BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PERANCANGAN BUKAAN PADA SPSW. Pada segmen ini akan dibahas bagaimana prosedur untuk memberikan void /

BAB I PENDAHULUAN. Dinding geser pelat baja (Steel Plate Shear Walls, SPSW) sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding

DINDING GESER PELAT BAJA DENGAN STRIP MODEL YANG DIMODIFIKASI MENGACU PADA SNI , SNI dan AISC 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan ini dihubungkan dengan las atau baut mutu tinggi. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya didesain dengan baik sehingga mampu menunjukkan kinerja yang

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Seismic Column Demand Pada Rangka Bresing Konsentrik Khusus

PERANCANGAN STEEL PLATE SHEAR WALLS DENGAN SAMBUNGAN REDUCED BEAM SECTION. Oleh : YUDIT KUNTARDI NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

ANALISA PERBANDINGAN BERBAGAI PENAMPANG DINDING GESER KOMPOSIT AKIBAT BEBAN LATERAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelat dasar kolom mempunyai dua fungsi dasar : 1. Mentransfer beban dari kolom menuju ke fondasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

Drift Control Deep Beam-to-Deep Column Special Moment Frames dengan Sambungan RBS

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB VII PENUTUP. Pada arah arah X. V y = ,68 kg = 642,44 ton. Pada arah Y

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

Struktur Baja 2. Kolom

ANALISIS PELAT BUHUL STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK

BAB II STUDI PUSTAKA

T I N J A U A N P U S T A K A

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

Filosofi Desain Struktur Baja

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KUSUMA MULIA TOWER SOLO MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

yaitu plat Philippines, plat Pasifik, plat Australia dan plat Eurasia (Widodo 2001).

STUDI PERILAKU ELEMEN STRUKTUR DENGAN SAMBUNGAN KAKU PADA BALOK DAN KOLOM BANGUNAN BAJA TAHAN GEMPA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB III METODE PENELITIAN

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

SEISMIC COLUMN DEMANDS PADA SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK KHUSUS DENGAN BRESING TIPE X DUA TINGKAT

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B I I TINJAUAN PUSTAKA. getaran elastis yang dipancarkan ke segala arah dari titik runtuh (rupture point).

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENILAIAN DOKUMEN TEKNIS ke 03 TOWER THAMRIN NINE DEVELOPMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

ANALISA KINERJA LINK TERHADAP VARIASI TIPE PENGAKU PADA RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steel Plate Shear Walls Steel Plate Shear Walls adalah sistem penahan beban lateral yang terdiri dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom disekelilingnya. SPSW yang dikenakan beban inelastis siklik menunjukkan kekakuan, daktilitas yang tinggi, dan mendisipasi energi dalam jumlah besar. Karakter karakter ini membuat SPSW sangat cocok digunakan untuk menahan beban seismik. Pada dasarnya, sambungan balok-kolom pada SPSW dapat menggunakan tipe sambungan sederhana, maupun sambungan penahan momen. Namun untuk memenuhi kriteria dari peraturan gempa AISC 341, dianjurkan menggunakan sambungan penahan momen. Pada tahun 1980an, SPSW didesain dengan pengaku yang berat untuk menghindari tekuk pada infill plate. Diketahui kemudian melalui beberapa penelitian dan analisis oleh sejumlah pakar menggunakan metode quasistatis maupun pembebanan dinamis, bahwa kekuatas pasca tekuk dan daktilitas dari badan pelat yang langsing sangat substansial. Berdasarkan hasil penelitian ini, sejumlah peraturan termasuk Canadian Standards Association pada CSA S16-01 menyediakan metode desain untuk SPSW yang memperbolehkan dinding mengalami tekuk geser dan mengembangkan tegangan tarik pada badan pelat. 6

7 Gambar 2.1. Bentuk tipikal SPSW (Sumber : Bruneau dkk, 2005) Karena pelat yang digunakan tanpa pengaku dan langsing, maka web-plate dapat menanggung tegangan tarik yang sangat besar, namun tidak dapat menahan gaya tekan. Maka diasumsi bahwa panel tidak menerima beban gravitasi dan hanya mengalami deformasi akibat geser ketika menerima beban lateral. Desain SPSW pada daerah rawan gempa, diasumsi beban lateral cukup besar untuk menyebabkan terjadinya luluh tarik di sepanjang webplate. Maka, didapatkan beban yang seragam pada webplate (pada batas elastis, tidak mungkin untuk mendapatkan tegangan yang seragam sepanjang webplate). Saat beban lateral diterima oleh sistem SPSW, tegangan geser akan terjadi pada webplate (dengan sudut 45 derajat dari sumbu vertikal) hingga melebihi kuat tekan tersedia pada pelat. Kemudian webplate akan mengalami tekuk dan

