KARAKTERISTIK DAN KINERJA INDUK SAPI SILANGAN LIMOUSIN-MADURA DAN MADURA DI KABUPATEN SUMENEP DAN PAMEKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

rssn Volume 35 (1) Februari 2O11 BULETIN PETERNAI(AN Bulletin of Animal Science

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

IDENTIFIKASI GRADE SAPI BALI BETINA BIBIT DAN KOEFISIEN REPRODUKSI SAPI BETINA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

MORFOMETRIK ANAK SAPI BALI HASIL PERKAWINAN ALAMI DAN INSEMINASI BUATAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

KARAKTERISTIK SAPI MADURA BETINA BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI KECAMATAN GALIS DAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole dan Sapi Peranakan Ongole Periode Postpartum

STUDIPETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

KAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEBERHASILAN KEBUNTINGAN PADA SAPI MADURA MELALUI PENERAPAN KAWIN ALAM

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS HIBAH UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (U.P.T) TAHUN 2015

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

ESTIMASI POTENSI DAN KINERJA SAPI BALI DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENAMPILAN REPRODUKSI KUDA BETINA PASCA PACU DI DESA PINABETENGAN RAYA KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

KINERJA KERBAU BETINA DI PULAU MOA, MALUKU THE PRODUCTIVITY OF FEMALE BUFFALOES AT MOA ISLAND, MALUKU

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

PERFORMANS PEDET SAPI PERAH DENGAN PERLAKUAN INDUK SAAT MASA AKHIR KEBUNTINGAN

Cahyo Andi Yulyanto, Trinil Susilawati dan M. Nur Ihsan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang Jawa Timur

PERBEDAAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PO DAN BRAHMAN CROSS DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

POLA DAN PENDUGAAN SIFAT PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA BERDASARKAN UKURAN TUBUH DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RIVA TAZKIA

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

SURAT PERNYATAAN. Y a n h e n d r i NIM. B

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

ESTIMASI OUTPUT BABI DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI OUTPUT ESTIMATION OF PIG IN TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE

STUDI UJI PERFORMANS TERNAK SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN (PRELIMINARY STUDY) Abstrak

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PERFORMAN REPRODUKSI SAPI MADURA INDUK DENGAN PERKAWINAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN PAMEKASAN

Evaluasi Penampilan Reproduksi Sapi Perah (Studi Kasus Di Perusahaan Peternakan Sapi Perah KUD Sinarjaya)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

Pengamatan Sifat-sifat yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi pada Sapi Bali di Kota Mataram

Endang Sulistyowati, Emran Kuswadi, Lobis Sutarno dan Gilbert Tampubolon

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Transkripsi:

