ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA JERMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa secara sederhana merupakan produk budaya yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

2015 ANALISIS TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM TEKS IKLAN PADA MAJALAH ONLINE LA GAZETTE DE COTE-D OR EDISI BULAN JANUARI MARET

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

Transkripsi:

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA JERMAN Sarah Sidiqiah Abstrak Dalam iklan, penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan iklan. Oleh karena itu pilihan kata yang disajikan dalam setiap iklan tentu memiliki cara penyampaian pesan berbeda-beda. Cara penyampaian pesan yang berbeda-beda tersebut akan dapat membantu dalam memahami maksud tuturan sebuah wacana iklan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) jenis tindak tutur yang sering digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jerman, 2) mengapa jenis tutur tersebut sering digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jerman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Dari 100 data yang telah dianalisi menunjukkan bahwa semua tuturan tersebut termasuk kedalam tindak lokusi dan ilokusi. Pada hakikatnya tuturan dalam setiap iklan tidak hanya berupa pernyataan (lokusi) melainkan mempunyai maksud dan tujuan tertentu agar pembaca merasa tertarik dan ingin membeli produk yang ditawarkan (ilokusi). Tindak perlokusi dalam wacana iklan berbahasa Jerman ini tidak diteliti. Selain itu, klasifikasi tindak ilokusi berdasarkan kategori Searle didominasi oleh tindak ilokusi komisif, asertif dan direktif. Sementara tuturan pada tindak ilokusi ekspresif dan deklarasi tidak ditemukan dalam analisis wacana iklan berbahasa Jerman ini. Kata kunci: Tindak Tutur Lokusi, Tindak Tutur Ilokusi, Iklan Pendahuluan Dalam kehidupan di masyarakat manusia selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan keduanya mempunyai hubungan yang erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran atau gagasannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, manusia harus mengusai keterampilan berbahasa yang perlu dipelajari 1

dalam proses pembelajaran bahasa. Selain itu, pembelajar juga dituntut untuk menguasai tata bahasa yang bersangkutan, karena dengan pengusaan tata bahasa yang baik, informasi yang disampaikan kepada orang lain dapat disampaikan dengan baik pula. Salah satu bentuk alat komunikasi adalah media cetak. Media cetak yaitu media massa yang berbentuk cetak untuk dibaca dan berbentuk statis dengan mengutamakan pesan-pesan visual. Fungsi utama media cetak adalah memberi informasi dan menghibur. Untuk menarik para pelanggan, selain dirancang dengan desain yang menarik dan foto yang berwarna, pemilihan kata dalam iklan juga sangat penting karena mempunyai pengaruh terhadap produk yang akan diiklankan. Oleh sebab itu, bahasa tutur yang digunakan harus membekas pada ingatan, menarik, dan tidak mudah hilang dari pendengar dan penyimak. Tujuan terjalinnya komunikasi tersebut agar mitra tutur dapat memahami apa yang dikomunikasikan. Penutur harus berusaha agar tuturanya selalu relevan dengan konteks, jelas dan mudah di pahami, serta diingat oleh mitra tutur. Kunci periklanan terletak pada kecanggihan merumuskan informasi, sehingga pemakaian bahasa dalam iklan merupakan pemakaian bahasa yang sangat direncanakan, baik proses maupun efek bahasa yang dikehendaki. Bahasa yang digunakan dalam wacana iklan majalah dibuat menarik agar menimbulkan daya pengaruh bagi pembaca. Kesan itulah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji pemakaian bahasa pada iklan majalah. Berdasarkan uraian diatas, penelitian terhadap wacana iklan berbahasa Jerman ini dilakukan untuk membahas penggunaan tindak tutur dengan mendeskripsikan jenis tindak tutur yang sering digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jerman serta mengapa jenis tindak tutur tersebut sering digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jerman. Landasan Teori Pragmatik Pragmatik adalah kajian tentang arti yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh pembicara dan diinterpretasikan oleh pendengar. Dengan kata lain pragmatik mencakupi kajian makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Pragmatik dapat berupa bunyi, kata, frasa, klausa, paragraf atau bentuk linguistik lainnya. Pragmatik sebagai salah satu bidang ilmu linguistik, mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan. Berkaitan dengan itu Verhaar (2004: 14) berpendapat bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas dan 2

