MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN Oleh : Barda Nawawi Arief

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI PENAL DAN TINDAK PIDANA. Pendekatan yang kedua ini (non litigasi) bersifat win-win solution.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MEDIASI PENAL DALAM INTEGRATED CRIMINAL JUSTICE SYSTEM. Nediyanto Ramadhan. Abstract

Kata kunci: mediasi penal, tindak pidana, penganiayaan ringan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum publik. Masing-masing dari kedua klasifikasi tersebut memiliki fungsi

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI MEDIASI PENAL SEBAGAI PERWUJUDAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Literatur hukum pidana jarang sekali menjelaskan, bahwa istilah hukum pidana

PENANGANAN PERKARA ANAK MELALUI RESTORATIVE JUSTICE. Oleh: Lilik Purwastuti Yudaningsih 1 ABSTRACT

RELEVANSI SOSIO YURIDIS MEDIASI PENAL BAGI MASYARAKAT PEDESAAN. (Studi terhadap Penyelesaian Tindak Pidana pada. Masyarakat Suku Samin)

KEADILAN RESTORATIF DALAM PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

Restorative Justice. Nathalina Naibaho. Pascasarjana Fakultas Hukum UI,

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

Menakar Keadilan Melalui Penyelesaian Sengketa Pidana di Luar Pengadilan Oleh : Malik Perkumpulan HUMA

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

BAB I PENDAHULUAN. mencegah timbulnya disorder, khususnya sebagai pengendali kejahatan. 1

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

PENEGAKAN HUKUM MELALUI RESTORATIVE JUSTICE YANG IDEAL SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

PENYELESAIAN PERKARA KDRT MELALUI MEDIASI PENAL PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI POLRES KAPUAS

Penerapan Mediasi Penal Dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak. Oleh: Imam Hermanda Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

SKRIPSI IMPLEMENTASI MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

1 Aktivitas manusia untuk memenuhi seoptimal mungkin kebutuhan dan

PRAKTIK MEDIASI PENAL SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DI POLRESTABES SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

ANALISIS YURIDIS MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH TERHADAP SERTIFIKAT GANDA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

PELAKSANAAN DISKRESI OLEH PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA KECELKAAN LALU LINTAS JALAN RAYA DI KOTA DENPASAR

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)

KESIMPULAN SEMINAR NASIONAL HARI ULANG TAHUN IKATAN HAKIM INDONESIA KE-59

DIVERSI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Oleh: Sri Rahayu 1

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG- UNDANG TENTANG PERKAWINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pasal 28

PEMBINAAN ANAK PIDANA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE

Pendahuluan. A. Perbandingan sebagai Metode- Sasaran

II.TINJAUAN PUSTAKA. sangat dipengaruhi beberapa faktor lain di luar diri Anak. Untuk melakukan

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

RESTORATIVE JUSTICE: Konsep, Implementasi, dan Kendalanya

Mediasi Penal Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia

SARWIRINI. Seminar Kerjasama Badan Penanggulangan Narkotika Nasional dan Fakultas hukum Universitas Airlangga Surabaya, 24 September 2014

KOMPENSASI SEBAGAI UPAYA PELAYANAN PADA KORBAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH SKRIPSI

MEDIASI PENAL SEBAGAI UPAYA DALAM RANGKA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BERBASIS NILAI-NILAI KESEIMBANGAN

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

KEBIJAKAN FORMULASI PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Abstrak

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

Analisis, Juni 2014, Vol.3 No.1 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal tersebut ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

POLITIK (PEMBARUAN ) HUKUM PIDANA DI INDONESIA. (Indonesia Criminal Law Reform Policy)

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

KEADILAN RESTORATIF DAN PEMENUHAN HAK ASASI BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Hj. D.S. DEWI, SH.MH Wakil Ketua PN Bale Bandung

PELANGGARAN HUKUM PAJAK YANG BERIMPLIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI & UPAYA PENEGAKAN HUKUMNYA

I. PENDAHULUAN. ini dibutuhkan agar masyarakat memiliki kesadaran agar tertib dalam berlalu

Perkembangan/Pembaharuan HUKUM PIDANA INDONESIA. Dr. Hj.Nashriana, SH.M.Hum.

