ANALISIS HAZARD IDENTIFICATION DAN RISK ASSESSMENT DI LINGKUNGAN KERJA KEGIATAN PENGECORAN LOGAM TRADISIONAL CEPER KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN LOGAM TRADISIONAL STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI BATUR KLATEN- JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BEHAVIORAL DETERMINANTS WORKERS IN THE USE OF PPE BASED ON HAZARD ASSESSMENT IN FOUNDRY COMPANY CEPER KLATEN

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, T.Y, 1999, Penyakit Paru Akibat Kerja, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Tabel 5.1 Nilai pada Tiap-tiap sub Kategori pada Tiap Kategori 79 Tabel 5.2 Perbandingan Dampak Kecelakaan dari Kategori Ringan dan Kategori Berat 87

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI AREA PRODUKSI AEROSOL PT. UNZA VITALIS SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS

KORELASI IKLIM KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK BATI-BATI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA GUDANG BAHAN JADI DI PT

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal), Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014 Online di

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

Transkripsi:

ANALISIS HAZARD IDENTIFICATION DAN RISK ASSESSMENT DI LINGKUNGAN KERJA KEGIATAN PENGECORAN LOGAM TRADISIONAL CEPER KLATEN Latifah Hanum Damanik Universitas Gadjah Mada Adi Heru Husodo Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Totok Gunawan Pramono Hadi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada tipahanum@gmail.com Abstrak Keberadaan tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan pengecoran dapur kupola yang melakukan kegiatan dari mulai persiapan pengadaan bahan baku sampai pada proses kegiatan pengecoran berlangsung pada dapur kupola merupakan kegiatan yang paling berisiko untuk terpapar partikel yang mengandung zat kimia. Untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kerja maka peran Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat penting. Melalui penelitian ini perencanaan SOP kegiatan persiapan bahan baku, pengisian dan pengoperasian dapur kupola berdasarkan hazard dalam lingkungan tempat kerja, dapat mengetahui bahaya kerja dan resiko kerja yang dilakukan, sehingga mampu memberikan solusi dalam mengatasi masalah kesehatan kerja yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu adanya usaha untuk menurunkan kadar pencemaran udara melalui konsep pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Kata Kunci : analisis, HIRA, lingkungan kerja Abstract The existence of people working in the kitchen cupola foundry activities are activities ranging from the preparation of procurement of raw materials to the casting process takes place in the kitchen activities cupola is an activity most at risk for exposure to particles containing chemical substances. To address the health problems caused by work, the role of the Standard Operating Procedure (SOP) is very important. Through this research planning SOP activity raw material preparation, filling and operation of the kitchen cupola based hazard in the workplace environment, be aware of occupational hazards and risks of the work done, so as to provide solutions to address the health problems of work related to the prevention of occupational accidents and diseases occupational. For that we need their efforts to reduce levels of air pollution through the concept of environmentally sound industrial development Keywords : HIRA, analysis, the workplace