mempelajari tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan. Berikutnya Levinson (2000: 10) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: Die Pragmatik ist die Erforschung jener Beziehungen zwischen Sprache und Kontext, die gramatikalisiert, d.h. in der Struktur einer Sprache enkodiert sind. Dengan kata lain pragmatik merupakan kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang telah diatur strukturnya, atau disandikan dalam struktur suatu bahasa. Oleh karena itu, pragmatik tidak bisa lepas dari struktur kebahasaannya sehingga dalam menganalisis makna, konteks tuturan sangat berperan penting. Baik Verhaar maupun Levinson menekankan bahwa yang menjadi pijakan utama dalam pragmatik adalah pentingnya struktur bahasa dalam meneliti suatu tuturan dalam suatu konteks tertentu. Pragmatik tidak bisa lepas dari segi struktur kebahasaannya maupun maknanya. Pragmatik tidak dapat berdiri sendiri karena tanpa struktur kebahasaan yang benar, maknapun tidak akan terjadi, akhirnya suatu kalimat tidak dapat dimengerti. Salah satu bidang pragmatik yang menonjol adalah tindak tutur. Pragmatik dan tindak tutur mempunyai hubungan yang erat. Hal itu terlihat pada bidang kajiannya. Secara garis besar antara tindak tutur dengan pragmatik membahas tentang makna tuturan yang sesuai konteksnya. Tindak Tutur Istilah dan teori yang mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1959. Kemudian teori tersebut dikembangkan oleh Searle. Menurut Yule (2006: 81) tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditandai dengan tuturan. Dari pendapat Yule tersebut dapat dijabarkan bahwa tindakan-tindakan yang dihasilkan penutur dapat ditandai dengan tuturan yang berupa kata-kata atau kalimatkalimat. Berkaitan dengan penjelasan di atas, Ernst dalam Geringer (2010: 19) mengungkapkan juga bahwa: Die Sprechakttheori ist der Auffassung, das eine sprachliche Äuβerung eine Handlung darstellt, somit ist ein Sprechakt eine Hndlung, die ausschlieβlich mittels sprachlichen Ausdrrucks vollzogen wird. Dapat diartikan bahwa teori tindak tutur merupakan suatu ujaran yang menggambarkan subuah tindakan, dengan demikian sebuah tindak tutur merupakan tindakan yang hanya dilakukan melalui ujaran bahasa. Tindak tutur dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Berikut uraian penjelasannya beserta contoh: 3

