BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan. Setiap karyawan berhak mendapatkan keselamatan saat

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sebuah industri untuk berusaha lebih produktif. Kesadaran bahwa pada era ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan pada perusahaan. Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma mur, 2009). Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan dan kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesinmesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia, karena manusia yang paling banyak berperan dalam menggunakan peralatan di perusahaan (Ihsan, 2013). Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka proses manufaktur dituntut untuk dapat memenuhi standar dan kualitas yang diinginkan baik dari kualitas maupun keselamatan. Maka akan terjadi pula lingkungan kerja 1

yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Suhartini, 2014). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Oleh karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang di dalamnya terdapat pekerja dan risiko terjadinya bahaya wajib untuk memberikan perlindungan keselamatan. Seperti yang terjadi bahwa sistem keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikatakan baru akan dilaksanakan setelah proses pendirian suatu pabrik/unit usaha berjalan, padahal menurut aturan hukum seharusnya dilakukan pada saat perencanaan pabrik/ perusahaan tersebut (Pabiban, 2007). Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmgrasi, di Indonesia selama tahun 2010, berdasarkan laporan dari daerah, terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data semester I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus (Kemenakertrans, 2011). 2

Data PT. Jamsostek menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan kerja Indonesia selama periode 2012 mencapai 103.000 kasus atau meningkat dibandingkan periode 2011 sebanyak 96.400 kasus dan 2010 sebanyak mencapai 86.693 kasus. Dari 96.400 kecelakaan kerja di periode 2011, sebanyak 2.144 tercatat meninggal dunia dan 42 lainnya cacat. Dengan mengambil asumsi 264 hari kerja dalam 1 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pada periode 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja (BPJS Ketenagakerjaan, 2013). International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan menyebabkan lebih 6.300 kematian setiap hari atau 2,3 juta kematian per tahun. Kerugian besar ini, sekitar 350.000 kematian disebabkan oleh kecelakaan kerja dan dekat dengan 2 juta oleh penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Kecelakaan non-fatal mempengaruhi jumlah yang lebih besar, lebih dari 313 juta pekerja yang terluka setiap tahun, sedangkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan non-fatal yang diperkirakan mempengaruhi 160 juta setiap tahun (ILO, 2015). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat sedikitnya ada 105.383 kasus kecelakaan kerja di Kabupaten Tangerang yang terjadi selama tahun 2014. Data tersebut berdasarkan klaim program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) oleh peserta BPJS. Dari 105.383 kasus tersebut, diantaranya mengalami cacat fungsi sebanyak 3.618 kasus, cacat sebagian 3

sebanyak 2.616 kasus, cacat total sebanyak 43 kasus dan meninggal dunia sebanyak 2.375 kasus (BPJS Ketenagakerjaan, 2015). Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra perusahaan (Suma mur, 2009). Heinrich (1930) dalam Colling (2007) menjelaskan teori Iceberg-nya yang menyatakan bahwa kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian biaya bagi perusahaan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya langsung yang dimaksud adalah biaya yang nampak sebagai akibat langsung dari kecelakaan kerja seperti biaya pertolongan pertama, biaya pengobatan, biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya kompensasi kecelakaan. Sementara biaya tak langsung adalah biaya yang tak tampak seperti biaya kerusakan alat produksi, biaya kerugian akibat penghentian produksi, biaya hilangnya waktu kerja, biaya kompensasi lembur dan biaya penataan manajemen keselamatan yang lebih baik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja bukan hanya dialami oleh perusahaan tetapi juga berdampak pada kerugian negara. International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70% di antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Indonesia merugi hingga Rp. 280 Triliun. ILO mendata kecelakaan kerja menimbulkan kerugian negara setidaknya 4% dari Produk Domestik Bruto 4

(PDB). Jika keselamatan kerja bisa ditangani lebih baik, pemerintah memperkirakan separuh dari kerugian, atau sebesar Rp. 140 triliun, dapat dicegah (Rosidi, 2012). Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya pengelolaan bahaya yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan tersturktur dalam suatu kesisteman yang baik. Besarnya potensi ditentukan oleh kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan insiden dan keparahan yang diakibatkannya (Ramli, 2010). Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global atau internasional adalah Occupational Health and Safety Assesment Series (OHSAS) 18001:2007. Menurut OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control. Biasanya dikenal dengan singkatan HIRADC. Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010). Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) merupakan elemen penting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja karena berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian 5

