PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

dokumen-dokumen yang mirip
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Tipe Pemotongan Umbi

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (560) :

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN AIR KELAPA SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa Dan Pupuk Kandang Ayam

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (648);

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Medan Pada Tanah Terkena Debu Vulkanik dengan Pemberian Bahan Organik

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicuml.) MENGGUNAKAN MEDIA DAN BAHAN TANAM BERBEDA

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

JurnalAgroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.6.No.1, Januari 2018 (3): 14-19

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L.

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM DAN BERBAGAI TINGKAT PEMOTONGAN UMBI BIBIT

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG DIBERI PUPUKKANDANG AYAM DENGAN KERAPATAN TANAM BERBEDA

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

PENGARUH UKURAN FISIK DAN JUMLAH UMBI PER LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.

DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard.) TERHADAP KONSENTRASI PACLOBUTRAZOL DAN DOSIS PUPUK NPK

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl

SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ AGROEKOTEKNOLOGI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH:

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

EFFECT OF BULBS STORAGE TIME AND BALANCING DOSAGE OF FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOTS (Allium ascalonicum) 1)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URINE DOMBA ABSTRACT

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi dan Frekuensi Pembumbunan

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN

III. BAHAN DAN METODE

Produksi Biji Bawang Merah Samosir Aksesi Simanindo Terhadap Konsentrasi GA3 dan Lama Perendaman di Dataran Tinggi Samosir

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (35):

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH :

EFISIENSI PEMUPUKAN P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ANDISOL DAN ULTISOL SKRIPSI OLEH

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (578) :

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 2 SEPTEMBER 2015 ISSN

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi(Ipomoea batatas L.) jalar Terhadap Pemberian Paclobutrazol

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH(

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

Transkripsi:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM Growth and Yield of Shallot by Cutting Bulbs in Some Plant Spacing Wenny Deviana*, Meiriani, Sanggam Silitonga Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155 *Corresponding author : E-mail : masihdevianawenny@gmail.com ABSTRACT Generally, propagation of shallot used bulbs as planting material. Cutting bulbs is one way to decrease the use of planting material. Cutting bulbs cause decreasing of growth point per plant. By more small plant spacing can balance growth point decreased, so that it can reach optimal production. This research was conducted at Jl. Pasar I No. 89 Tanjung Sari, Medan in Mei-August 2013, using factorial randomized block design with two factor, i.e; cutting bulbs (no cutting bulbs, cutting 2 section, cutting 4 section) and plant spacing (10x15, 15x15 and 20x15 cm). Parameter observed were plant height, number of leaves per plant, number of tillers per plant and dry bulb weight per plot. The result of the research showed that no cutting bulbs significantly increased on plant height, number of leaves per plant, number of tillers per plant and dry bulb weight per plot which is higher than the other treatments. 10x15 cm plant spacing significantly increased on dry bulb weight per plot which is higher than the other treatments. Interaction between two factor not significantly effected on all parameter observed. Key words: cutting bulbs, plant spacing, shallot ABSTRAK Pada umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Salah satu cara untuk menghemat pemakaian bibit adalah dengan pembelahan umbi bibit. Pembelahan umbi bibit menyebabkan pengurangan jumlah mata tunas yang dihasilkan per tanaman. Dengan pengaturan jarak tanam yang semakin rapat diharapkan dapat mengimbangi kekurangan mata tunas tersebut sehingga produksi optimum dapat dicapai. Penelitian dilaksanakan di Jl. Pasar I No. 89 Tanjung Sari, Medan pada Mei-Agustus 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pembelahan umbi bibit (tanpa pembelahan, belah 2 bagian dan belah 4 bagian) dan jarak tanam (10x15, 15x15 dan 20x15 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, jumlah anakan per tanaman bobot kering umbi per plot. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tanpa pembelahan umbi menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per tanaman dan bobot kering umbi per plot yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Jarak tanam 10x15 cm menghasilkan bobot kering umbi per plot yang lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Interaksi antara dua faktor berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Kata kunci : pembelahan umbi bibit, jarak tanam, bawang merah 1113