Buletin Peternakan Vol. 33(3): 143147, Oktober 2009 ISSN 01264400 KARAKTERISTIK DAN KINERJA INDUK SAPI SILANGAN LIMOUSINMADURA DAN MADURA DI KABUPATEN SUMENEP DAN PAMEKASAN CHARACTERISTIC AND PERFORMANCE OF LIMOUSINMADURA GRADE AND MADURA COWS IN SUMENEP AND PAMEKASAN REGENCIES Tety Hartatik*, Dhany Azharinto Mahardika, Tri Satya Mastuti Widi, dan Endang Baliarti Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No.3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kinerja induk sapi silangan LimousinMadura (Limura) dan sapi Madura. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan Jawa Timur pada bulan Mei 2008 sampai Agustus 2008. Metode survei yang digunakan didukung dengan wawancara terhadap responden, yang dilanjutkan dengan pengamatan karakteristik eksterior serta pengukuran tubuh ternak. Data karakteristik eksterior diuraikan secara deskriptif, sedangkan data ukuran vital tubuh dianalisis dengan ujit. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik eksterior sapi silangan Limura adalah warna merah bata pada tubuh, dan pantat merah. Karakteristik eksterior sapi Madura adalah warna merah terang pada tubuh, dan pantat semir putih. Data vital sapi silangan Limura lebih besar daripada sapi Madura, pada kelompok umur 24 tahun perbandingan lingkar dada 172,63±2,33 vs 140,81±3,01 cm, tinggi pinggul 125,07±1,40 vs 114,77±1,29 cm. Pada kelompok umur lebih dari 4 tahun lingkar dada 172,85±4,12 vs 157,57±2,55 cm, tinggi pinggul 126,15±1,84 vs 118,54±1,53 cm. Data kinerja induk sapi silangan Limura lebih buruk dibandingkan sapi Madura yaitu interval kelahiran 15,90±0,47 vs 14,39±0,23 bulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan karakteristik eksterior dalam hal warna tubuh dan warna pantat. Hasil pengukuran vital tubuh pada sapi silangan Limura menunjukkan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan sapi Madura, akan tetapi sapi Madura memiliki kinerja reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan sapi silangan Limura. (Kata kunci: Karakteristik, Kinerja induk, Sapi silangan Limura, Sapi Madura) ABSTRACT The research was conducted to investigate the characteristic and performance of Limura grade and Madura cows. The research was conducted in Sumenep and Pamekasan Regencies East Java Province within the period of May until August 2008. The method being used was an interview method on the farmer as respondents, continued by observing the exterior characteristics and the cattle measurements. The data of exterior characteristic were analyzed by descriptive patterns. The data of vital measurements of the body were analyzed by independent sample ttest. The result showed that the general characteristics Limura crossbred cows had a dominant color of a reddish brown, with the buttock color was a reddish brown. The general characteristics Madura cows had a dominant color of a light red, with the buttock color was a white smear. The vital characteristics of Limura crossbred cows was higher than Madura cows, at the 2 to 4 years old group cows the result showed that girth of chest, height at hip of Limura crossbred cows were 1763±33 cm; 1207±40 cm. while those of Madura cows were 140.81±01 cm; 1177±29 cm. At older than 4 years old group cows the result showed that heart girth, height at hip of Limura crossbred cows were 1785±12 cm; 1215±84 cm. while those of Madura cows were 157.57±55 cm; 118.54±53 cm. The performance of Limura crossbred cows and Madura cows related to calving interval were 190±0.47 vs 139±0.23 months. The result showed that the general characteristics Limura crossbred cows and Madura cows had a different color at the dominant color of body and the buttock color, and Limura crossbred cows had a vital characteristics size higher than Madura cows, but the Madura s reproductive performance showed better than Limura crossbred cows. (Key words: Characteristics, Performance, Limura crossbred cows, Madura cows) Pendahuluan Sapi Madura sebagai sapi lokal Indonesia merupakan salah satu sumber daya genetik yang * Korespondensi (corresponding author): Telp. +62 817 264 429 Email: tety@ugm.ac.id ada di Indonesia. Sapi Madura mempunyai beberapa keunggulan yaitu memiliki kinerja reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan sapi dari Bos taurus, lebih tahan terhadap panas dan penyakit caplak. Menurut Huitema (1982), sapi lokal mempunyai kemampuan reproduktivitas lebih baik dibanding sapi persilangan. Ternak lokal lebih

