DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK KEMAMPUAN LAHAN PADA SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN I KABUPATEN GORONTALO

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB II TINJAUAN TEORI...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telukjambe Timur

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN WANEA KOTA MANADO LAND CAPABILITY CLASSIFICATION IN WANEA SUB-DISTRICT OF MANADO CITY

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Intensitas Pemanfaatan Ruang

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

commit to user BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG

BAB IV. Kajian Analisis

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin

Transkripsi:

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan e-mail : yuli_samsidar@yahoo.com Abstrak Perkembangan kota serta peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan aktivitas dan kebutuhan lahan untuk menunjang aktivitas tersebut, sementara lahan walaupun merupakan salah satu sumber daya alam yang paling berharga tetapi memiliki keterbatasan baik ketersediaan maupun kemampuan daya dukungnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi fungsi kawasan lindung dan budidaya; mengidentifikasi kemampuan lahan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan; analisis daya dukung lahan serta menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 dengan kemampuan lahan. Hasil yang diperoleh berdasarkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan sistem informasi gografis menunjukan kawasan lindung seluas 9.552 ha dan kawasan budidaya seluas 107.825 ha. budidaya dengan kemampuan pengembangan tinggi dan sedang merupakan wilayah yang sangat baik dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Ratio tutupan lahan/building Coverage (BC) untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan tinggi sebesar 5,74% dan sedang sebesar 9,48% dengan kapasitas maksimal perluasan kedua lahan tersebut seluas 1.254 ha dan seluas 18.069 ha. Kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar sebesar 22,56% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Sedangkan kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran sebesar 45,54% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Kata Kunci : Daya Dukung Lahan, Kemampuan Lahan PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk yang ditunjang dengan kebijakan sistem pembangunan dan letak wilayah Kabupaten Pesawaran yang strategis, telah menyebabkan pesat perkembangan kawasan ini. Kondisi ini, khususnya terjadi pada Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Negeri Katon yang merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran. Konsekuensi dari pesatnya perkembangan wilayah, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk sekaligus berbagai aktivitas pembangunan, baik secara fisik, ekonomi maupun sosial budaya bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi pula peningkatan kebutuhan lahan mengingat fungsi lahan sebagai ruang yang mewadahi penduduk dan aktivitasnya, terutama untuk pemanfaatan kegiatan perkotaan. Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan dengan sisi lainnya terdapat keterbatasan ketersediaan dan kemampuan lahan, mengharuskan perencanaan pemanfaatan lahan dilakukan secara optimum. Salah satu pertimbangan yang harus dilakukan adalah pertimbangan aspek fisik dasar lahan yang meliputi aspek sumberdaya air, karakteristik tanah dan batuan, kemiringan lereng serta kerentanan bencana, yang kesemuanya merupakan pencerminan dari kemampuan lahan. Pertimbangan tersebut diperlukan karena setiap lahan memiliki kemampuan yang terbatas sekaligus berbeda antara suatu kawasan dengan kawasan lainnya. Dengan mengetahui tingkatan kemampuan lahan, maka kawasan tersebut dapat dibedakan menjadi kemampuan pengembangan rendah, kemampuan pengembangan sangat rendah, kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Pembagian menjadi kawasan seperti tersebut, akan memudahkan di dalam mengarahkan rencana pemanfaatan lahan kawasan permukiman perkotaan sesuai dengan kemampuan lahan, sehingga terhindar dari terjadinya dampak negatif penurunan kualitas lingkungan yang menghambat pembangunan kota. Bertolak dari pemikiran seperti tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu a). mengidentifikasi fungsi kawasan lindung dan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 1