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PEMETAAN LEGISLASI INDONESIA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Supriyadi Widodo Eddyono

PENGGUNAAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KEJAHATAN INTERNET BANKING DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN HUKUM PIDANA (INTERNET BANKING CRIME IN PENAL POLICY PERSPECTIF)

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

ANALISIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004)

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM RANGKA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DENGAN PELAKU ANAK

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pebuatan yang bertentangan dengan kaidah. Perbuatan yang bertentangan

DIVERSI SEBAGAI WUJUD KEBIJAKAN PEMIDANAAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Transkripsi:

MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN Oleh : Barda Nawawi Arief Seminar Nasional Pertanggungjawaban Hukum Korporasi dalam Konteks Good Corporate Governance Program Doktor Ilmu Hukum UNDIP, di Inter Continental Hotel, Jakarta, 27 Maret 2007.

BERBAGAI ISTILAH MEDIASI PENAL mediation in criminal cases atau mediation in penal matters istilah Belanda : strafbemiddeling, istilah Jerman : Der Außergerichtliche Tatausgleich (disingkat ATA) yang terdiri dari : ATA-J (Außergerichtlicher Tatausgleich für Jugendliche) untuk anak, dan ATA-E (Außergerichtlicher Tatausgleich für Erwachsene) untuk orang dewasa. istilah Perancis : de médiation pénale. Karena mempertemukan antara pelaku tindak pidana dengan korban, sering juga dikenal dengan istilah : Victim-Offender Mediation (VOM) atau Täter-Opfer-Ausgleich (TOA).

ADR DALAM HK PIDANA POSITIF INDONESIA Kasus pidana pada prinsipnya tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan, kecuali dalam hal-hal tertentu. namun dalam praktek, sering juga kasus pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui berbagai diskresi aparat atau melalui mekanisme musyawarah/ perdamaian atau lembaga permaafan yang ada di dalam masyarakat. Praktek penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan selama ini tidak ada landasan hukum formalnya, sehingga sering terjadi suatu kasus yang secara informal telah ada penyelesaian damai (walaupun melalui mekanisme hukum adat), namun tetap saja diproses ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

MEDIASI PENAL DI INDONESIA? ADR hanya dimungkinkan dalam perkara perdata (Pasal 6 UU No. 30/1999 Tentang: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa) ). Pasal 82 KUHP : denda damai hanya utk. Pelanggaran; tetapi bukan mediasi penal dan bukan means of diversion; Pasal 14c KUHP : ganti rugi sbg syarat dari pidana bersyarat; offender oriented; bukan victim oriented. UU No. 39/1999 tentang Pengadilan HAM: Komnas HAM dapat melakukan mediasi dalam kasus pelanggaran HAM (lihat Psl. 1 ke-7; Psl. 76:1; Psl. 89:4; Psl. 96). Namun tidak ada ketentuan tegas, bahwa semua kasus pelanggaran HAM dapat dilakukan mediasi oleh Komnas HAM, tidak ada ketentuan tegas, bahwa akibat adanya mediasi oleh Komnas HAM itu dapat menghapuskan penuntutan atau pemidanaan. ketentuan mediasi penal itu tidak terdapat dalam UU No. 3/1997 (Pengadilan Anak) maupun dalam UU No. 23/2004 (KDRT).

Konsep KUHP Baru (Psl. 145/2006) Gugurnya kewenangan penuntutan telah diperluas, antara lain apabila : d) ada penyelesaian di luar proses; e) telah dibayarnya maksimum pidana denda untuk tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana denda paling banyak kategori II; f) telah dibayarnya maksimum pidana denda untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimum 1 tahun atau denda maksimum kategori III.