PENDAHULUAN Bawang merah merupakan rempah multiguna yang populer di kalangan masyarakat. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari- hari dan penyedap berbagai masakan. Selain itu, masih banyak manfaat lain yang bisa didapat dari bawang merah, seperti untuk obat tradisional (Rahayu dan Berlian, 1999). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2011), luasan panen tanaman bawang merah di Indonesia tahun 2010 adalah 109.634 ha dengan produksi 1.048.934 ton. Di provinsi Sumatera Utara, produksi bawang merah pada tahun 2010 yaitu 9.431 ton yang mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 12.655 ton pada tahun 2009. Perkiraan kebutuhan bawang merah untuk tahun 2012-2013 di Indonesia berdasarkan data Ditjen BP Hortikultura (2005) adalah 1.060.820 ton sampai 1.105.122 ton. Umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Pembelahan umbi akan dapat menghemat dalam pemakaian bibit tanaman. Hasil penelitian Putrasemedja (1995) pembelahan umbi bibit bawang merah yang berasal dari satu umbi dibelah 2 dan 4 persentase pertumbuhannya masih tinggi, yakni 87,77% dan 68,90% dengan produksi masing-masing 632,30 gram dan 284,0 gram per plot dibanding tanpa pembelahan yaitu persentase pertumbuhan 100% dan produksi 1001,00 gram per plot. Populasi tanaman atau jarak tanam, merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan kerapatan tanam jagung persatuan luas sampai sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi jumlah tanaman yang terlalu banyak akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari, dan ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999). Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil produksi tanaman. Pada umumnya, produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan (Harjadi, 1979). Hasil penelitian Putrasemedja (1995) menunjukkan bahwa jumlah anakan yang dihasilkan per umbi dengan pembelahan umbi bibit bawang merah yang berasal dari satu umbi dibelah 2 dan 4, yakni 2,60 dan 2,26 lebih sedikit dibanding tanpa pembelahan (4,73). Untuk mengimbangi jumlah anakan yang dihasilkan per umbi dengan pembelahan umbi, maka jarak tanam yang digunakan lebih rapat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pembelahan umbi bibit pada beberapa jarak tanam. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di lahan penduduk Jl. Pasar I No. 89 Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai pada bulan Mei 2013 sampai dengan Agustus 2013. Bahan yang digunakan yaitu bibit bawang merah varietas Bima, pupuk NPK (15:15:15), fungisida berbahan aktif profinep, kompos dan air. Alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau/ cutter, pacak sampel, meteran, timbangan analitik, gembor, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pembelahan umbi bibit (tanpa pembelahan, belah 2 bagian dan belah 4 bagian) dan jarak tanam (10x15, 15x15 dan 20x15 cm). Data yang berpengaruh nyata setelah dianalisis maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, jumlah anakan per tanaman, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. 1114

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengolah tanah kemudian dibuat plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm, kemudian diberikan kompos sebanyak 1,5 kg/ plot. Pembelahan umbi bibit dilakukan dengan memilih umbi yang seragam, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dan sisa-sisa akar yang masih ada dibuang namun tidak melukai batang pokok rudimenter, ujung umbi dipotong sedikit untuk mempermudah keluarnya tunas, lalu dibelah sesuai dengan perlakuan. Umbi yang telah mendapat perlakuan kemudian direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif profineb selama 2 menit. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang ditentukan, kemudian umbi dimasukkan ke lubang tanam. Umbi ditutup ¾ bagian dengan menggunakan tanah halus. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 84 g/plot untuk jarak tanam 10x15 cm, 58,8 g/plot untuk jarak tanam 15x15 cm, dan 42 g/plot untuk jarak tanam 20x15 cm yang dilakukan 2 kali, setengah dosis diberikan pada saat penanaman dan setengah dosis sisanya diberikan ketika tanaman berumur 2 minggu yang dilakukan dengan cara ditaburkan pada larikan antar barisan tanaman sedalam 5 cm lalu alur pupuk ditutup lagi dengan tanah. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Panen dilakukan pada umur 66 hari (perlakuan tanpa pembelahan umbi bibit dan belah 2 bagian) dan 71 hari (pembelahan umbi 4 bagian) HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman terhadap tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST. Jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Tabel 1. Tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST (cm) pada perlakuan pembelahan umbi bibit dan jarak tanam P 0 (tanpa pembelahan) 34.96 36.37 35.78 35.70 a P 1 (belah 2 bagian) 35.30 36.40 31.91 34.54 b P 2 (belah 4 bagian) 24.80 25.14 24.12 24.68 c 31.68 32.64 30.60 31.64 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan pada perlakuan pembelahan umbi bibit, tanaman bawang merah umur 7 MST yang tertinggi umumnya diperoleh pada sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih perlakuan tanpa pembelahan (P 0 ) yaitu lambat bila dibanding tanpa pembelahan. Hal sebesar 35.70 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 1 dan P 2 ).Perlakuan terhadap tinggi tanaman dimana tanaman ini sejalan dengan penelitian Meyer, et al (1960) yang menyatakan bahwa pelukaan yang relatif banyak pada tanaman sehingga terjadi peningkatan respirasi, terutama dalam tertinggi terdapat pada perlakuan P 0 (tanpa meristem sekunder. Ini menyebabkan pembelahan) dan terendah pada perlakuan P 2 berkurangnya fotosintesis bersih, dan selain (belah 4 bagian). Hal ini dikarenakan pada itu banyak energi yang dipakai untuk umbi bibit yang dibelah, hasil fotosintat yang memulihkan kondisi tanaman yang akibatnya diperoleh terbagi untuk memulihkan luka 1115