1. Tindak Lokusi Austin mengungkapkan (Levinson, 2000: 258) bahwa Lokutinärer Akt: die Äuβerung eines Satzes mit einem bestimmten Sinn und einer bestimmter Bedeutung. Menurut Austin, tindak lokusi merupakan ujaran suatu kalimat dengan arti dan makna tertentu. Selain itu Austin juga menyatakan dalam Krifka (2007: 4) yaitu Der lokutionäre Akt: die Äuβerung eines Satzes dapat diartikan bahwa tindak tutur lokusi merupakan ujaran sebuah kalimat. Contoh tindak tutur lokusi menurut Krifka seperti yang terdapat dalam kalimat Gib mir einen Apfel! yang artinya Berikan kepada saya sebuah apel! tuturan tersebut menunjukkan sebuah pernyataan. Pendapat lain datang dari Searle (Rahardi, 2009: 17) yang beranggapan bahwa tindak lokusi (the act of saying something) adalah tindak tutur yang hanya menyatakan sesuatu dengan kata, frasa dan kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam kamus. 2. Tindak Ilokusi Selain tindak tutur lokusi, terdapat pula jenis tindak tutur yang kedua yaitu tindak tutur ilokusi. Austin dalam Levinson (2000: 258) mengemukakan bahwa Illokutionärer Akt: das Behaupten, Anbieten, Versprechen usw. Mit dem Äuβern eines Satzes mittels der konventionellen Kraft, die damit (oder mit der expliziten performativen Paraphrase) verbunden ist. Berdasarkan kutipan di atas tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berkenaan dengan menyatakan, menawarkan dan menjanjikan dan lain-lain yang dinyatakan dalam kalimat melalui daya konvensional yang diasosiakan dengannya atau dengan paraphrase performatif eksplisit. Selanjutnya Austin dalam Krifka (2007: 4) menerangkan bahwa tindak ilokusi merupakan jenis tindakan yang dilakukan oleh ujaran, seperti: pernyataan, penawaran, perintah, peringatan dan lain-lain yang dapat digambarkan oleh kata kerja performatif. Der illokutionäre Akt: der Akttyp, der durch die Äuβerung durchgeführt wird (z. B. Behauptung, Angebot, Befehl, Warnung usw.), kann durch ein performatives Verb bezeichnet werden. Seperti pada tuturan Gib mir einen Apfel! dikatakan tindak ilokusi karena merupakan kalimat perintah. Berkaitan dengan pendapat Austin, Searle (Rahardi, 2009: 17) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi (the act of doing something) adalah tindakan melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tersebut diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang bersifat untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu, serta mengandung maksud dan fungsi tuturan. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi, karena tindak ilokusi berkaitan dengan siapa 4

petutur, kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur. Sehubungan dengan tindak tutur yang telah dijelaskan di atas, Searle (Rahardi, 2009) menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni: a. Asertif (assertive), bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapnya dalam tuturan itu. Contoh: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membual, dan mengklaim. b. Direktif (directive), bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang dikehendakinya. Contoh: memesan, memerintah, menyuruh, mengajak, memohon, meminta, menasehati, dan merekomendasi. c. Ekspresif (expressive), bentuk tutur yang berfungsi menyatakan atau menujukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu. Contoh: berterimakasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbela sungkawa. d. Komisif (commissive), bentuk tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu. Conoh: menjanjikan, bersumpah, mengancam dan menawarkan sesuatu. e. Deklarasi (declaration), bentuk tutur dekalrasi bukan deklaratif seperti halnya pada modus kalimat deklaratif adalah bentuk tutur yang menghubungkan antara isi tuturan dengan kenyataannya. Contoh: berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. 3. Tindak Perlokusi Jenis tindak tutur yang ketiga adalah tindak tutur perlokusi. Austin (Levinson, 2000: 258) berpendapat bahwa Perlokutionärer Akt: das Erzeugen von Wirkungen auf die Hörer durch das Äuβern des Satzes, wobei die Wirkungen von den Äuβerungsumständen abhängen. Menurut Austin, tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang diujarkan dapat memberikan efek bagi pendengar, dimana efek tersebut bergantung pada keadaan faktor- faktor ujaran. Hal ini sekemuka dengan yang dikemukakan oleh Austin dalam Krifka (2007: 4) yakni: Der perlokutionäre Akt: das Hervorbringen des beabsichtigten Effekts beim Adressaten, (z.b. Glauben an eine Behauptung, Annahme eines Angebots, Ausführen eines Befehls.). Tindak perlokusi merupakan proses menghasilkan efek yang dimaksud kepada yang dituju, seperti: percaya pada sebuah pernyataan, penerimaan tawaran, pe;aksanaan perintah. Berikut dijelaskan 5