ADR (Mediasi Penal) DALAM PERKEMBANGAN GLOBAL Mediasi penal sudah masuk dalam agenda pembahasan di tingkat internasional, yaitu dalam : 1. Kongres PBB ke-9/1995 2. Kongres PBB ke-10/2000 dan 3. Konferensi Internasional Pembaharuan Hukum Pidana (International Penal Reform Conference) tahun 1999; Pertemuan internasional itu mendorong munculnya tiga dokumen internasional yang berkaitan dengan masalah peradilan restoratif dan mediasi dalam perkara pidana, yaitu : 1) the Recommendation of the Council of Europe 1999 No. R (99) 19 tentang Mediation in Penal Matters ; 2) the EU Framework Decision 2001 tentang the Standing of Victims in Criminal Proceedings; (EU 2001/220/JBZ) dan 3) the UN Principles 2002 (Resolusi Ecosoc 2002/12 ) tentang Basic Principles on the Use of Restorative Justice Programmes in Criminal Matters ;

IDE (LATAR BELAKANG) Dari berbagai dokumen internasional itu, masalah penal mediation tidak muncul sebagai masalah yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan latar belakang ide : penal reform, restorative justice, alternative to imprisonment/custody, perlindungan korban dan untuk mengatasi problem penumpukan perkara ( the problems of court case overload ).

Latar Belakang Ide Restorative Justice Ide ini bertolak dari paradigma baru atau dari sudut/lensa pandang yang berubah (a new paradigm or a changing lenses ) perubahan mengenai : reaksi terhadap kejahatan maupun ; hakikat kejahatan itu sendiri. Kejahatan tidak dilihat semata-mata sebagai pelanggaran UU yang abstrak, tetapi lebih pada pelanggaran terhadap orang dan hubungan antar-orang (A crime is not seen so much in terms of violating abstract rules of law but rather as a violation of persons and relations). Bertolak dari pandangan demikian, reaksi mendasar ditujukan pada perbaikan kerusakan/kerugian (restoration of the damage), baik terhadap korban, lingkungannya dan masyarakat luas, Banyak yang menyatakan bahwa restorative justice merupakan cara/jalan ketiga ( third way ) yang dipilih untuk menggantikan (neo) retributive criminal law dan rehabilitation model (Peters, 1996; Walgrave, 1995).

Ltr Blkg Ide Dasar (lanjutan) Rekomendasi No. R (99) 19 dari Komisi para Menteri Dewan Eropa ( (the Committee of Ministers of the Council of Europe) ) 15 September 1999 pernah menyatakan, bahwa : Ide mediasi mempersatukan : 1. mereka yang menghendaki dilakukannya rekonstruksi model terdahulu, 2. mereka yang menghendaki diperkuatnya kedudukan korban, 3. mereka yang menghendaki alternatif pidana,, dan 4. mereka yang menghendaki dikuranginya pembiayaan dan beban kerja dari sistem peradilan pidana atau membuat sistem ini lebih efektif dan efisien.

AUSTRIA Diatur dlm amandemen KUHAP th. 1999 yang diberlakukan pada Januari 2000. Mulanya diversi penuntutan hanya untuk anak kemudian juga untuk orang dewasa. Menurut Pasal 90g KUHAP Austria Penuntut Umum dapat mengalihkan perkara pidana dari pengadilan apabila: terdakwa mau mengakui perbuatannya, siap melakukan ganti rugi khususnya kompensasi atas kerusakan yang timbul atau memperbaiki akibat dari perbuatannya, dan setuju melakukan setiap kewajiban yang diperlukan yang menunjukkan kemauannya untuk tidak mengulangi perbuatannya di masa yad. Tindak pidana yang dapat dikenakan tindakan diversi, termasuk mediasi, apabila : diancam dengan pidana tidak lebih dari 5 th. penjara atau 10 th. dalam kasus anak. dapat juga untuk kasus kekerasan yang sangat berat (Extremely severe violence), dg catatan diversi tidak boleh, apabila ada korban mati (seperti dalam kasus manslaughter).