8 membentuk garis lipat diagonal. Garis lipat diagonal kemudian akan membentuk sudut tegangan tarik yang baru (semula 45derajat) yang disimbolkan dengan sudut α. II.2. Analisis dengan metode Modified Strip Model Tujuan dalam permodelan ada 2, pertama untuk mendapatkan gaya gaya pada elemen struktur yang digunakan untuk dasar perancangan. Gaya aksial dan lentur pada balok dan kolom, serta tegangan pada webplate harus diketahui untuk menentukan profil tampang elemen. Tujuan kedua adalah untuk mengestimasi lateral displacement yang terjadi pada rangka. Simpangan / drift yang berlebihan akan menghasilkan perilaku struktur yang tidak dapat diandalkan, sehingga terkadang kekakuan rangka sering menjadi nilai yang menentukan desain. Thorburn, dkk, (1983) telah memperkenalkan metode permodelan strip model. Dimana ide dasarnya penggunaan sejumlah elemen yang hanya menerima tegangan tarik diagonal yang tersusun parallel sebagai pengganti pelat dinding. Metode ini telah dicantumkan dalam CSA 2001, peraturan desain bangunan baja Canada, dan juga telah diperkenalkan dalam segmen Commentary pada AISC 341-2005. Peraturan CSA mengharuskan penggunaan lajur minimal sejumlah 10 lajur untuk dapat mendekati efek dari distribusi gaya pada boundary elements.

9 Untuk perencanaan seismik, gaya pada balok dan kolom harus ditentukan dengan asumsi pelat mengalami luluh akibat tegangan tarik yang merata di sepanjang badannya. Dengan demikian, semua elemen yang dirancang harus dapat menerima beban yang ditentukan dalam analisis. Gambar 2.2. Bentuk tipikal Strip Model (Sumber : Bruneau dkk, 2008) Gambar di atas menunjukkan bentuk tipikal Strip Model dimana sudut tegangan tarik (α) adalah sudut yang terbentuk dari pertemuan lajur diagonal dengan garis vertikal. Luas tampang lajur diberikan sebesar jarak antar lajur dikali dengan tebal pelat. Sehingga akan diperoleh berat struktur yang lebih kurang sama dengan pelat dinding. Kedua ujung lajur harus dijepit kaku. Shishkin, dkk, (2005) memperkenalkan strip model yang telah dimodifikasi agar dapat lebih mendekati perilaku asli sistem struktur dalam menahan beban lateral. Gambar 2.3. menunjukkan bentuk modified strip model.

10 Gambar 2.3. Bentuk Tipikal modified strip model (Sumber : Shishkin dkk, 2005) Modifikasi yang diajukan oleh shishkin dkk adalah penambahan satu lajur dengan elemen yang hanya menerima tegangan tekan yang berlawanan arah dengan tension strip dan menghubungkan 2 sudut rangka. Dalam penelitiannya, Shishkin dkk menunjukkan bahwa strip model yang tidak ditambahkan compression strut cenderung menghasilkan kapasitas ultimit lebih rendah dari benda uji asli (berkurang sekitar 8.3%). Selain itu adalah diberikannya peran deterioration pada 2 batang tension strip yang mempertemukan sudut panel dengan jarak terkecil (gambar 2.3). Hasil pembelajaran menunjukkan tanpa adanya 2 deterioration hinge, perilaku rangka tidak cukup mendekati kenyataan. Dimana pada kenyataan setelah mencapai kekuatan ultimit, rangka akan kehilangan kekuatan perlahan, kurva akan cenderung menurun mendekati akhir. Deterioration hinge ini adalah metode yang digunakan untuk mendekati sifat tersebut.

11 Gambar 2.4. menunjukkan hasil penelitian Shishkin dkk yaitu kurva respon base shear displacement, untuk memperlihatkan perbandingan permodelan strip model tanpa deterioration hinge, atau compression strut. Sedangkan gambar 1.6. menunjukkan hasil perbandingan modified strip model, dengan strip model orisinil terhadap pengujian rangka SPSW yang nyata. Gambar 2.4. Kurva respons untuk perbandingan modified strip model dengandan tanpa deterioration hinge dan compression strut. (Sumber : Shishkin dkk, 2008)

12 Gambar 2.5. Kurva respons untuk perbandingan strip, modified model terhadap pengujian asli (Sumber : Shishkin dkk, 2008) II.3. Boundary Elements Steel Plate Shear Walls terdiri dari infill panels baja yang dikelilingi oleh balok dan kolom yang mempunyai sambungan terhadap webplate. Kolom dikedua sisi disebut vertical boundary elements. Dan balok di atas maupun bawah webplate disebut horizontal boundary elements. Mengikuti prinsip desain kapasitas, AISC Seismic Provisions for Structural Steel Building (AISC 341-2005) mewajibkan HBE dan VBE untuk didesain agar tetap elastik saat infill panels mengalami tegangan luluh terkecuali untuk ujung HBE dan pada dasar VBE diperbolehkan untuk terjadi sendi plastis yang memenuhi mekanisme sifat plastis yang diharapkan pada dinding. Hal ini diharapkan terjadi saat sambungan kaku antara HBE-VBE dan antara VBE-dasar lantai digunakan.