Pendahuluan Industri mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang pembangunan yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Di Indonesia banyak industri-industri kecil dan menengah yang tumbuh diantaranya adalah industri logam. Industri-industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang logam cukup banyak jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini pada umumnya masih dikerjakan secara tradisional dengan keterbatasan kemampuan di bidang teknik pengecoran logam. Kondisi ini akan menyebabkan bahan pencemar logam yang antara lain dibuang ke udara sebagai hasil kegiatan industri keluar dari cerobong asap pabrik maupun udara yang dihirup langsung oleh para pekerja pengecoran logam itu sendiri. Peran industri sangat besar di dalam kontribusi terjadi pencemaran udara logam, seperti halnya di kawasan industri pengecoran logam yang ada di Desa Batur, Ceper, Klaten Industri pengecoran logam Ceper Klaten umumnya masih dikerjakan secara tradisional dengan keterbatasan kemampuan di bidang teknik pengecoran logam. Pencemaran debu logam yang dihasilkan dari kegiatan pengecoran logam yang ada ditandai dari proses peleburan logam dari kegiatan pencetakan menggunakan pasir. lebih banyak memberi kontibusi keberadaan pencemaran unsur zat kimia di dalam ruang pengecoran logam. Kegiatan pengecoran logam secara konvensional dengan menggunakan dapur kupola memiliki resiko tinggi di lingkungan tempat kerja yaitu resiko timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Assesment bahaya merupakan hasil penafsiran (penilaian) ancaman yang terdapat pada industri pengecoran logam selama proses produksi. Penafsiran tersebut terdapat bahaya seperti cairan logam panas, asap, debu, ledakan yang akan mengakibatkan penyakit. Pembahasan A. Rancangan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tenaga Kerja di Tempat Kerja Pada Dapur Kupola Keberadaan tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan pengecoran dapur kupola yang melakukan kegiatan dari mulai persiapan pengadaan bahan baku sampai pada proses kegiatan pengecoran berlangsung pada dapur kupola merupakan kegiatan yang paling berisiko untuk terpapar partikel yang mengandung zat kimia dan kecelakaan kerja dan upaya mengatasi masalah kesehatan akibat kerja maka peran Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat penting. Tujuan dari pembuatan SOP untuk dapat mengetahui bahaya kerja dan resiko kerja yang dilakukan, sehingga mampu memberikan solusi dalam mengatasi masalah kesehatan kerja yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Rancangan SOP pada kegiatan pengecoran logam dengan dapur kupola bertujuan meminimasikan dampak timbulnya penyakit akibat kerja 132

pada lingkungan tempat kerja dapur kupola, selain itu juga peran rancangan SOP bertujuan untuk menghindari adanya kecelakaan akibat kerja. Adapun rancangan SOP pengangkatan bahan baku dapur kupola dari truk ke dapur kupola. 1. Pengangkatan bahan baku dapur kupola dari truk ke dapur kupola: Langkah-langkah SOP-nya adalah: penyiapan penurunan bahan baku (kokas, batu gamping, besi bekas) dari truk ke lantai, pengambilan karung isi bahan baku dari truk, pengangkatan karung bahan baku ke tempat dapur kupola dengan meletakkan karung di bahu, meletakkan karung bahan baku ditempat penumpukan bahan baku dan menyusun karung bahan baku 2. Sumber-sumber bahaya dari kegiatan pengakatan bahan baku dapur kupola dari truk ke dapur kupola terdiri dari dua pertimbangan antara lain: pertimbangan terhadap bahaya fisik berikut: reganggan otot, objek terjatuh, saling menumbur, terpeleset/jatuh, tertumbur dan terhirup zat kimia dan pertimbangan faktor lain terhadap: kecederaan manusia, pencemaran lingkungan, kerusakan peralatan dan faktor manusia seperti: tidak sehat dan lelah. a. Sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja Mengidentifikasi sumber bahaya dari langkah ketiga: Pengangkatan karung bahan baku ke tempat dapur kupola dengan meletakkan karung di bahu. Adapun sumber bahaya di tempat kerja adalah: 1) Pengangkatan karung bahan baku dengan beban yang berat (besi bekas/baja bekas) menyebabkan terjadinya renggangan otot bahu. 2) Pengangkatan karung bahan baku dengan beban yang berat menyebabkan tenaga kerja tertimpah bahan baku pada bagian kaki dan kepala. 3) Pengangkatan karung bahan baku menyebabkan penyakit paruparu akibat terhirupnya debu yang berasal dari kokos, batu gamping dan besi bekas, baik dari serpihan dan bentuk utuh dari batu gamping, kokas maupun. b. Pengendalian resiko di tempat kerja Identifikasi dari langkah ketiga: pengangkatan karung bahan baku ke tempat dapur kupola dengan meletakkan karung di bahu. Adapun kegiatan pengendalian resiko di tempat kerja adalah: 1) Mengetahui terlebih dahulu seberapa berat beban yang akan diangkat. 2) Melakukan posisi yang pas pada saat pengkatan. 3) Memeriksa kondisi karung yang akan di angkat. 4) Membersihkan lantai tempat kerja dari kotoran dan basah. c. Pengendalian lingkungan tempat kerja 1) Menghilangkan (elimination) 133

Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan sumber bahaya adalah sebagai berikut: menghilangkan sumber bahaya kaki tersangkut/ terbentur (trip hazard) di atas lantai, membuang/ memusnahkan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi dan memperbaiki peralatan yang rusak. 2) Penggantian (subtitution) Proses pergantian yang dilakukan untuk menghilangkan bahaya adalah: mengganti peralatan pengangkutan bahan baku ke tempat pengisian bahan baku ke kupola dengan alat angkut manual handling dengan mechanical handling dan mengganti cara kerja manual handling dengan mechanical handling. 3) Rekayasa (engineering) Kegiatan rekayasa yang berupa penerapan teknologi maupun metode kerja guna menghilangkan bahaya di tempat kerja adalah: program desain ulang untuk mengurangi tingkat kebisingan, memasang/ mengatur ventilasi udara di daerah lingkungan dapur kupola dan memasang pagar pengaman mesin pada bagian-bagian mesin yang bergerak. 4) Administrasi (administrative) Kegiatan administrsi yang dilakukan terhadap tenaga kerja, tempat dan metode kerja dalam upaya pengendalian bahaya di tempat kerja adalah sebagai berikut: Pemeliharaan secara regular, mendesain ulang cara kerja dan penyediaan SOP, membatasi paparan pekerja terhadap bahaya dan pelatihan. 5) Personal Protective Equipmen Kegiatan pengecoran logam secara konvensional memberikan adanya ancaman bahaya seperti: suhu tinggi, radiasi sinar inframerah atau ultra violet, zat kimia dari tungku kupola dan debu pasir cetak, ledakan-ledakan kecil, lontaran bunga api penuangan, maka perlengkapan pelindung khusus yang diperlukan bagi pekerja industri pengecoran seperti pelindung pernapasan, pendengaran, pakaian pelindung serta pelindung untuk mata, wajah, kepala dan kaki. Adapun APD yang digunakan untuk kegiatan pengecoran logam di dapur kupola yang dimulai dari proteksi tenaga kerja yang melakukan kegiatan pengangkatan bahan baku dapur kupola dari truk ke dapur kupola dalam upaya mengatasi masalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri sebagai berikut: Pelindung kepala, pelindung mulut, pelindung kaki dan pelindung tangan. Adapun rancangan SOP tenaga kerja di dapur kupola adalah sebagai berikut. 134

Tabel 1. Rancangan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tenaga Kerja di Tempat Kerja Dapur Kupola No. Nama Kegiatan SOP Kegiatan Alat Pelindung Diri Yang Digunakan 1. Pengangkatan bahan baku dapur kupola dari truk ke dapur kupola 2. Pengisian bahan baku ke dapur kupola 1. Penyiapan penurunan bahan baku (kokas, batu gamping, besi bekas) dari truk ke lantai 2. Pengambilan karung isi bahan baku dari truk 3. Pengakatan karung bahan baku ke tempat dapur kupola dengan meletakkan karung di bahu 4. Meletakkan karung bahan baku ditempat penumpukan bahan baku 5. Menyusun karung bahan baku 1. Penyiapan peralatan timbang bahan baku 2. Penimbangan bahan baku 3. Pencatatan bahan baku 4. Pengaturan komposisi bahan baku 5. Peletakan bahan baku ke wadah angkut 6. Proses pengangkutan bahan baku ke tempat pengisian dapur kupola 1. Pelindung kepala 2. Pelindung mulut 3. Pelindung kaki 4. Pelindung tangan 1. Pelindung mulut 2. Pelindung kaki 3. Pelindung tangan 4. Pelindung diri badan 135