BELGIA Pada tahun 1994 diberlakukan UU tentang mediasi-penal (the Act on Penal Mediation) yang juga disertai dengan pedomannya (the Guideline on Penal Mediation). Tujuan utama diadakannya penal mediation ini adalah untuk memperbaiki kerugian materiel dan moral yang ditimbulkan karena adanya tindak pidana. Namun, mediasi juga dapat dilakukan agar sipelaku melakukan suatu terapy atau melakukan kerja sosial (community service). Penuntut umum tidak meneruskan perkara ke pengadilan, apabila pelaku berjanji untuk memberi kompensasi atau telah memberi kompensasi kepada korban. Pada mulanya hanya untuk delik yang diancam maksimum 5 tahun penjara, tetapi dengan adanya ketentuan baru ini, dapat digunakan juga untuk delik yang diancam pidana maksimum 2 tahun penjara. Ketentuan hukum acaranya dimasukkan dalam Pasal 216ter Code of Criminal Procedure (10.02.1994).

JERMAN Tahun 1990, OVA (offender-victim arrangement) dimasukkan ke dalam hukum pidana anak secara umum ( 10 I Nr. 7 JGG), dan dinyatakan sebagai a means of diversion ( 45 II S. 2 JGG). Pada 12 Januari 1994, ditambahkan Pasal 46a ke dalam StGB (KUHP) yg memberi kemungkinan penyelesaian kasus pidana antara pelaku dan korban melalui kompensasi (dikenal dengan istilah Täter-Opfer-Ausgleich - TOA). Pasal 46a StGB : apabila pelaku memberi ganti rugi/kompensasi kepada korban secara penuh atau sebagian besar, atau telah dengan sungguh-sungguh berusaha keras untuk memberi ganti rugi, maka pidananya dapat dikurangi atau bahkan dapat dibebaskan dari pemidanaan. Pembebasan pidana hanya dapat diberikan apabila deliknya diancam dengan maksimum pidana 1 tahun penjara atau 360 unit denda harian. Apabila TOA telah dilakukan, maka penuntutan dihentikan (s. 153b StPO/ Strafprozessord-nung/KUHAP).

PERANCIS UU 4 Januari 1993 mengamandemen Pasal 41 KUHAP (CCP- Code of Criminal Procedure). : penuntut umum dapat melakukan mediasi antara pelaku dengan korban, sebelum mengambil keputusan dituntut tidaknya seseorang. Inti Pasal 41 CCP : penuntut umum dapat melakukan mediasi penal (dengan persetujuan korban dan pelaku) apabila hal itu dipandang merupakan suatu tindakan yang dapat memperbaiki kerugian yang diderita korban, mengakhiri kesusahan, dan membantu memperbaiki (merehabilitasi) si pelaku. Apabila mediasi tidak berhasil dilakukan, penuntutan baru dilakukan; namun apabila berhasil penuntutan dihentikan (s. 41 dan s. 41-2 CCP- Code of Criminal Procedure). Untuk tindak pidana tertentu, Pasal 41-2 CCP membolehkan penuntut umum meminta pelaku untuk memberi kompensasi kepada korban (melakukan mediasi penal), daripada mengenakan pidana denda, mencabut SIM, atau memerintahkan sanksi alternatif berupa pidana kerja sosial selama 60 jam. Terlaksananya mediasi penal ini, menghapuskan penuntutan.

POLANDIA Mediasi pidana diatur dalam Pasal 23a CCP (Code of Criminal Procedure) dan Peraturan Menteri Kehakiman 13 Juni 2003 tentang Mediation proceedings in criminal matters. Pengadilan dan jaksa, atas inisiatifnya atau atas persetujuan korban dan pelaku, dapat menyerahkan suatu kasus ke lembaga terpercaya atau seseorang untuk melakukan mediasi antara korban dan terdakwa. Proses mediasi paling lama satu bulan. Biaya proses mediasi ditanggung oleh perbendaharaan negara (State Trea-sury). Hasil positif dari mediasi itu menjadi alasan untuk tidak melanjutkan proses pidana. Mediasi dapat diterapkan untuk semua kejahatan yang maksimum ancaman pidananya kurang dari 5 tahun penjara. Bahkan kejahatan kekerasan (Violent crimes) juga dapat dimediasi.