13 Baik VBE dan HBE didesain untuk memikul tegangan yang terjadi pada webplate dengan sudut yang telah ditentukan dari geometri rangka dan ukuran ukuran elemen yang digunakan. Kelenturan VBE dan HBE akan menahan tegangan ke arah dalam. Untuk lebih mudah memahami mekanisme kerja VBE dan HBE pada sistem SPSW, free body diagram yang ditampilkan di bawah dapat memperjelas. Gambar 1.6. menunjukkan beban yang diaplikasikan ke dalam sistem SPSW dan reaksi dasar pada SPSW satu lantai. Gambar 1.7 menunjukkan gaya gaya dalam pada elemen dalam sistem dinding akibat gaya pada gambar 1.6. Gambar 1.8. menunjukkan gaya dalam pada HBE di lantai menengah pada bangunan bertingkat tinggi. Tegangan pada badan pelat pada HBE menyebabkan gaya tarik terhadap pelat. Untuk HBE pada lantai menengah, gaya dari pelat di atas menyeimbangkan gaya dari pelat di bawah HBE. Namun, HBE pada lantai teratas tidak memiliki gaya yang menyeimbangkan gaya yang lainnya, sehingga kelenturan yang cukup signifikan diharapkan pada balok. Karena itu, HBE pada lantai teratas biasanya mempunyai dimensi yang lebih besar dibanding HBE lainnya. Pada dasar lantai, tegangan pada badan yang menyebabkan gaya tarik ke arah atas harus ditahan oleh fondasi. Tegangan pada badan juga menyebabkan gaya tarik ke arah dalam pada VBE, menyebabkan gaya lentur yang signifikan. VBE harus mempunyai kuat lentur dan kekakuan yang cukup untuk menahan

14 gaya tersebut serta mengizinkan bagian badan secara menyeluruh mengalami tegangan luluh dengan tetap bertahan pada sifat elastik elemen. Gaya lentur ke arah dalam dari VBE ditahan oleh gaya tekan pada HBE di atas dan di bawah segmen VBE. Maka, HBE diharuskan untuk dapat menahan gaya tekan yang signifikan. Gambar 2.6 menunjukkan gaya tekan pada dasar di bagian VBE sisi kanan diseimbangkan oleh tegangan akibat VBE di sisi kiri dan dari dalam webplate. Hal ini menunjukkan gaya tekan akibat beban lateral pada VBE lebih besar daripada tegangan yang terjadi. Gaya aksial pada sambungan VBE-HBE tidak simetris dari ujung yang satu dibanding ujung lainnya. Pada sambungan di sisi kanan, gaya aksial yang terjadi adalah selisih dari beban kolektor (F) dan reaksi dari VBE. Sedangkan pada sambungan di sisi kiri, gaya aksial merupakan hasil penjumlahan kedua komponen tersebut. Simbol simbol yang tercantum pada gambar. V HBE = Gaya geser dalam VBE, (N) F = Beban kolektor, (N) P HBE(VBE) = gaya aksial dalam HBE yang diakibatkan VBE, (N) Ry = rasio dari tegangan luluh yang diharapkan dengan tegangan luluh minimum, Fy (Mpa)

15 Gambar 2.6. Gaya luar dan reaksi dari komponen dasar SPSW (Sumber : Ericksen dan Sabelli, 2008) Gambar 2.7. Free Body Diagram akibat beban luar pada gambar 3 (Sumber : Ericksen dan Sabelli, 2008) Gambar 2.8. Free Body Diagram dari boundary elements di lantai menengah (Sumber : Ericksen dan Sabelli, 2008)

16 Fy = tegangan luluh minimum, tergantung mutu baja yang digunakan, (Mpa) tw = tebal dari webplate, (mm) P VBE(right,left) = Gaya aksial dalam VBE pada sisi kiri atai sisi kanan dinding, (N) V VBE = gaya geser dalam VBE, (N) II.4. Bukaan pada SPSW Bukaan terkadang diperlukan dalam SPSW. Dimana SPSW digunakan pada inti bangunan, bukaan diperlukan untuk memberi akses ke tangga, lift, dan bagian dari saluran. AISC 341 mengharuskan HBE dan VBE didesain di sekitar bukaan untuk menahan tegangan webplate kecuali percobaan sudah dilakukan sebelumnya untuk membenarkan penggunaan bukaan tanpa dukungan. HBE dan VBE yang spesial seperti ini biasanya disebut Local Boundary Elements (LBE). LBE vertikal membutuhkan perpanjangan hingga setinggi lantai rencana dari HBE yang satu ke HBE yang lain. Dan LBE horizontal juga membutuhkan perpanjangan hingga selebar dinding rencana dari VBE yang satu ke VBE lainnya. LBE horizontal ini nantinya akan mengurangi kebutuhan terhadap momen inersia dan kebutuhan kuat lentur akibat tegangan dari webplate di VBE. Local boundary elements pada dasarnya didesain untuk menahan gaya yang diakibatkan tegangan pada badan pelat. Gambar 2.9 di bawah menunjukkan free body diagram dari LBE pada suatu sistem SPSW dengan bukaan. Untuk