Tety Hartatik et al. Karakteristik dan Kinerja Induk Sapi Silangan LimousinMadura dan Madura mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan kondisi manajemen pemeliharaan di Indonesia yang sebagian besar dipelihara di peternakan rakyat. Peternakan rakyat di pulau Madura menggunakan dua jenis bangsa sapi, sapi Madura dan sapi silangan Limura. Sapi silangan Limura sendiri baru masuk ke pulau Madura sekitar tahun 2000. Introduksi sapi Limousin masuk ke pulau Madura melalui inseminasi buatan (IB). Kabupaten Sumenep dan Pamekasan merupakan salah satu kawasan pengembangan sapi potong di Pulau Madura. Tercatat populasi ternak sapi potong di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2007 mencapai 97.822 ekor (Anonimus, 2007a), dan populasi ternak sapi potong di Kabupaten Sumenep pada tahun 2006 mencapai 228.920 (Anonimus, 2007b). Usaha peternakan sapi potong yang ada secara umum masih berupa usaha sampingan, karena mata pencaharian peternak sebagian besar merupakan petani. Sistem pemeliharaan sapi masih bersifat tradisional dengan menggunakan teknologi sederhana. Selama ini belum ada evaluasi tentang sapi silangan Limura, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan karakteristik dan kinerja induk Limura sebagai akibat penggunaan pejantan Limousin untuk IB pada sapi betina Madura. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk identifikasi sapi lokal sebagai upaya dalam melindungi plasma nutfah yang dimiliki Indonesia. Materi dan Metode Pengamatan karakteristik eksterior dan pengukuran data vital statistik dilakukan pada sapi betina hasil silangan pejantan Limousin dan induk Madura (yang dalam penelitian ini disebut sebagai sapi silangan Limura) dan sapi Madura betina sebagai pembanding lokal. Sebanyak 59 ekor sapi Madura diambil dari Kecamatan Rubaru dan Manding di wilayah Kabupaten Sumenep. Data sapi silangan Limura diambil dari Kecamatan Larangan di Kabupaten Pamekasan. Penentuan lokasi survei untuk pengumpulan data tersebut berdasarkan rekomendasi dari Dinas Peternakan setempat yang mengarahkan pada lokasi yang sesuai kebutuhan penelitian untuk mendapatkan sampel sesuai dengan jenis sapi yang akan diamati. Data kinerja reproduksi diperoleh melalui wawancara dengan peternak. Sebanyak 52 peternak dipilih sebagai responden yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Kriteria pemilihan responden adalah peternak yang memiliki sapi yang pernah melahirkan dua kali. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Mei 2008 sampai dengan Agustus 2008. Sifat kualitatif dari karakteristik eksterior yang diamati meliputi: 1) Warna tubuh, 2) Warna pantat, 3) Warna kaki, 4) Garis punggung, 5) Bentuk tanduk, 6) Warna moncong, dan 7) Tracak. Perekaman data dilakukan dengan mengamati intensitas warna atau bentuk dari kriteria karakteristik yang telah ditentukan tersebut pada setiap sampel. Sifat kuantitatif yang ditunjukkan pada ukuran vital statistik tubuh diukur menggunakan pita ukur merk FHK dengan angka ketelitian satu cm (digunakan untuk pengukuran lingkar dada, indeks kepala dan penaksiran berat badan) dan mistar ukur merk FHK dengan angka ketelitian 0,2 cm (dipergunakan untuk data vital statistik yang lain). Data ukuran vital statistik tubuh yang diambil meliputi: 1) Lingkar dada, 2) Tinggi gumba, 3) Panjang badan, 4) Tinggi pinggul, dan 5) Indeks kepala. Estimasi umur ternak diperoleh dengan cara wawancara kepada pemiliknya atau dengan melihat perkembangan gigi. Data kinerja induk sapi diperoleh dari wawancara terhadap responden. Data kinerja induk yang diambil meliputi: 1) Umur kawin pertama, 2) Service per conception (S/C), 3) Umur beranak pertama, 4) Interval kelahiran, 5) Post partum estrous (PPE), 6) Post partum mating (PPM), dan 7) Umur sapih. Data karakteristik eksterior dianalisis secara deskriptif dan dihitung presentasenya. Data ukuran vital tubuh diuji statistik dengan uji t menggunakan program SPSS for windows versi 1 Data kinerja induk dihitung ratarata dan standarderrornya. Hasil dan Pembahasan Karakteristik eksterior Perbedaan yang paling terlihat antara sapi silangan Limura dan sapi Madura dapat dilihat pada variasi warna tubuh, warna pantat, garis punggung, warna kaki, bentuk tanduk, dan warna tracak. Warna tubuh sapi silangan Limura sebagian besar berwarna merah bata (45%) dan merah gelap (35%), sedangkan sapi Madura adalah merah terang (38,98%) dan merah bata (33,9%). Pola warna pada sapi silangan Limura menunjukkan adanya pergeseran warna tubuh ke arah yang lebih gelap. Walaupun referensi Blakely dan Bade (1998) menjelaskan ciri bangsa sapi Limousin adalah berwarna kuning sampai merah keemasan, namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Madura warna tubuh sapi silangan Limura menunjukkan warna yang lebih gelap dibanding sapi Madura dan tidak ada garis punggung. Garis punggung hanya terlihat pada sapi Madura sedangkan pada sapi silangan Limura tidak terdapat garis punggung sama sekali. Garis

