Kusmawan, E (2005). http://spesialisbedah.com/2008/11/ pentingnya-bergerak-pasca-operasi (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). Sjamsuhidajat (1997). http://yusufsinaga.wordpress.com/2009/04/19/ penyembuhan-luka (diakses pada tanggal 15 April 2012). Kasdu (2003). http://www.anneahira.com/pencegahanpenyakit/usus-buntu.htm (diakses pada tanggal 20 Maret 2012).