17 mempermudah, free body diagram dari webplate tidak diperlihatkan, begitu pula dengan momen ujung yang dihasilkan dari sambungan yang kaku akibat tegangan dari webplate dan perilaku dari rangka. Gambar 2.9. FBD untuk gaya luar dan dalam pada SPSW dengan bukaan (Sumber : Sabelli dan Bruneau, 2007) Local boundary elements harus memenuhi kriteria kekakuan yang disebutkan oleh AISC section 17.4g. Boundary elements yang lentur mungkin akan mengakibatkan sudut tegangan α tidak sesuai dengan yang diperhitungkan, dan kuat geser dari webplate kemudian harus menyesuaikan. II.4.1 Prosedur desain Desain untuk SPSW dengan bukaan tidak berbeda dengan desain SPSW pada umumnya, yaitu SPSW tanpa bukaan. Webplate ditentukan ukurannya untuk

18 mendapatkan kuat geser yang diperlukan, kemudian gaya pada boundary elements dihitung berdasarkan kekuatan webplate dan sudut tegangan tarik, α. Desain mula mula dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mengasumsi sudut tegangan tarik, dilanjutkan dengan desain final dengan sudut yang dihitung menggunakan ukuran aktual dari boundary elements. Biasanya, desain sudah dilakukan pada SPSW tanpa bukaan pada umumnya. Penggunaan bentuk bukaan dan tambahan LBE pada sistem tidak menyebabkan VBE harus didesain ulang, walaupun berkurangnya gaya lentur dapat mengizinkan penggunaan ukuran yang lebih kecil. HBE di atas maupun di bawah harus didesain ulang. Dikarenakan oleh kebutuhan local overturning, dan webplate harus didesain ulang akibat berkurangnya panjang horizontal, juga kemungkinan berubahnya sudut tegangan tarik. Analisis push-over berguna untuk menentukan gaya pada LBE. Analisis push-over pada sistem SPSW dengan bukaan tidak berubah dari analisis pada SPSW tanpa bukaan. Untuk kebutuhan desain, metode desain kapasitas akan digunakan. II.4.2. Sambungan antar LBE Sambungan antara sesama LBE tidak perlu dirancang untuk memenuhi persyaratan sambungan pada HBE-VBE yang dirancang sebagai sambungan kaku. Persyaratan sambungan yang kaku pada VBE-HBE dimaksudkan untuk menyediakan kinerja histeretik yang lebih stabil pada rangka. Rangka seperti ini, dimana VBE dan HBE terletak pada level diafragma akan hadir tanpa

19 memperhatikan jenis sambungan yang digunakan pada LBE karena absennya diafragma. Percobaan terbatas sudah pernah dilakukan untuk bukaan tanpa LBE (Vian dan Bruneau, 2004), desainer dapat menggunakan konfigurasi yang digunakan pada percobaan tersebut. Sangat dianjurkan penggunaan bukaan tanpa dukungan LBE tidak diekstrapolasi melebihi konfigurasi yang sudah pernah diteliti dalam hal ukuran bukaan yang diizinkan, proporsi panjang horizontal yang dihilangkan atau bentuk bukaan. II.5. Reduced Beam Section Pada dasarnya sambungan reduced beam section diaplikasikan dengan mengurangi kapasitas lentur suatu elemen struktur pada lokasi yang sudah ditentukan secara strategis untuk memastikan keluluhan dan sendi plastis terjadi pada badan balok (biasanya dekat dengan muka kolom). Sambungan ini memiliki keunikan dimana terdapat potongan radius berbentuk circular di sayap bagian atas dan bawah profil balok, dengan begitu akan mengurangi luas profil pada segmen kecil di kedua ujungnya. Untuk menghubungkan kolom dan sayap balok, hanya digunakan las baja. Setiap sayap balok dilas pada badan kolom menggunakan Complete Joint Penetration Groove Welds. Untuk detail bentuk tipikal sambungan RBS diberikan pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Detail Sambungan Reduced Beam Section (Sumber : AISC 358-10) 20