budidaya; b). mengidentifikasi kemampuan lahan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan; c). analisis daya dukung lahan serta d). menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 dengan kemampuan lahan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Adapun tahapan analisis yang dilakukan meliputi : 1. Mengidentifikasi kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar Analisis ini didasarkan pada ketentuan dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Penentuan Lindung. Analisis ini menghasilkan peta persebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) peta kelerengan, peta jenis tanah dan peta intensitas curah hujan. 2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan lahan kawasan budidaya untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan berdasarkan aspek fisik dasar Analisis penentuan kemampuan lahan didasarkan pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) 5 (lima) peta satuan kemampuan lahan (SKL). Satuan kemampuan lahan tersebut meliputi SKL Morfologi-Kestabilan Lereng, SKL Drainase, SKL Ketersediaan Air Tanah, SKL Kerentanan Bencana Alam dan SKL Kestabilan Pondasi. Analisis ini menghasilkan peta kemampuan lahan pada kawasan budidaya untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang terdiri dari : Kemampuan Pengembangan Tinggi yaitu lahan yang mempunyai kemampuan baik dan sangat sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Sedang yaitu lahan yang mempunyai kemampuan sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Rendah yaitu lahan yang kurang mampu dikembangkan atau sesuai bersyarat apabila tetap akan dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah yaitu lahan yang tidak sesuai dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan. 3. Analisis daya dukung pada kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui atau memberikan informasi berupa kapasitas daya dukung lahan yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang serta konsep daya dukung lahan menurut Toubier (1976) dalam Laiko (2010), dimana daya dukung lahan yang baik akan tercapai apabila maksimal lahan terbangun/building Coverage (BC) tidak melebihi 70% dari keseluruhan lahan yang dapat digunakan di wilayah kemampuan pengembangan tinggi sedangkan di wilayah kemampuan pengembangan sedang maksimal lahan terbangun/building Coverage (BC) tidak melebihi 50% dari keseluruhan lahan yang dapat digunakan. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) peta pemanfaatan lahan eksisting dengan peta kemampuan lahan. Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) kedua peta tersebut menghasilkan peta kesesuaian pemanfaatan lahan serta dapat diketahui luas lahan tidak terbangun dan luas lahan terbangun yang terdapat pada setiap tingkat kemampuan lahan. Lahan terbangun yang dimaksud adalah luas lahan yang tertutup oleh bangunan yang bersifat kedap air. Setelah itu dilakukan perhitungan ratio tutupan lahan/building Coverage (BC) pada setiap tingkat kemampuan lahan (Kemampuan Pengembangan Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah) dan Lindung dengan menggunakan rumus (Laiko, 2010) : Keterangan : BC = Building Coverage A = Area ( Lahan) OS = Open Space (lahan tidak terbangun) 4. Menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 dengan kemampuan lahan di kawasan permukiman perkotaan Analisis ini dimaksudkan memberi gambaran kondisi kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana kawasan permukiman perkotaan yang telah ditetapkan Pemerintah Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 2