MEDIASI PENAL DALAM VIOLENT CRIME VOM (Victim-Offender Mediation) untuk violent crime diterapkan di Austria, Polandia, Slovenia, Canada, USA, dan Norwegia; Kasus-kasus KDRT (domestic violence) juga dapat di mediasi di United States, Austria, Poland, Denmark and Finland.

DALAM MASALAH PERBANKAN BERASPEK PIDANA Ruang lingkup kewenangan Banking Mediation Bureau (BMB) Malaysia, antara lain dapat menangani sengketa bernilai RM25,000, : akibat penarikan ATM yang tidak sah (Unauthorised Automatic Teller Machine withdrawals) atau akibat penggunaan kartu kredit yang tidak sah (Unauthorised use of credit cards) [1]. [1] Lee Swee Seng, LLB, LLM, MBA, Mediation: Its Practice & Procedure, Sumber internet.

Resolusi Dewan Gubernur Bank Latvia No. 89/9 2001 tentang Recommendations for Transactions Effected by Means of Electronic Payment Instruments 4.4.4 The issuer shall be liable to the holder of an electronic money instrument for the lost amount of value stored on the instrument and for the defective execution of the holder's transactions, where the loss or defective execution is attributable to a malfunction of the instrument, of the device/terminal or any other equipment authorized for use. If the malfunction was caused by the holder knowingly or in breach of Article 3.1.3.1, the issuer shall not be liable for the lost amount of value stored on the instrument and for the defective execution of the holder's transactions.

Inti Resolusi Dewan Gubernur Bank Latvia Penerbit instrumen pembayaran elektronik bertanggungjawab terhadap pemilik instrumen atas : hilangnya nilai (uang) yang tersimpan dalam instrumen itu dan terhadap rusaknya pelaksanaan transaksi yang dilakukan sipemilik, apabila hal itu disebabkan oleh : tidak berfungsinya instrumen itu, tidak berfungsinya peralatan/terminal pembayaran, atau tidak berfungsinya peralatan lain yang sah untuk digunakan. Apabila tidak berfungsinya itu disebabkan oleh kesalahan sipemilik sendiri, pihak penerbit tidak bertanggung jawab.

RESUME KOMPARASI Mediasi dimungkinkan dalam perkara pidana; namun tetap diberi payung/kerangka hukum (mediation within the framework of criminal law), diintegrasikan dalam hukum pidana materiel (KUHP) atau hukum pidana formal (KUHAP). Mediasi penal dimungkinkan dalam kasus : 1. tindak pidana anak; 2. tindak pidana orang dewasa (ada yang dibatasi untuk delik yang diancam pidana penjara maksimum tertentu); 3. tindak pidana dengan kekerasan (violent crime); 4. kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence). 5. kasus perbankan yang beraspek hukum pidana.

Legal frame-work Mediasi Penal di beberapa negara Eropa Ditempatkan sebagai bagian dari UU Peradilan Anak (the Juvenile Justice Act), yaitu di Austria, Jerman, Finlandia, dan Polandia; Ditempatkan dalam KUHAP (the Code of Criminal Procedure), yaitu di Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, dan Polandia; Ditempatkan dalam KUHP (the Criminal Code), yaitu di Finlandia, Jerman, dan Polandia; Diatur tersendiri secara otonom dalam UU Mediasi (the Mediation Act), seperti di Norwegia, yang diberlakukan untuk anak-anak maupun orang dewasa.