No. Nama Kegiatan SOP Kegiatan Alat Pelindung Diri Yang Digunakan 3. Proses peleburan dapur kupola 1. Menghidupkan dapur kupola 2. Pengaturan suhu dapur kupola 3. Penyiapan ladel 4. Menampung cairan logam ke ladel 5. Pengangkatan ladel ke cetakan 6. Penuangan cairan logam ke cetakan 1. Kaca mata 2. Pelindung kepala 3. Sarung tangan 4. Pakaian pelindung diri badan 5. Sepatu pelindung kaki Rancangan SOP untuk kegiatan tenaga kerja pada dapur kupola yang paling berisiko untuk terjadinya kecelakaan kerja dan kegiatan yang menimbulkan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, gambaran SOP kegiatannya untuk ketiga kegiatan yang paling beresiko bagi tenaga kerja untuk terpapar zat kimia dan resiko kerja dapat dilihat pada peta proses operasi di bawah ini. Peta Proses Operasi Nama Obyek : SOP Bahan Baku dan Dapur Kupola Nomor Peta : 02 Dipetakan oleh : Latifah Hanum Damanik Tanggal Dipetakan : 13 Januari 2015 136

Gambar 1. SOP Bahan Baku dan Operasi Dapur Kupola Pengk. BB dr Truck Pengisian Dapur Kupola Proses Dapur Kupola 0-1 0-2 Persiapan Peng karung isi BB dr Truck 0-6 0-7 Persiapan peralatan timbang BB Penimbangan 0-13 0-14 Set up mesin Pengaturan Suhu dapur kupola 1-1 0-3 0-4 1-1 Pemeriksaan Pengkt BB ke dapur kupola Meletakkan BB ke tempat penumpukan BB Pemeriksaan 0-8 Pencatatana BB 1-2 Pemeriksaan 0-9 0-10 Pengaturan Komposisi BB Peletakan ke wadah 1-4 Pemeriksaan 0-15 0-16 Penyiapan ladel Menampung Logam ke ladel 0-5 Penyusunan karung BB 1-3 0-11 0-12 Pemeriksaan Proses pengangkutan BB ke pengisian dapur kupola Pengisian BB 1-5 0-17 0-18 Pemeriksaan Pengangkatan Ladel ke cetakan Penuangan Cairan ke cetakan Rekapitulasi Simbol Jumlah 19 6 1 1-6 0-19 Pemeriksaan Pembongkaran cetakan Produk jadi Analisis Resiko Penyakit Akibat Kerja di Ruang Pengecoran Logam Industri pengecoran logam memiliki ciri-ciri antara lain: jumlah tenaga kerjanya terbatas, bisa dikatakan relatif sedikit, mesin yang digunakan sifatnya manual, variasi produknya bermacam-macam, pekerjaan proses produksi relatif berat, proses produksinya secara job shop. Melihat ciri-ciri dari industri pengecoran logam dengan jumlah tenaga kerja relatif sedikit, yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah berasal dari tenaga kerja yang bekerja di ruang pengecoran logam dengan menggunakan dapur kupola PT. Bonjor, jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Analisis mengenai kondisi kesehatan para tenaga kerja yang bekerja di PT. Bonjor Jaya di analisis dengan analisis jalur, analisis yang bertujuan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan masing-masing variabel terikat serta variabel lain yang turut dikontrol dengan variabel terikat, berdasarkan distribusi 137

sel-sel yang ada. Pada tahap selanjutnya dilihat apakah ada hubungan antara keluhan subjektif saluran pernapasan yang dirasakan tenaga kerja dengan gangguan ventilasi paru (berdasarkan nilai spirometer) dan keluhan penyakit kulit akibat kerja dengan uji statistik yang digunakan adalah analysis path dengan tingkat kemaknaan P<0,05. Untuk menghitung kemungkinan risiko, yaitu berapa kali peningkatan atau penurunan risiko pada populasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Variabel Terikat dan Variabel Bebas dalam Penelitian Variable Name X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Storag e Type double double double double double double double Display Format %10.0g %10.0g %10.0g %10.0g %10.0g %10.0g %10.0g Value Label X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Variabel Usia Masa kerja Kebiasaan merokok Status gizi Alat pelindung diri Penyakit kulit akibat kerja Penyakit paru akibat kerja Gambar 2. Analisis Resiko Penyakit Akibat Kerja di Ruang Pengecoran Logam Standardi zed Structural Y1 <- X1 X2 X3 X4 Coef..2937683.4026174.2974358 -.2968884 Tabel 3. Hasil Analisis Varian OIM Std. Err..1007445.0966743.0899877.0922504 z 2.92 4.16 3.31-3.70 P> Z [95% Conf. Interval] 4 0.09631 28.21313 94.4912238.5920955.4738084 -.1600951 138