No. 1. 2. Kabupaten Pesawaran dalam RTRW Tahun 2011-2031 dengan tingkat kemampuan lahan. Keluaran dari analisis ini memberikan masukan atau pertimbangan bagi arahan dan penataan fisik kawasan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) : 1). Peta pemanfaatan lahan eksisting dengan peta tingkat kemampuan lahan; 2). Peta rencana kawasan permukiman perkotaan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam RTRW Tahun 2011-2031 dengan tingkat kemampuan lahan. PEMBAHASAN 1. Mengidentifikasi Lindung Dan Budidaya Berdasarkan Aspek Fisik Dasar Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Penentuan Lindung maka dapat ditentukan kawasan lindung di Kabupaten Pesawaran seluas 9.552 Ha atau sebesar 8,14%. lindung ini secara administrasif termasuk bagian dari Kecamatan Kedondong, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Gedongtataan. lindung sebagai kawasan yang tidak diperkenankan bagi kegiatan budidaya, dapat dikatakan sebagai kawasan limitasi. budidaya pada Kabupaten Pesawaran terletak pada Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Gedongtataan dengan luas keseluruhan kawasan budidaya 107.825 Ha atau sebesar 91,86%. Persebaran dan luasan fungsi kawasan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1 Lindung dan Budidaya Di Kabupaten Pesawaran Fungsi Lindung Budidaya Kecamatan Kedondong 210 Punduh Pidada Padang Cermin 2.497 4.782 Way Lima 1.371 Gedongtataan 692 Negeri Katon 15.269 Kedondong 12.901 Punduh Pidada 19.922 Tegineneng 15.126 Total Persentase (%) 9.552 8,14 107.825 91,86 No. Fungsi Kecamatan Padang Cermin 26.981 Way Lima 8.612 Gedong Tataan 9.014 Total Persentase (%) Kabupaten Pesawaran 117.377 100,00 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013. Gambar 1 Peta Fungsi 2. Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Lahan Budidaya Untuk Sebagai Berdasarkan Aspek Fisik Dasar Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) seluruh peta satuan kemampuan lahan (SKL), Kabupaten Pesawaran dibagi menjadi 5 (lima) rentang kelas skor kemampuan lahan, sebagai berikut : 1. Kemampuan pengembangan tinggi yaitu lahan yang mempunyai kemampuan baik dan sangat sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan dengan skor >79 seluas 1.951 ha (1,66%). 2. Kemampuan pengembangan sedang yaitu lahan yang mempunyai kemampuan sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan dengan skor 75 79 seluas 44.597 ha (37,99%). 3. Kemampuan pengembangan rendah yaitu lahan yang kurang sesuai dikembangkan atau sesuai bersyarat apabila tetap akan dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan dengan skor 70 74 seluas 48.483 ha (41,31%). 4. Kemampuan pengembangan sangat rendah yaitu lahan yang tidak sesuai dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan dengan skor 64 69 seluas 12.794 ha (10,90%). 5. lindung yaitu lahan yang tidak layak dikembangkan untuk kawasan permukiman Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 3

Kecamatan Negeri Katon Kedondong Punduh Pidada Tegineneng Padang Cermin perkotaan (wilayah konservasi) dengan skor <64 seluas 9.552 ha (8,14%). Ditinjau dari hasil analisis kemampuan lahan dengan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 maka arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran pada wilayah dengan kemampuan pengembangan tinggi tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Way Lima dan kemampuan pengembangan sedang dengan lokasi tersebar di masing-masing kecamatan. Karena memiliki satuan kemampuan lahan morfologi-kestabilan lereng sedang sampai tinggi, ketersediaan air tanah sedang sampai tinggi, kestabilan pondasi tinggi, drainase sedang sampai tinggi, relatif aman dari bencana alam dan tidak terdapat kawasan lindung. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran dan luasan wilayah kemampuan lahan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2. Lindung <64) Tabel 2 Wilayah Kemampuan Lahan Di Kabupaten Pesawaran Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah 64 69) Rendah 70 74) Sedang 75 79) Tinggi >79) 0 408 1.271 12.629 961 15.269 210 1.505 5.865 5.531 0 13.111 2.497 4.772 12.101 2.929 120 22.419 0 1.100 8.857 4.944 225 15.126 4.782 3.935 13.873 8.824 349 31.763 Way Lima 1.371 510 3.783 4.152 167 9.983 Gedongtataan 692 564 2.733 5.588 129 9.706 Jumlah 9.552 12.794 48.483 44.597 1.951 117.377 Persentase (%) Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013. 8,14 10,90 41,31 37,99 1,66 100,00 3. Analisis Daya Dukung Pada Kemampuan Lahan Untuk Pengembangan Kapasitas daya dukung lahan berdasarkan kemampuan pengembangan sangat rendah dan kawasan lindung (limitasi) terdapat pemanfaatan lahan terbangun yang tertutup oleh bangunan bersifat kedap air, menyebabkan telah terlampaui batas ratio tutupan lahan (building coverage) sebesar 7,71% dan sebesar 0,18% yang disyaratkan oleh Toubier (1976) sebesar 0%. Sedangkan kemampuan pengembangan rendah sebesar 3,92% menunjukan pemanfaatan lahan terbangun yang masih di bawah ambang batas ratio tutupan lahan (building coverage) yang disyaratkan sebesar 20%, maka luasan maksimal lahan terbangunnya seluas 7.798 ha tapi kurang sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Gambar 2 Peta Kemampuan Lahan Pengembangan Kemampuan pengembangan tinggi sebesar 5,74% dan kemampuan pengembangan sedang sebesar 9,48% di Kabupaten Pesawaran masih di bawah ambang batas yang disyaratkan oleh Toubier (1976) sebesar 70% dan sebesar 50%. kemampuan pengembangan tinggi dan kemampuan pengembangan sedang secara umum perluasan lahan terbangun masih sangat memungkinkan untuk pengembangan perkotaan, dengan maksimal perluasan pada kawasan pengembangan tinggi 1.254 ha dan kemampuan pengembangan sedang 18.069 ha. Pemanfaatan lahan bagi pengembangan kawasan permukiman perkotaan seharusnya tetaplah memperhatikan batasan ratio kapasitas daya dukung lahan. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah ratio tutupan lahan untuk kawasan pengembangan sedang dan tinggi di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 3. 4. Menganalisis Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting Dan Pemanfaatan Lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 Dengan Kemampuan Lahan Di a. Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting Dengan Kemampuan Lahan Kesesuaian lahan di Kabupaten Pesawaran seluas 10.502 ha atau sebesar 22,56% untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan berdasarkan kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman perkotaan pada pemanfaatan lahan permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar. Adapun sisanya pada kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi dimanfaatkan untuk hutan, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 4