Buletin Peternakan Vol. 33(3): 143147, Oktober 2009 ISSN 01264400 Tabel Perbandingan karakteristik eksterior antara sapi silangan Limura dengan sapi Madura (exterior characteristic comparison between Limura crossbred and Madura cow) No. Variabel (variable) Limura (%) Madura (%) 7. Warna tubuh (body color) Merah terang (light red) Merah bata (reddish brown) Merah gelap (dark red) Warna pantat (croupe color) Warna kaki (leg color) Garis punggung (back line) Tipis (thin) Tidak ada (not present) Bentuk tanduk (horn shape) Melengkung ke atas (upper curved) Melengkung ke depan (forward curved) Kecil (small) Tidak ada (not present) Moncong (muzzle) Putih (white) Tracak (hoof) 20,00 45,00 35,00 95,00 5,00 87,50 12,50 100,00 37,50 10,00 35,00 17,50 85,00 15,00 55,00 42,50 2,50 38,98 33,90 27,12 8,47 91,53 50,85 49,15 16,95 5,08 77,97 69,49 13,56 6,78 10,17 96,61 3,39 100,00 punggung pada sapi Madura berwarna hitam dan memanjang dari pundak sampai ujung ekor. Perbedaan spesifik pada sapi silangan Limura dengan sapi Madura ditunjukkan pada warna tubuh, warna pantat, garis punggung, warna kaki dan tracak. Warna tracak pada sapi silangan Limura sangat bervariasi sedangkan pada sapi Madura 100% berwarna semir putih. Data perbandingan karakteristik antara sapi silangan Limura dengan sapi Madura dapat dilihat pada Tabel Ukuran vital statistik tubuh Pertumbuhan atau pertambahan ukuran tubuh dipengaruhi oleh umur, bangsa, genetik, jenis kelamin, manajemen pemeliharaan dan lingkungan (Soeparno, 1992). Berdasarkan penjelasan tersebut hasil pengukuran pada kedua bangsa sapi yang dipelihara di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan memperlihatkan bahwa sapi silangan Limura memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibadingkan pada sapi Madura (Tabel 2 dan 3). Pengukuran yang dilakukan terhadap 6 macam variabel yang digunakan untuk mengestimasi pertumbuhan pada sapi silangan Limura dan sapi Madura terdapat 3 variabel yang menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada kedua kelompok umur, yaitu estimasi berat badan, lingkar dada dan tinggi pinggul. Pada kedua kelompok umur ini, data panjang badan dan indeks kepala tidak menunjukkan adanya perbedaan, akan tetapi untuk variabel tinggi gumba pada kelompok umur yang pertama (24 tahun) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dan pada kelompok umur yang kedua (lebih dari 4 tahun) tidak ada perbedaan tinggi gumba pada sapi Madura dan sapi silangan Limura. Tinggi gumba sapi silangan Limura lebih tinggi dibandingkan tinggi gumba sapi Madura pada umur 24 tahun. Berat badan hasil taksiran menggunakan pita ukur FHK menunjukkan perbedaan yang nyata antara berat badan sapi silangan Limura dengan sapi Madura pada kedua kelompok umur. Berat badan sapi silangan Limura pada kedua kelompok umur mempunyai ratarata yang lebih tinggi dibanding berat badan sapi Madura. Kinerja induk Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kinerja reproduksi pada sapi silangan Limura dibandingkan kinerja reproduksi sapi Madura. Beberapa variabel yang dijadikan indikator kinerja