Ide & Prinsip Kerja Mediasi Penal 1. Penanganan konflik (Conflict Handling/ Konfliktbearbeitung) 2. Berorientasi pada proses (Process Orientation Prozessorientierung) 3. Proses informal (Informal Proceeding - Informalität) 4. Ada partisipasi aktif dan otonom para pihak (Active and Autonomous Participation - Parteiautonomie/Subjektivierung)

Models of Mediation in penal matters 1. "informal mediation" 2. "Traditional village or tribal moots" 3. "victim-offender mediation" 4. Reparation negotiation programmes" 5. "Community panels or courts" 6. "Family and community group conferences",

1. Model "informal mediation" Model ini dilaksanakan oleh personil peradilan pidana (criminal justice personnel) dalam tugas normalnya, yaitu : JPU mengundang para pihak untuk penyelesaian informal dengan tujuan untuk tidak melanjutkan penuntutan apabila tercapai kesepakatan. Pekerja sosial atau pejabat pengawas (probation officer) yang berpendapat bahwa kontak dengan dengan korban akan mempunyai pengaruh besar bagi pelaku tindak pidana; Pejabat polisi menghimbau perselisihan keluarga yang mungkin dapat menenangkan situasi tanpa membuat penuntutan pidana. Hakim dapat juga memilih upaya penyelesaian di luar pengadilan dan melepaskan kasusnya. Jenis intervensi informal ini sudah biasa dalam seluruh sistem hukum.

2. Model "Traditional village or tribal moots" Menurut model ini, seluruh masyarakat bertemu untuk memecahkan konflik kejahatan di antara warganya. Model ini ada di beberapa negara yang kurang maju dan di wilayah pedesaan/pedalaman. Model ini lebih memilih keuntungan bagi masyarakat luas. Model ini mendahului hukum barat dan telah memberi inspirasi bagi kebanyakan program-program mediasi modern. Program mediasi modern sering mencoba memperkenalkan berbagai keuntungan dari pertemuan suku (tribal moots) dalam bentuk yang disesuaikan dengan struktur masyarakat modern dan hak-hak individu yang diakui menurut hukum.

3. Model "victim-offender mediation" Model ini melibatkan berbagai pihak yang bertemu dengan dihadiri oleh mediator yang ditunjuk. Banyak variasi dari model ini. Mediatornya dapat berasal dari pejabat formal, mediator independen, atau kombinasi. Mediasi ini dapat diadakan pada setiap tahapan proses, baik pada tahap pembiasan penuntutan, tahap kebijaksanaan polisi, tahap pemidanaan atau setelah pemidanaan. Model ini ada yang diterapkan untuk semua tipe pelaku tindak pidana; ada yang khusus untuk anak; ada yang untuk tipe tindak pidana tertentu (misal pengutilan, perampokan dan tindak kekerasan). Ada yang terutama ditujukan pada pelaku anak, pelaku pemula, namun ada juga untuk delik-delik berat dan bahkan untuk recidivist.

4. Model Reparation negotiation programmes" Model ini semata-mata untuk menaksir/menilai kompensasi atau perbaikan yang harus dibayar oleh pelaku tindak pidana kepada korban, biasanya pada saat pemeriksaan di pengadilan. Program ini tidak berhubungan dengan rekonsiliasi antara para pihak, tetapi hanya berkaitan dengan perencanaan perbaikan materiel. Dalam model ini, pelaku tindak pidana dapat dikenakan program kerja yang dengan demikian dapat menyimpan uang untuk membayar ganti rugi/kompensasi.

5. Model "Community panels or courts" Model ini merupakan program untuk membelokkan kasus pidana dari penuntutan atau peradilan pada prosedur masyarakat yang lebih fleksibel dan informal dan sering melibatkan unsur mediasi atau negosiasi. Pejabat lokal dapat mempunyai lembaga/badan tersendiri untuk mediasi itu.

6. Model "Family and community group conferences", Model ini telah dikembangkan di Australia dan New Zealand, yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam SPP. Tidak hanya melibatkan korban dan pelaku tindak pidana, tetapi juga keluarga pelaku dan warga masyarakat lainnya, pejabat tertentu (seperti polisi dan hakim anak) dan para pendukung korban. Pelaku dan keluarganya diharapkan menghasilkan kesepakatan yang komprehensif dan memuaskan korban serta dapat membantu untuk menjaga sipelaku keluar dari kesusahan/persoalan berikutnya.

24 April 2007

UU NO. 39/1999