pasir pantai, rawa dan persawahan tidak sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan seluas 36.046 ha atau sebesar 77,44% dari keseluruhan luas 46.548 ha. Keberadaan hutan, pasir pantai, rawa dan persawahan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya mencegah kerusakan lingkungan yang akan berdampak secara umum terhadap keseluruhan wilayah Kabupaten Pesawaran. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dengan kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 4. menempati kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan sedang seluas 14.523 ha tersebar di Kecamatan Negeri Katon seluas 5.312 ha, Kecamatan Tegineneng seluas 2.103 ha, Kecamatan Padang Cermin seluas 3.810 ha dan Kecamatan Gedongtataan seluas 3.298 ha. Kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan tinggi seluas 540 ha tersebar di Kecamatan Negeri Katon seluas 184 ha, Kecamatan Tegineneng seluas 141 ha, Kecamatan Padang Cermin seluas 165 ha dan Kecamatan Gedongtataan seluas 50 ha. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah kesesuaian rencana pemanfaatan lahan kawasan permukiman perkotaan RTRW Kabupaten Pesawaran dengan kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 3 Peta Ratio Tutupan Lahan Gambar 5 Peta Kesesuaian Dengan Kemampuan Lahan Gambar 4 Peta Kesesuaian Pemanfaatan lahan Eksisting Dengan Kemampuan Lahan b. Kesesuaian Pemanfaatan Lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 Dengan Kemampuan Lahan Ketidaksesuaian lokasi yang direncanakan untuk kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran seluas 18.013 ha atau sebesar 54,46% dari keseluruhan luas rencana kawasan permukiman perkotaan 33.076 ha yang menempati kawasan lindung, kemampuan pengembangan rendah dan kemampuan pengembangan sangat rendah. Kesesuaian lokasi yang direncanakan untuk kawasan permukiman perkotaan seluas 15.063 ha atau sebesar 45,54% dari keseluruhan luas rencana kawasan permukiman perkotaan 33.076 ha yang KESIMPULAN Daya dukung lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran berada di kawasan budidaya yaitu pada kemampuan pengembangan tinggi seluas 1.951 ha dan sedang dengan seluas 44.597 ha. Kapasitas daya dukung lahan kemampuan pengembangan tinggi dan sedang masih di bawah ambang batas ratio tutupan lahan dengan maksimal perluasan pengembangan kawasan permukiman perkotaan seluas 1.254 ha dan 18.069 ha. Kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting untuk dikembangkan kawasan permukiman perkotaan seluas 10.502 ha adalah permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Sedangkan kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang seluas 1.080 ha dan seluas 29.046 ha. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 5