Tety Hartatik et al. Karakteristik dan Kinerja Induk Sapi Silangan LimousinMadura dan Madura Tabel Ratarata dan standard error ukuran vital statistik tubuh sapi silangan Limura dan sapi Madura betina umur 2 sampai dengan 4 tahun (mean and standard error of body measurement of Limura crossbred and Madura cow at 24 to year old) Berat badan (kg) (body weight (kg)) Lingkar dada (cm) (heart girth (cm)) Tinggi gumba (cm) (shoulder height (cm)) Panjang badan (cm) (body length (cm)) Tinggi pinggul (cm) (hip height (cm)) Indeks kepala (head index) 403,04±14,71 a 172,63±2,33 a 124,18±1,41 a 117,93±1,38 125,07±1,40 a 0,46±0,01 236,26±14,12 b 140,81±3,01 b 115,54±1,45 b 113,42±1,78 114,77±1,29 b 0,45±0,01 a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) (different superscripts at the same row indicate significant differences (P<0.05)). Tabel Ratarata dan standard error ukuran vital statistik tubuh sapi silangan Limura dan sapi Madura betina umur lebih dari 4 tahun (mean and standard error of body measurement of Limura crossbred and Madura cow more than 4 year old) Berat badan (kg) (body weight (kg)) Lingkar dada (cm) (heart girth (cm)) Tinggi gumba (cm) (shoulder height (cm)) Panjang badan (cm) (body length (cm)) Tinggi pinggul (cm) (hip height (cm)) Indeks kepala (head index) 406,61±28,82 a 172,85±4,12 a 126,00±1,89 123,46±1,92 126,15±1,84 a 0,45±0,01 316,82±14,31 b 157,57±2,55 b 121,68±2,33 118,86±2,02 118,54±1,53 b 0,45±0,00 a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) (different superscripts at the same row indicate significant differences (P<0.05)). Tabel Ratarata dan standard error kinerja reproduksi sapi silangan Limura dan sapi Madura di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan (mean and standard error of reproductive performance of Limura crossbred and Madura cow at Sumenep and Pamekasan Regencies) 7. Umur kawin pertama (bln) (first mating age (month)) S/C (service per conception) Beranak pertama (bln) (first calving age (month)) Interval kelahiran (bln) (calving interval (month)) PPE (bln) (post partum estrous (month)) PPM (bln) (post partum mating (month)) Umur menyapih (bln) (weaning age (month)) 23,52±0,97 1,72±0,12 33,96±0,92 15,90±0,47 3,88±0,14 5,20±0,45 4,84±1,99 19,85±0,81 1,48±0,09 29,96±0,81 14,39±0,23 3,44±0,17 3,85±0,19 4,81±2,25 reproduksi meliputi umur kawin pertama, S/C, umur beranak pertama, interval kelahiran, PPE, PPM dan umur sapih pada sapi silangan Limura menunjukkan hasil berturutturut sebesar 23,52±0,97; 1,72±0,12; 33,96±0,92; 15,90±0,47; 3,88±0,14; 5,20±0,45; dan 4,84±1,99 bulan. Waktu kawin pertama pada sapi dara yang baik pemeliharaannya dapat dilakukan pada birahi pertama yang muncul pada umur 14 sampai 16 bulan, sedangkan bagi sapi dara yang kurang baik pemeliharaannya, kawin pertama dapat dilakukan pada umur 2 sampai 3 tahun (Hardjopranjoto, 1995). Penundaan umur pertama kawin pada sapi silangan Limura kemungkinan disebabkan oleh minimnya pemenuhan kebutuhan pakan yang seharusnya disediakan untuk sapi keturunan Limousin. Sistem pemeliharaan di tingkat peternak hanya mengandalkan sumber pakan seadanya yang tersedia di daerah setempat. Kualitas pakan yang kurang bagus dan jumlah yang kurang dapat mengganggu proses reproduksi pada ternak. Sehingga selain penundaan umur kawin pertama, hal ini juga berakibat pada umur pertama beranak yang dipengaruhi oleh ketepatan deteksi estrus dan keberhasilan IB yang ditunjukkan oleh nilai S/C. Service per conception yang tinggi akan berakibat pada panjangnya interval kelahiran dibandingkan dengan kondisi yang normal. Service per conception induk sapi silangan Limura adalah 1,72±0,12 dan S/C sapi Madura adalah 1,48±0,09. Hasil ini menunjukkan S/C induk sapi Madura lebih baik daripada induk sapi silangan