dengan contoh: Gib mir einen Apfel! tuturan tersebut bentuk tindak perlokusi nya yaitu A memberikan kepada S sebuah apel. Tidak berbeda jauh dengan pendapat yang telah dijelaskan oleh Austin, Searle (Rahardi, 2003: 70) mengungkapkan bahwa tindak perlokusi (the act of affecting something) adalah tindakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur dengan mengatakan sesuatu. Wacana Sebuah wacana dapat terdiri atas kalimat (tuturan) yang berurutan, saling menopang dalam urutan makna secara kronologis karena memiliki sifat linieritas bahasa. Seperti yang diungkapkan Alwi, dkk (2003) menerangkan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain itu membentuk kesatuan. Selain itu terdapat pula pendapat para ahli bahasa tentang wacana yang diungkapkan oleh Djajasudarma (2006: 2), wacana adalah hasil tindakan komunikasi (pemakaian bahasa), dengan acuan bahwa wacana berkaitan dengan unit-unit gramatikal dalam pemakaian bahasa, dan menunjukkan unit- unit bahasa yang lebih besar dari gramatika (morfologi sintaksis). Djajasudarma (2006) menyatakan bahwa wacana mempunyai jenis- jenis yang dikaji berdasarkan kriteria sebagai berikut: a) Realitas wacana, eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. b) Media Komunikasi Wacana, berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan tulis. c) Pemaparan wacana, yaitu tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi wacana naratif, prosedural, hortatory, ekspositori, dan deskriptif. d) Jenis pemakaian wacana, yaitu berwujud monolog (surat, bacaan, cerita), dialog (pembicaraan telpon, tanya jawab, wawancara, teks drama) dan polilog (melibatkan partisipan pembicaraan didalam konversasi. Partisipan konversasi lebih dari dua orang penutur). Iklan Pada akhir abad ke-19 adanya perubahan pengertian tentang iklan. Orang melihat iklan pada abad ini sebagai reklame, mempromosikan suatu produk dan memberikan informasi kepada 6

publik. Iklan mempunyai peran yang penting dalam masyarakat. Iklan membantu masyarakat untuk melakukan transaksi jual beli. Beberapa ahli mengemukakan pengertian mengenai iklan. Werbung ist ein Dialog mit Hilfe von verbalen oder nonverbalen Kommunikationsmitteln zwischen dem Produzenten und dem potenziellen Kunden, wobei der Produzent, also das werbende Unternehmen, die Rolle des Senders und der Kunde, die Rolle des Empfängers einnimmt (Schülter, 2007: 3). Dapat diartikan bahwa iklan merupakan sebuah dialog dengan bantuan sarana komunikasi verbal atau non-verbal antara produsen dan pelanggan yang berpotensial, dimana produsen sebagai pengiklan memainkan peran pemancar dan pelanggan berperan sebagai penerima. Sementara tujuan iklan itu sendiri yaitu untuk memasarkan produknya dengan menguntungkan perusahaan. Pelanggan biasanya bisa melihat sebuah produk iklan dalam sebuah teks atau wacana dengan animasi gambar dan kata-kata yang ditampilkan sehingga menarik untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Kriyantono (2012) berdasarkan tujuan beriklan, maka iklan bisa dibedakan berdasarkan tiga jenis, yaitu iklan informasi, persuasi dan pengingat. Selain ketiga tujuan tersebut, iklan berfungsi mencipatakan kesan (brand-image). Orang akan mempunyai kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. Pemasang iklan selalu berusaha mencipatakan kreatif iklan sebaik-baiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, foto artis, maupun lay out yang menarik. Secara umum, fungsi dari iklan adalah sebagai media penyampaian dari informasi yang ditawarkan oleh sebuah produk atau barang dengan gagasan yang menggunakan media formal yang dibayar untuk mendorong, membujuk khalayak ramai tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Sehubungan dengan hal itu, menurut Shimpt (2003) berpendapat bahwa periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana kerjasama fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lanjut, yaitu informing (memberi informasi), persuading (mempersuasai), reminding (mengingatkan), adding Value (memberikan nilai tambah), asisting (mendampingi) bantuan lain dari perusahaan. Pendapat lain dikemukakan oleh Stöck (Schülter, 2007: 3) bahwa fungsi iklan terdiri dari sebagai berikut: interesse aktivierende Funktion (fungsi menumbuhkan minat), Verständlichkeitsfunktion (mudah dipahami), Akzeptanzfunktion (fungsi penerima), Erinnerungsfunktion (fungsi pengingat), vorstellungsaktivierende Funktion (mengaktifkan fungsi 7