bahaya yang digunakan untuk menentukan objektif dan rencana K3 (Prihatiningsih, dkk, 2014). PT. Panata Jaya Mandiri adalah perusahaan yang tergabung dalam ADR Group of Companies. Perusahaan ini bergerak di bidang yang memproduksi produk-produk filtrasi untuk alat-alat berat, turbin-turbin gas, mesin-mesin industri, peralatan-peralatan konstruksi, dan otomotif. Dalam suatu aktivitas pekerjaan terdapat potensi bahaya, faktor bahaya dan terdapat risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dari data angka kecelakaan kerja perusahaan tercatat total kasus di PT. Panata Jaya Mandiri pada tahun 2014 adalah 149 kasus, kemudiann mengalami kenaikan di tahun 2015 dengan jumlah kecelakaan kerja sebanyak 156 kasus. Dari data angka kecelakaan kerja tahun yang terjadi menunjukkan masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi di areal pabrik tersebut dengan 9 departemen yang tersebar di area pabrik terdapat angka yang paling besar mengalami kecelakaan yakni pada Plant Spin On yaitu sebanyak 36 kasus kecelakaan kerja. Kemudian setelah melihat temuan data pada Plant Spin On dalam produksi Fuel Filter, kegiatan proses kerja yang mempunyai risiko paling tinggi atau high risk di area mesin pleating paper. Perusahaan telah melakukan upaya preventif maupun korektif agar dapat meminimalisir hal tersebut terbukti dengan adanya sistem keselamatan kerja yang telah diterapkan seperti metode Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) yang berfungsi sebagai langkah awal sebelum melakukan pekerjaan atau kegiatan. Dengan adanya metode tersebut dapat 6

memudahkan untuk mengidentifikasi bahaya, menentukan tingkat risiko serta melakukan pengendalian sesuai risiko yang telah dikelompokkan sesuai ketentuan dari perusahaan (ADR Group of Companies, 2014). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melihat penerapan HIRADC sebagai suatu upaya untuk menurunkan tingkat potensi bahaya tinggi yang akan terjadi dan dapat menentukan tindakan pencegahan serta pengendaliannya. Berdasarkan dari latar belakang yang menguraikan tentang risiko bahaya di tempat kerja yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecelakaan kerja. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri. B. Identifikasi Masalah Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan dan berusaha mengatasinya sehinggat tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau zero accident (Djati, 2006). Perusahaan atau industri memerlukan proses yang baik di semua kegiatan dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan menekan angka kecelakaan kerja. 7

Sebagai upaya dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja yang terjadi akibat kegiatan operasional, perusahaan melakukan identifikasi, penilaian dan penetapan pengendalian dengan menggunakan sebuah prosedur yang telah ditetapkan untuk kemudian selalu melakukan pemutakhiran atau updating, sosialisasi ke semua karyawan terkait. PT. Panata Jaya Mandiri sekarang ini sedang menerapkan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) dan sudah berjalan selama setahun. Dalam penerapan HIRADC ini Health Safety and Environmental (HSE) dan Panitia Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) PT. Panata Jaya Mandiri juga sudah melakukan sosialisasi atau training ke operator-operator produksi dan karyawan, sosialisasi dilakukan 2 kali dalam sebulan. Walaupun telah dibuatkan sistem HIRADC dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko sebagai acuan dalam menekan permasalahan kecelakaan kerja yang ada, akan tetapi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri masih tinggi. Hal ini merupakan alasan bagi peneliti untuk mengevaluasi penerapan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control). C. Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Berdasarkan teori yang ditemukan bahwa penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) berperan penting dalam manajemen risiko dan pencegahan kecelakaan kerja, maka perlu diteliti lebih 8

lanjut agar diketahui nilai evaluasi penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) yang telah berjalan selama setahun ini. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka permasalahan yang ingin dipecahkan pada penelitian ini adalah: Bagaimana evaluasi penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri? E. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengevaluasi penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri. 2. Tujuan Khusus a. Mengevaluasi faktor-faktor input (masukan) yang meliputi kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan manajemen serta anggaran dalam menerapkan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri. b. Mengevaluasi proses yang meliputi identifikasi bahaya dan risiko, penilaian risiko, serta pengendalian risiko dalam menerapkan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri. 9

c. Mengevaluasi output (keluaran) dari penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) pada Mesin Pleating Paper di Plant Spin On PT. Panata Jaya Mandiri. F. Manfaat 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang dapat dipertimbangkan untuk mengoptimalkan pencapaian penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC). 2. Bagi Universitas Esa Unggul Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan referensi kepustakaan tentang Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) di Universitas Esa Unggul. 3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan penerapan Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining Control (HIRADC) di perusahaan yang di observasi langsung. 10