BAB I PENDAHULUAN. Suandy (2011:12). Hal ini dapat dilihat dalam proporsi penerimaan pajak terhadap. APBN dalam lima tahun sejak 2008 hingga 2012.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terkumpul mencapai Rp. 976 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar. 19% dari tahun sebelumnya (

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Sejarah Industri Tas dan Koper (Intako) di Tanggulangin

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN berasal dari pajak dan, realisasi penerimaan perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

ANALISIS PERBEDAAN PERLAKUAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN Dedi Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan negara yang diperoleh dari iuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makmur, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada tahun 2014, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp

BAB I PENDAHULUAN. Semakin baik perekonomian suatu negara, maka akan semakin maju negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemungutannya dikarenakan pemungutan pajak di dukung oleh Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berperan penting bagi negara (Gwartney dan Lawson, 2006). Peran penting

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BABl PENDAHULUAN. Kelangsungan suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

ABSTRAK. Kata-kata kunci: dimensi keadilan pajak, dan perilaku kepatuhan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu Negara. berkembang yang bertujuan untuk menjadi negara maju di masa yang akan

ABSTRACT. Keywords: Tax Fairness, Tax Compliance UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK PENGARUH DIMENSI KEADILAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 74,6% dari Rp1.822,5 penerimaan negara tahun 2016 ( Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang punggung penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Suandy (2011:12). Hal ini dapat dilihat dalam proporsi penerimaan pajak terhadap APBN dalam lima tahun sejak 2008 hingga 2012. Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Dalam APBN, (2008-2012) (dalam triliun rupiah ) Tahun Penerimaan Penerimaan Negara Pajak Bukan Pajak Total 2008 658,7 320,6 878,3 76% 2009 619,9 227,2 847,1 73% 2010 723,3 268,9 992,2 73% 2011 878,7 286,6 1.165,3 75% 2012 1.019,3 272,7 1.292 79% Sumber: www.pajak.go.id (data diolah) Presentase Pajak terhadap APBN Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan besarnya peranan pajak dalam penerimaan negara guna mencukupi sebagian besar dari pengeluaran negara. Hal ini secara otomatis menjadikan pajak sebagai fokus utama dari pemerintahan juga Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak sebagai instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan untuk terus meningkatkan penerimaan pajak. Dikarenakan pentingnya peranan pajak, maka pelaksanaan perpajakan harus berdasarkan undang-undang karena sifatnya yang dapat dipaksakan Suandy (2011:28). 1

2 Adapun jaminan atas undang-undang perpajakan akan dipatuhi oleh Wajib Pajak karena sifatnya yang dapat memaksa, adalah dengan berlakunya sanksi perpajakan sebagai alat pencegah agar Wajib pajak tidak melanggar peraturan pajak yag berlaku Mardiasmo (2011:57). Selain dengan diberlakukannya sanksi pajak, agar pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, menurut Mardiasmo (2011:2) pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat: (1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), adil dalam perundang-undangan dengan mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan, adil dalam pelaksanaannya dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan pajak, (2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undangundang (syarat yuridis), di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2, (3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis), pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan ekonomi, sebaliknya pemungutan pajak diharapkan bisa membantu menciptakan pemerataan pendapatan atau redistribusi pendapatan, (4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari pemungutannya, (5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana, hal ini akan mempermudah dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, syarat ini telah dipenuhi oleh peraturan perpajakan terbaru PP No 46 Tahun 2013, sebagaimana tercantum dalam penjelasan umum PP No 46 Tahun 2013 adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban

3 administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Dirjen Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Salah satu syarat pemungutan pajak yang dinyatakan oleh Mardiasmo (2011:2) bahwa untuk mencapai keadilan, maka undang-undang perpajakan yang berlaku harus adil. Menurut Suandy (2011:28), untuk mengukur undang-undang atau peraturan pajak tersebut telah mencerminkan rasa keadilan, maka ukurannya adalah terletak pada sejauh mana syarat-syarat pemungutan pajak diperkenalkan atau diimplementasikan melalui undang-undang kepada Wajib Pajak. Secara tidak langsung, jika undang-undang dibuat dengan unsur keadilan, maka Wajib Pajak akan merasakan keadilan dalam pemberlakuan pajak yang berlaku. Adapun dimensi keadilan yang digunakan dalam penelitian ini guna mengetahui persepsi Wajib Pajak atas keadilan pajak, dengan menggunakan 5 dimensi menurut Gerbing (1988) dalam Azmi dan Perumal (2008:12) yang mengukur keadilan pajak dari (1) keadilan umum (general fairness), (2) timbal balik yang diterima pemerintah (exchanges with government), (3) kepentingan pribadi (self interest), (4) ketentuan-ketentuan yang diberlakukan secara khusus (special provisions), dan (5) tarif pajak (tax rate). Mengetahui persepsi Wajib Pajak atas keadilan pajak yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak, akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak dan mengurangi biaya administrasi dari Dirjen Pajak Azmi dan Perumal (2008:2). Sedangkan kepatuhan pajak (tax compliance) sangat dibutuhkan untuk menopang penerimaan negara, karena kasadaran masyarakat yang tinggi dalam hal pajak akan mendorong semakin banyak masyarakat