X5 _cons -.2968884 1.463901.0907221.6362895-3.27 1.95 1 0 1 0.02 1.12106 32 -.521710 1 -.474700 4.21679 62 -.1190764 2.711005 Y1 <- X1 X2 X3 X4 X5 _cons.3880844.2845393.3596004 -.3201598 -.2967216 1.153938.0919862.0949773.0827298.0876787.085544.5919316 4.22 3.00 4.35-3.65-3.47 1.95 0 3 0 0 1 0.05 1.20779 47.09838 72.19745 3 -.492006 8 -.464384 7 -.006227.5683741.4706914.5217478 -.1483128 -.1290585 2.314102 var(e.y1) var(e.y2).262949.2334384.065504.0586083.16137 13.14271 35.4284663.3818382 Hasil analisis perhitungan dengan menggunakan metode analysis path didapat hasil keseluruhan bahwa variabel kontrol memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan ventilasi paru- paru dan keluhan kulit tenaga kerja yang bekerja bagian pengecoran, hal itu dinyatakan bahwa semua variabel kontrol mempunyai nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap 30 responden dengan bantuan alat spirometer, terdapat 23,33 % kondisi paru responden berada pada keadaan normal sebanyak 7 orang, sedangkan 56,67 % dalam kondisi sakit sebanyak 17 orang dan 20 % kondisi paru-parunya dalam keadaan sakitnya sudah akut (parah) sebanyak 6 orang dan hasil wawancara dan pemeriksaan langsung yang dilakukan oleh tim paramedis terhadap keluhan kulit yang dirasakan oleh para pekerja di ruang pengecoran terdapat 53,33% mengalami keluhan penyakit kulit 139

akibat kerja terdapat 16 orang dan yang tidak mengalami keluhan kulit 46,67 % sebanyak 14 orang. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analysis path disimpulkan bahwa terdapat dua variabel kontrol yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit akibat kerja akibat terpapar debu logam yang ada di dalam ruang pengecoran yaitu: 1. Status gizi terhadap resiko penurunan kesehatan Berdasarkan hasil pengukuran model kesehatan variabel status gizi dengan menggunakan analysis path di dapat semakin tinggi pula tingkat nilai pengaruhnya terhadap timbulnya resiko penyakit paru yang diderita para pekerja, begitu juga halnya dengan resiko terhadap penyakit kulit yang diderita tenaga kerja yang bekerja di ruang pengecoran logam. Gizi kerja merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, khususnya bagi masyarakat pekerja. Kesehatan itu sendiri menyangkut dua aspek, yaitu aspek kesejahteraan dan aspek pengembangan sumber daya manusia. Demikian pula dengan gizi, di satu pihak mempunyai aspek kesehatan dan dilain pihak mempunyai aspek mencerdaskan kehidupan bangsa serta menunjang produktivitas, oleh karena itu perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang amat penting dalam upaya menyehatkan, mencerdaskan serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja 1. 2. Alat pelindung diri terhadap resiko penurunan kesehatan Hasil pengukuran model kesehatan menunjukkan pengaruh variabel alat pelindung diri berdampak terhadap timbulnya dua penyakit akibat kerja (penyakit paru-paru dan penyakit kulit) yang terpapar debu logam. Berdasarkan hasil penelitian terhadap penggunaan alat pelindungan diri yang dipakai oleh para pekerja yang ada di ruang pengecoran logam terdapat di PT. Bonjor Jaya. Secara umum pengetahuan pekerja, sikap pekerja dan persepsi pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja, tentang bahaya yang ada di lingkungan kerja, serta alat pelindung diri yang diperlukan sangat baik hal ini terbukti dari jawaban yang mereka sampaikan, namun juga hanya sebatas pengetahuan saja karena tidak diterapkan selama bekerja, alat pelindung diri yang mereka gunakan hanya masker dan sarung tangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan di industri tersebut. Di PT. Bonjor Jaya tidak tersedia APD secara lengkap yang memenuhi standar, sebenarnya pernah disediakan APD secara lengkap namun karena pekerja tidak mau memakainya, maka sekarang tidak disediakan lagi. Tidak ada peraturan yang mewajibkan penggunaan APD, tidak ada sosialisai mengenai penggunaan APD, serta tidak ada tindakan 1 Anies, Penyakit Akibat Kerja, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005) 140