perkenalan), ablenkungs- bzw. Verschleierungsfunktion (fungsi penyamaran), dan Attraktivitätsfunktion (fungsi atraktif). Bahasa yang digunakan antara pengiklan satu dengan yang lain memang memiliki maksud yang sama yaitu membujuk para pembaca agar tertarik dengan apa yang ditawarkan. Akan tetapi, setiap pengiklan memiliki gaya yang berbeda-beda dan kekreatifan yang berbeda pula. Gaya bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa ia berbicara, bagaimana kebiasaan perilaku, di mana mereka berada. Oleh karena itu, setiap iklan juga harus dimunculkan unsur pengingat baik yang berupa suara, gambar, atau bahasa verbal menjadi amat penting sehingga suatu saat hanya dengan mendengar, melihat, atau membaca pengingat itu, konsumen langsung terhubung dengan produk yang diiklankan. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik, dan pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus disesuaikan dengan norma kebahasaan suatu kalangan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dari iklan diperlukan bahasa iklan yang persuasive, seperti yang diungkapkan oleh Schülter (2007: 20) mengenai bahasa iklan yaitu: Um diese Wirkung zu erzielen, wird die Werbesprache persuasive, im Sinne von überredend, überzeugend, gestaltet. Um persuasive wirken zu können, ist Werbesprache prinzipiell stark intentional konstruiert und inszeniert. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa dalam suatu akibat untuk mencapainya atau menciptakannya diperlukan bahasa iklan yang persuasif, dalam arti yang sebenarnya untuk membujuk/ merayu, meyakinkan. Agar dapat pengaruh dari persuasif, bahasa iklan merupakan prinsip dasar yang sangat kuat untuk menyusun dan menjalankan iklan. Dengan demikian untuk dapat dikenal pengaruh dari persuasif tersebut, bahasa iklan merupakan dasar yang sangat kuat untuk menyusun dan menjalankan iklan. Ini bukan berarti bahwa gambar di dalam iklan tidaklah penting. Hal ini juga salah satu alasan mengapa peneliti memilih untuk hanya menguji aspek-aspek bahasa dan penggunaan tindak tutur dalam wacana iklan berbahasa Jerman. Hasil Penelitian dan Pembahasan Telaah mengenai tindak tutur ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman akan penggunaan tindak tutur dan klasifikasi tindak ilokusi yang diharapkan dari tuturan- tuturan yang 8

disampaikan yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jerman dengan mengacu pada analisis tindak tutur. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tuturan yang ada dalam wacana iklan berbahasa Jerman. Peneliti mengklasifikasikan tuturan dalam iklan-iklan tersebut ke dalam jenis tindak tuturnya, yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Namun, pada analisis tuturan ini tidak terdapat adanya tindak perlokusi, maka perlu diteliti lebih lanjut. Kemudian tuturan yang termasuk tuturan ilokusi diklasifikasikan lagi ke dalam tindak ilokusi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Dan ilokusi yang terdapat dalam analisis ini hanya ilokusi asertif, direktif, dan komisif. Berikut adalah tabel hasil analisi tindak tutur dari 100 tuturan dalam iklan majalah Brigitte yang telah dianalisis, yaitu: Tabel 4.2: Frekuensi Tindak Tutur Jenis Tindak Tutur Klasifikasi Tindak Ilokusi No Produk Iklan Lokusi Ilokusi Perlokusi Asertif Direktif Komisif Ekspresif Deklarasi 1. Kosmetik 29 29-10 5 15 - - 2. Makanan 18 18-2 4 5 - - 3. Minuman 12 12-4 10 5 - - 4. Pakaian 23 23-7 2 14 - - 5. Elektornik 18 18-8 2 7 - - 100 100-31 23 46 - - Pada tabel di atas dapat dilihat tindak tutur apa saja yang terdapat dalam wacana iklan yang dikaji dalam penelitian ini. Dari total 100 data tuturan hasil analisis, terdapat 100 tindak tutur lokusi dan 100 tindak tutur ilokusi. Kemudian dari hasil analisis klasifikasi tindak ilokusi yang sering digunakan diperoleh 31 ilokusi asertif, 23 ilokusi direktif dan 46 ilokusi komisif. Beberapa contoh hasil pengklasifikasian tersebut dideskripsikan secara naratif yang memuat jenis tindak tutur dan klasifikasi ilokusi sebagai berikut: 9