Buletin Peternakan Vol. 33(3): 143147, Oktober 2009 ISSN 01264400 Limura. Hal ini disebabkan karena sapi silangan Limura memiliki darah Limousin yang merupakan sapi Bos taurus yang berasal dari daerah temperate, sehingga terjadi penurunan kinerja reproduksi akibat perbedaan iklim dan penyesuaian terhadap jenis pakan yang tersedia. Menurut Reksohadiprodjo (1984), bila ternak tipe temperate dipelihara di daerah tropis, ternak tersebut akan mengalami pengurangan aktivitas glandula thyroadrenal, dengan akibat menurunnya produksi energi basal dan ada pengaruh terhadap reproduksi. Tingginya nilai S/C pada sapi silangan Limura menyebabkan interval kelahiran sapi silangan Limura lebih lama dibandingkan sapi Madura, yaitu berturutturut sebesar 15,90±0,47 dan 14,39±0,23 bulan. Selain dipengaruhi S/C, interval kelahiran juga dipengaruhi oleh PPM dan PPE. Nilai PPM dan PPE sapi silangan Limura adalah 5,20±0,45 dan 3,88±0,14 bulan, sedangkan pada sapi Madura adalah 3,85±0,19 dan 3,44±0,17 bulan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan PPE lebih lama antara lain adalah umur menyapih. Pedet yang menyusu terlalu lama kepada induk akan memperpanjang kejadian anestrus, mencapai dua kali lebih besar dari sapi yang tidak menyusui pedet (Bearden dan Fuquay, 1997). Post partum mating dipengaruhi PPE dan ketepatan deteksi estrus yang diamati oleh peternak yang dapat menyebabkan penundaan dalam mengawinkan ternak. Menurut Hafez (1993), ternak dapat langsung dikawinkan pada saat PPE. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan karakteristik eksterior yang spesifik antara sapi silangan Limura dan sapi Madura, yaitu warna tubuh, garis punggung, warna pantat, warna kaki, warna moncong dan tracak. Ukuran vital tubuh pada sapi silangan Limura lebih besar dibandingkan dengan sapi Madura, akan tetapi induk sapi Madura memiliki kinerja reproduksi yang lebih bagus dibandingkan dengan sapi silangan Limura. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Ditjen Dikti yang telah mendukung sebagian dana penelitian ini melalui kegiatan Hibah Bersaing ke XVI Tahun 2008 melalui LPPM UGM. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rudi (inseminator Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan) yang selalu mendampingi dalam pengumpulan data selama proses penelitian. Daftar Pustaka Anonimus. 2007a. Data Populasi Ternak Tahun 2007. Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan. Anonimus. 2007b. Peternakan Dalam Data 2007. Kantor Peternakan Kabupaten Sumenep. Bearden, H. Joe and J.W. Fuquay. 1997. Applied Animal Reproduction. 4 th ed. PrenticeHall, Inc. USA. Blakely, J. dan D.H. Bade, 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hafez, E.S.E. 199 Reproduction in Farm Animals. 6 th ed. Lea and Febiger. Philadelphia. Hardjopranjoto. 199 Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya. Pp. 116119. Huitema, H. 198 Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya, Penelitian di Beberapa Daerah Indonesia. Yayasan Obor Indonesia dan PT Gramedia, Jakarta. Reksohadiprodjo, S. 198 Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta. Soeparno. 199 Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.