tegas dan pengawasan yang ketat, tidak adanya petunjuk kerja (SOP) untuk semua bagian hanya pada bagian peleburan saja. Hasil wawancara dengan responden kemudian dilakukan cross check (triangulasi) dengan pimpinan (manager) di perusahaan tersebut. Adapun hasil triangulasi tersebut menunjukkan bahwa memang benar para pekerja banyak yang tidak menggunakan APD walaupun pernah diberikan akan tetapi tidak dipakai dengan alasan tidak cocok atau tidak nyaman. Peraturan serta SOP saat ini memang belum ada namun sedang dipersiapkan karena akan menghadapi perdagangan bebas. Manager juga menyampaikan bahwa sebenarnya pernah memberikan peringatan untuk selalu memakai APD, namun karena pekerja merasa nyaman dengan kondisi yang sekarang ini maka manager menyerahkan kepada pekerja untuk selalu berhati-hati saja dalam bekerja. Dari manager juga menyampaikan memang kalau bekerja di pengecoran logam ini penuh dengan resiko dan kebanyakan tidak berusia panjang. 3. Keluhan terhadap suhu tinggi Kondisi lingkungan tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerjanya adalah terpaan panas atau paparan panas yang ekstrim. Karena paparan panas yang ekstrem telah menjadi permasalahan yang banyak terdapat di lingkungan industri dan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Lingkungan kerja dengan suhu yang tinggi dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja seperti heat cramps heat exhaustion heat stroke dan miliaria. Heat cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi, sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium (Na) dari tubuh dan sebagai akibat dari minum banyak air tapi tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps mengakibatkan kejang otot pada tubuh dan perut yang sakit. Disamping kejang tersebut terdapat pula gejala yang biasa terjadi pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan dan muntah. Heat exhaustion biasanya ditandai dengan penderita berkeringat banyak, suhu tubuh normal atau sub normal, tekanan darah menurun dan denyut nadi bergerak lebih cepat. Selain itu panas dapat menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh darah perifer, sehingga keseimbangan peredaran darah akan terganggu. 4. Keluhan penyakit kulit Berdasarkan uraian hasil analysis path yang ada dan disertai dengan pemeriksaan terhadap kesehatan tenaga kerja yang ada dibagian pengecoran terbukti terdapat beberapa tenaga kerja mengalami keluhan penyakit kulit di bagian tangan dan kaki akibat terpaparnya debu logam. Untuk lebih jelasnya lagi keluhan penyakit kulit yang diderita tenaga kerja dibagian pengecoran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. 141