a. Wacana iklan tersebut adalah: Für Haar, das bis zu 10 Jahre jünger aussieht (untuk rambut yang terlihat 10 tahun lebih muda) Iklan Expert Collection dari Pantene menginformasikan produk shampo dari Pantene. 1) Tindak Lokusi: Berdasarkan tindak tutur lokusi, tuturan Für Haar, das bis zu 10 Jahre jünger aussieht merupakan sebuah pernyataan yaitu rambut terlihat 10 tahun lebih muda. 2) Tindak Ilokusi: Berdasarkan tindak tutur ilokusi, tuturan Für Haar, das bis zu 10 Jahre jünger aussieht merupakan tindak tutur yang terkait dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penutur kepada pembaca. Selain memberi informasi tentang produk shampo juga berisi tindakan yaitu pembaca dijanjikan untuk mempercayakan perawatan rambutnya kepada produk Pantene bahwa jika kita memakai produk tersebut, rambut akan terlihat 10 tahun lebih muda. Tuturan tersebut meyakinkan kepada pembaca untuk segera menggunakan dan memiliki produk shampo Expert Collection dari Pantene. Jika dilihat dari klasifikasi tindak tutur ilokusi maka tuturan Für Haar, das bis zu 10 Jahre jünger aussieht termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi komisif berjanji yang ditunjukkan dengan kalimat 10 Jahre jünger aussieht. b. Wacana iklan tersebut adalah: 10

Jeden Tag ein anderes Genusserlebnis. (Setiap hari dengan pengalaman rasa yang berbeda.) Iklan Gourmet menginformasikan produk makanan untuk kucing. 1) Tindak Lokusi: Berdasarkan tindak tutur lokusi, tuturan Jeden Tag ein anderes Genusserlebnis hanya berupa pernyataan untuk menyampaikan informasi yaitu informasi mengenai makanan kucing yang setiap harinya disajikan dengan pengalaman rasa yang berbeda. 2) Tindak Ilokusi: Berdasarkan tindak tutur ilokusi maka tuturan Jeden Tag ein anderes Genusserlebnis merupakan tindak tutur yang terkait dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penutur kepada pembaca. Selain memberi informasi tentang produk makanan untuk kucing juga berisi tindakan yaitu meminta pembaca agar segera membeli produk ini karena dengan pengalaman rasa yang berbeda di setiap harinya. Jika dilihat dari klasifikasi tindak tutur ilokusi, maka tuturan Jeden Tag ein anderes Genusserlebnis termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi direktif. c. Wacana iklan tersebut adalah: Verwöhn dich mit verwöhnten Mangos. (Anda dapat memanjakan diri anda dengan mangga pilihan.) Iklan Innocent Saft Tropical Juice ini menginformasikan produk minuman terbaru yaitu jus mangga dari Innocent Saft. 1) Tindak Lokusi: Berdasarkan tindak tutur lokusi, tuturan Verwöhn dich mit verwöhnten Mangos hanya berupa pernyataan untuk menyampaikan informasi yaitu anda dapat memanjakan diri anda dengan mangga pilihan. 11