SARAN Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. permukiman perkotaan di kawasan lindung dan kemampuan sangat rendah dapat membekukan ijin lokasi dan menghentikan perluasan perkembangannya. Kemudian diarahkan bermukim di wilayah kemampuan pengembangan sedang dan tinggi. 2. permukiman perkotaan yang berada di wilayah rawan bencana gempa bumi tidak semestinya digunakan untuk hunian, karena sangat membahayakan. Pemerintah memberikan stimulan untuk melestarikan dan mempertahankan rumah panggung dan menyediakan jalur serta ruang evakuasi bencana darurat maupun permanen dalam ramgka mengurangi resiko bencana ketika datang. Atau dapat menggunakan sistem perancangan struktur bangunan tahan gempa untuk kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada SNI 03-1726-2010 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. 3. kawasan permukiman perkotaan di kemampuan pengembangan rendah dijadikan prioritas terakhir dan di kemampuan pengembangan sedang dan tinggi dijadikan prioritas pertama, karena luas pemanfatannya masih tersedia dan sangat sesuai dalam memperluas pengembangan kawasan permukiman perkotaan. 4. Pembatasan pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perkotaan di kemampuan pengembangan rendah, sehingga dapat mengalihkan rencana pengembangan permukiman perkotaan ke kemampuan pengembangan sedang dan tinggi. 5. Arahan pengubahan penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran terdapat pada Tabel 3 dan Gambar 6. Arahan penggubahan penggunaan lahan ini didasarkan pada kesesuaian lahan hasil analisis memperhatikan penggunaan lahan yang ada sekarang dan rencana kawasan permukiman perkotaan, sebagai berikut ini : Penggunaan lahan eksisiting berupa belukar seluas 52 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa hutan seluas 2.408 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya hutan tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangan kawasan perkotaan disekitar hutan. Tersebar di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan dan Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa permukiman seluas 1.530 ha, sedangkan pada rencana pemanfaatan lahan RTRW akan perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa perkebunan seluas 5.046 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa rawa seluas 227 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya rawa tetap dipertahankan. Tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa sawah seluas 954 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya sawah tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangan kawasan permukiman perkotaan disekitarnya. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa tambak seluas 12 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa tegalan/ladang seluas 6.686 ha, sedangkan pada rencana pemanfaatan lahan RTRW Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 6

akan perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Tabel 3 Arahan Pengubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Pengembangan Tinggi dan Sedang Di Kabupaten Pesawaran Penggunaan Lahan Eksisting Belukar Hutan Perkebunan Pasir Pantai Rawa Sawah Tambak Tegalan/ Ladang RTRW Kabupaten Pesawaran Tingkat Kesesuaian Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Arahan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013. Keterangan : Dipertahankan : Guna lahan saat ini tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangannya. : Guna lahan saat ini dapat dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Gambar 6 Peta Saran Pengembangan DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran. 2011. Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031. Kabupaten Pesawaran. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran. 2012. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pesawaran No. 4 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031. Kabupaten Pesawaran. [Dep PU] Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Tata Ruang. Jakarta. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990. Pengelolaan Lindung. Jakarta. Laiko. Firman. 2010. Pengembangan Berdasarkan Aspek Kemampuan Lahan Pada Satuan Wilayah Pengembangan I Kabupaten Gorontalo. Tesis. Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Semarang. RIWAYAT PENULIS 1. Yulianti Samsidar, ST., Alumni (Tahun 2013) Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan. 2. DR. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si., Staf Dosen Program Studi Perencanaan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 7

Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Unpak Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 8