4 memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Hal ini sesuai dengan pendapat James dan Nobes (1997:7) yang menyatakan bahwa no tax system can function effectively without the cooperation of the great majority of taxpayer, so the factors which affect compliance are importance. Tidak satupun sistem perpajakan dapat berfungsi dengan efektif tanpa peran serta sebagian besar wajib pajak, karena itu faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak sangatlah penting. Dengan demikian kepatuhan pajak adalah kunci dari keseluruhan sistem perpajakan, dan dengan tingkat kepatuhan pajak yang tinggi niscaya akan mendongkrak tingkat penerimaan pajak yang tinggi pula. Peneliti menjadikan wajib pajak pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, yang tergabung dalam Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) Tanggulangin sebagai subjek penelitian, karena pada saat ini, Industri sedang mengalami masa pemulihan perekonomian setelah bencana lumpur lapindo porong di tahun 2006 silam. Bencana lumpur lapindo tersebut sangat berdampak pada pertumbuhan Intako yang letaknya berdekatan dengan musibah alam lumpur lapindo porong. Tahun 2004, tercatat ada 450 showroom anggota koperasi Intako. Namun, setelah bencana lumpur, hanya menyisakan 150 showroom yang mampu bertahan. Omzet penjualan anggota Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) juga turun hingga 70 persen, dari rata rata Rp 1,3 miliar menjadi Rp 400 juta per bulan, saat itu ada sekitar 2.000 karyawan dirumahkan. Proses pemulihan perekonomian juga terbilang

5 lambat, dari 150 showroom kini baru berkembang hingga 170 showroom di bawah Intako yang membuka usaha kembali. Omzet juga beranjak naik rata-rata kisaran Rp 750 juta per bulan atau sekitar Rp 9 miliar setahun dari 170 showroom tersebut. Dengan nilai omzet tersebut, maka Industri tas dan koper (Intako) termasuk dalam subjek pajak yang dikenai oleh peraturan pemerintah terbaru nomor 46 tahun 2013. Banyak diantara para pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin yang mengaku kurang termotivasi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya karena merasa terbebani atas besaran pajak yang harus dibayarkan. Adapun yang patuh melaksanakan kewajiban pajakpun terdapat wajib pajak pelaku usaha yang tidak menyatakan dengan sebenar-benarnya guna mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan oleh pelaku usaha terkait. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa pengaruh dimensi keadilan pajak dan sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah dimensi keadilan pajak tentang keadilan umum (general fairness) berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 2. Apakah dimensi keadilan pajak tentang timbal balik pemerintah (exchange with the government) berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan

6 WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 3. Apakah dimensi keadilan pajak tentang ketentuan-ketentuan khusus (special provisions) berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 4. Apakah dimensi keadilan pajak tentang tarif pajak (tax rate) berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan WP Pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 5. Apakah dimensi keadilan pajak tentang kepentingan pribadi (self interest) berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan WP Pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 6. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan WP Pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo? 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh persepsi keadilan pajak tentang keadilan umum (general fairness) terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku

7 usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk menganalisis pengaruh tentang timbal balik pemerintah (exchange with the government) terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 3. Untuk menganalisis pengaruh tentang ketentuan-ketentuan khusus (special provisions) terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 4. Untuk menganalisis pengaruh tentang tarif pajak (tax rate) terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 5. Untuk menganalisis pengaruh tentang kepentingan pribadi (self interest) terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. 6. Untuk menganalisis pengaruh sanksi pajak terhadap perilaku kepatuhan WP pelaku usaha industri tas dan koper (Intako) di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

8 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan literatur penelitian mengenai perilaku kepatuhan Wajib Pajak yang dipengaruhi oleh dimensi keadilan pajak dan sanksi pajak. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas perpajakan di Indonesia. 3. Sebagai informasi yang bermanfaat dan menambah wawasan.