2) Tindak Ilokusi: Berdasarkan tindak tutur ilokusi, tuturan Verwöhn dich mit verwöhnten Mangos merupakan tindak tutur yang terkait dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penutur kepada pembaca. Selain memberi informasi tentang jus mangga pilihan juga mengajak dan meminta pembaca agar segera membeli produk tersebut dengan merasakan kesegaran jus mangga yang dapat memanjakan lidah dengan buah mangga pilihan. Tuturan Verwöhn dich mit verwöhnten Mangos termasuk ke dalam tindak tutur direktif. d. Wacana iklan tersebut adalah: Aber klar! Im Mix mit dezentem Grau oder Beige machen sie gute Laune, ohne dabei aufdringlich zu wirken (Sudah jelas! Dengan campuran abu-abu terang atau krem, dapat membuat suasana hati yang baik tanpa merasa terganggu.) Iklan Sommer im Büro menginfomasikan pakaian yang digunakan ke kantor pada saat musim panas. 1) Tindak Lokusi: Berdasarkan tindak tutur lokusi, tuturan Aber klar! Im Mix mit dezentem Grau oder Beige machen sie gute Laune, ohne dabei aufdringlich zu wirken hanya berupa pernyataan untuk menyampaikan informasi bahwa dengan campuran abu-abu terang atau krem, dapat membuat suasana hati yang baik tanpa merasa terganggu. 2) Tindak Ilokusi: Berdasarkan tindak tutur ilokusi, tuturan Aber klar! Im Mix mit dezentem Grau oder Beige machen sie gute Laune, ohne dabei aufdringlich zu wirken tidak hanya berupa pernyataan semata tetapi terdapat tindakan di dalamnya yaitu menjanjikan pembaca bahwa pakaian dengan campuran abu-abu terang atau krem dapat membuat suasana hati menjadi baik dan pandangan tidak terganggu oleh warna-warna cerah. Hal tersebut meyakinkan pembaca untuk segera menggunakan dan memiliki pakaian dari produk Sommer im Büro.. Jika dilihat 12

e. dari klasifikasi tindak tutur ilokusi maka tuturan Aber klar! Im Mix mit dezentem Grau oder Beige machen sie gute Laune, ohne dabei aufdringlich zu wirken termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi komisif menjanjikan ditunjukkan dengan tuturan Aber klar! Wacana iklan tersebut adalah: AM/FM Tuner, auβen edle Klavierlackoptik (AM/ FM tuner dengan eksterior optik piano yang mewah) Iklan Dockingstation ini menginformasikan tentang produk elektronik yaitu sejenis radio. 1) Tindak Lokusi: Berdasarkan tindak tutur lokusi, tuturan AM/FM Tuner, auβen edle Klavierlackoptik hanya berupa pernyataan untuk menyampaikan informasi yaitu produk AM/ FM tuner dengan eksterior optik piano yang mewah. 2) Tindak Ilokusi: Berdasarkan tindak tutur ilokusi AM/FM Tuner, auβen edle Klavierlackoptik merupakan tindak tutur yang terkait dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penutur kepada pembaca. Selain memberi informasi tentang produk AM/FM tuner juga menjanjikan pembaca bahwa radio kali ini ditampilkan dengan eksterior optic piano yang mewah. Dengan demikian iklan tersebut meyakinkan pembaca untuk memilih produk Dockingstation yang mewah dan sesuai dengan tren yang diinginkan oleh pembaca. Tuturan AM/FM Tuner, auβen edle Klavierlackoptik termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi komisif menjanjikan. Berdasarkan hasil rekapitulasi data dari sampel sebanyak 50 iklan dalam majalah Brigitte, terdapat 100 tuturan atau ujaran yang dianalisis. Data tersebut kemudian dibedakan berdasarkan tindak tuturnya ke dalam tindak tutur lokusi dan tindak tutur ilokusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua tuturan tersebut termasuk ke dalam tidak tutur lokusi dan ilokusi. Hal ini dikarenakan tuturan dalam iklan tersebut tidak hanya menuturkan suatu tuturan semata, 13