Gambar 3. Tenaga Kerja yang Mengalami Keluhan Kulit Gambar 4. Kondisi Penyakit Kulit di Kaki Salah Satu Pekerja di Ruang Pengecoran Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan dalam proses identifikasi dan penilaian resiko kecelakaan kerja dan resiko penyakit akibat kerja di ruang pengecoran logam secara konvensional adalah dengan: Rancangan SOP untuk tenaga kerja yang melakukan kegiatan pengangkatan bahan baku dari truk, pengisian bahan baku ke dapur kupola dan proses pengoperasian dapur kupola adalah tenaga kerja yang paling beresiko terhadap timbulnya kecelakaan kerja di tempat kerja, selain itu terpapar zat kimia yang dapat menggangu kesehatan tenaga kerja. Pola rancangan SOP dari ketiga kegiatan dianalisis berdasarkan sumber bahaya yang ada dan upaya pengendalian resiko bahaya di tempat kerja memiliki resiko kecelakaan kerja di tempat kerja, namun pada SOP kegiatan pengisian bahan baku dan proses pembakaran di dapur kupola merupakan kegiatan yang mengandung hazard. Proses pembakaran yang ada di dapur memberikan dampak radiasi partikel silikon dan mangan. Dalam penelitian memberikan gambaran apabila SOP sudah ditentukan, dapat diketahui sumber-sumber bahaya kerja sehingga dapat 142

dilakukan upaya pengendalian lingkungan tempat kerja dengan cara menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan tingkat resiko kerja yang ada dan melakukan pengawasan terhadap lingkungan tempat kerja. Dengan demikian rancangan SOP ini dapat digunakan untuk menyelesaian masalah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja sehingga upaya pengendalian keselamatan kerja dapat terwujud di PT. Bonjor Jaya Klaten. Daftar Pustaka Anies, Penyakit Akibat Kerja, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005 Anonim, Kabupaten Klaten Dalam Angka Tahun 2006, Bapeda Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 2006 Arikunto, S.,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1991 Atmanto, I, S., 2011, Behavioral Determinats Workers The Use of Pipe Based on Hazard Assesment in Foundry Company Ceper Klaten, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke 2, 2011 Chaudhary, B. D., Singh, R. K., Biometrical Methods In Quantitative Genetic Analysis, New Delhi: Kalyani Publishers,, 1981 Damanik, H.L.,, Dampak Pencemaran Debu Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja Pada Bagian Produksi Pengecoran Logam Studi Kasus Di PT. Bonjor, Klaten, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005 Idris, I., 1988, Kupola dan Tungkik, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Idrus, M., Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, UII Press, Yogyakarta Kerlinger, F.N. 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioural Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007 Mantra, I.B., Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Pacco, E., The Cupola Standard Work Method Melting, MIDC Expert, Bandung Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor. Per 13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Jakarta, 1972 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 08/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Wajib Melaksanakan SMK3 Suma mur, P.K., Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983 Suma mur, Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi, Jakarta: Dharma Bakti Muara Agung, 1987 Suma mur, P.K., Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung Agung, 1980 Suria, T dan Chijiiwa. K., Teknik Pengecoran Logam, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2006 Sutomo, Adi Heru, Pengaruh Kualitas Fisik Pekerja, Kualitas Lingkungan Kerja, dan Kualitas Transportasi Terhadap Produktivitas Kerja. (Kajian Tentang Faktor di Dalam dan di Luar Pabrik yang Mempengaruhi Produktivitas 143

Kerja Pelinting Rokok di PT Gudang Garam, Kediri, Jawa Timur). Disertasi. Surabaya: Fakultas Pascasarjana UNAIR, Surabaya, 2001 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE 01 / MEN / 1997, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, Departemen Tenaga Kerja, Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Pusat HIPERKES dan Keselamatan Kerja, Proyek Pengembangan Hygiene dan Kesehatan Kerja Tahun Anggaran 1997/ 1998, Jakarta. Sutomo, Adi Heru, Pengaruh Kualitas Fisik Pekerja, Kualitas Lingkungan Kerja, dan Kualitas Transportasi Terhadap Produktivitas Kerja. (Kajian Tentang Faktor di Dalam dan di Luar Pabrik yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Pelinting Rokok di PT Gudang Garam, Kediri, Jawa Timur). Disertasi. Surabaya: Fakultas Pascasarjana UNAIR, Surabaya, 2001 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan Keselamatan Kerja Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 144