melainkan juga dirancang sedemikian rupa agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Dengan kata lain, tuturan dalam iklan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Selain jenis tindak tutur, peneliti juga menganalisis tindak ilokusi menurut Searle, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi. Dari 100 data yang termasuk tindak tutur ilokusi, tindak ilokusi komisif memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 46 berupa kalimat yang menjanjikan dan menawarkan, seperti yang terdapat dalam wacana iklan kosmetik, makanan, minuman, pakaian, dan minuman. Jumlah tersebut bersaing dengan tindak ilokusi asertif sebanyak 31 berupa kalimat yang menyatakan dan memberitahukan suatu produk, serta tindak ilokusi direktif sebanyak 23 yang berupa kalimat meminta dan mengajak pembaca agar membeli dengan produk yang ditawarkan. Sementara tindak ilokusi ekspresif yang berupa kalimat ucapan terimakasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbela sungkawa serta tindak ilokusi deklarasi yang berupa kalimat berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum tidak ditemukan dalam analisis wacana iklan majalah Brigitte ini. Sebagaimana diketahui bahwa bahasa iklan itu persuasif, maka tuturannya bermakna menawarkan keunggulan akan produk yang ditawarkan dan memerintah atau mengajak para pembaca untuk membeli produk iklan yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Tindak tutur lokusi dalam penelitian ini merupakan tindak tutur yang berupa pernyataan, informasi atau pemberitahuan mengenai produk yang ditawarkan. Selanjutnya tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang terkait dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penutur kepada pembaca. Jadi dalam sebuah tuturan tidak hanya berisi pernyataan atau informasi (lokusi) suatu produk melainkan juga berisi sebagai tindakan. Klasifikasi tindak ilokusi berdasarkan kategori Searle yang digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jerman ini didominasi oleh tindak ilokusi komisif berupa kalimat yang menjanjikan dan menawarkan suatu produk. Sedangkan tindak perlokusi tidak diteliti lebih lanjut, karena penelitian ini hanya terfokus pada penelitian wacananya (teks tertulis) saja. 14

Dalam sebuah iklan, setiap tindak tutur pada situasi apapun pada dasarnya bertujuan untuk menojolkan kelebihan atau manfaat dari produk tersebut. Begitu pula pada iklan majalah Brigitte yang telah di analisis. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tuturan-tuturannya bertujuan untuk menojolkan kelebihan dan manfaat dari produk yang ditawarkan dan pada akhirnya menawarkan kepada khalayak untuk membeli produk tersebut. Oleh karena itu, iklan berbahasa Jerrman dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat konsumen. Saran Bagi pembelajar bahasa Jerman diharapkan lebih banyak membaca wacana yang menggunakan tindak tutur untuk memahami isi dan tata bahasannya. Pembelajar bahasa Jerman juga agar tidak hanya membaca iklan-iklan yang terdapat dalam majalah berbahasa Jerman sebagai suatu hiburan, akan tetapi dapat juga menjadikannya sebagai suatu kajian. Bagi pengajar juga sebaiknya memilih terlebih dahulu media iklan yang akan digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar media yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Bahasa yang terdapat dalam iklan disesuaikan dengan kemampuan pembelajar. Untuk penelitian lebih lanjut yang juga ingin meneliti iklan berbahasa Jerman untuk lebih cermat memilih iklan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain tindak tutur masih banyak aspek lainnya dalam iklan yang dapat diteliti lebih lanjut. Oleh sebab itu hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal lainnya dalam bahasa iklan. Daftar Pustaka Alwi, H. et al. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka. Djajasudarma, F. (2006). Wacana (Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur). Bandung: Refika Aditama. Geringer, E. (2010). Sprachwissenschaftliche Untersuchung zur Höflichkeit in der Schule. [Online]. Tersedia: http://others.univie.ac.at/12518/12010-11-23_0401709.pdf [25 Januari 2014]. Krifka, M. (2007). Sprechtakte Und Satztypen. [Online]. Tersedia: http://amor.ims.huberlin.de.pdf [ 25 Januari 2014]. Kriyantono. R. (2012). Public Relations Writing. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Levinson, S. (2000). Pragmatik. Tübingen: Max Niemeyer Verlag. 15

Rahardi, R. Kunjana. (2009). Sosiopragmatik. Malang: Erlangga. Schülter, S. (2007). Die Sprache der Werbung. Saarbrücken: VDM Verlang Dr. Müller. Shimpt, T. (2003). Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga. Verhaar, J. (2004). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers. Yule, G. (2006). Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyud. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 16