mengakibatkan terganggunya proses fisiologis untuk pertumbuhan tanaman. Jumlah Daun terhadap jumlah daun tanaman bawang merah umur 7 MST. Jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Tabel 2. Jumlah daun tanaman bawang merah umur 2-7 MST pada perlakuan pembelahan umbi bibit dan jarak tanam P 0 (tanpa pembelahan) 23.30 26.03 27.10 25.48 a P 1 (belah 2 bagian) 16.90 15.77 15.93 16.20 b P 2 (belah 4 bagian) 11.03 10.53 10.03 10.53 c 17.08 17.44 17.69 17.40 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 2 menunjukkan jumlah daun tanaman bawang merah umur 7 MST pada perlakuan pembelahan umbi bibit terbanyak terdapat pada perlakuan P 0 (tanpa pembelahan) yaitu 25.48 helai yang berbeda nyata dengan P 1 dan P 2. Jumlah daun yang lebih sedikit pada perlakuan P 2 (belah 4 bagian) dikarenakan pada umbi bibit yang dibelah, cadangan makanan yang tersedia lebih sedikit sehingga pertumbuhan awal yang energinya berasal dari cadangan makanan sudah berubah. Karena pertumbuhan awal pada perlakuan belah 4 bagian sudah terlambat, maka pada minggu-minggu berikutnya, pertumbuhan tanaman dan pembentukan daun juga lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Widjajanto (2005) yang menyatakan bahwa cadangan makanan benih akan berpengaruh pada awal pertumbuhan tanaman, dengan cadangan makanan yang maksimal maka benih akan tumbuh lebih cepat karena energinya lebih banyak. Jumlah Anakan per Tanaman terhadap jumlah anakan per tanaman. Jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per tanaman. Tabel 3. Jumlah anakan per tanaman bawang merah pada perlakuan pembelahan umbi bibit dan jarak tanam P 0 (tanpa pembelahan) 5.33 5.93 5.73 5.67 a P 1 (belah 2 bagian) 3.27 3.07 3.43 3.26 b P 2 (belah 4 bagian) 2.57 2.30 2.77 2.54 c 3.72 3.77 3.98 3.82 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 3 menunjukkan pada perlakuan pembelahan umbi bibit, jumlah anakan per tanaman bawang merah terbanyak diperoleh pada perlakuan tanpa pembelahan (P 0 ) yaitu 5,57 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 1 dan P 2 ). Sedangkan pada perlakuan jarak tanam, jumlah anakan per tanaman bawang merah terbanyak cenderung diperoleh pada jarak tanam 20x15 cm (J 3 ) 1116

yaitu 3.98 yang berbeda tidak nyata dengan J 1 dan J 2. Perlakuan pembelahan umbi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan, perlakuan P 0 (kontrol) menghasilkan anakan tertinggi yakni 5.67 siung yang berbeda nyata dengan perlakuan P 1 (belah 2) dan P 2 (belah 4). Keadaan ini dikarenakan pada umbi yang dibelah, titik tumbuh (tunas lateral) yang dimiliki lebih sedikit dibanding tanpa pembelahan, sehingga anakan dan jumlah daun yang dihasilkan juga lebih sedikit. Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada bawang merah, terdapat tunas-tunas lateral sebanyak 1-10 tunas yang akan tumbuh membesar membentuk rumpun. Semakin sedikit tunas lateral, maka akan semakin sedikit terbentuknya rumpun. Bobot Kering Umbi per Plot pembelahan umbi bibit dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Interaksi pembelahan umbi bibit dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Tabel 4. Bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah (g) pada perlakuan pembelahan umbi bibit dan jarak tanam P 0 (tanpa pembelahan) 1068.11 1000.06 743.19 937.12 a P 1 (belah 2 bagian) 711.31 591.79 428.32 577.14 b P 2 (belah 4 bagian) 398.15 322.89 296.31 339.11 c 725.86 a 638.25 a 489.27 b 617.79 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 4 menunjukkan pada perlakuan pembelahan umbi bibit, bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah terberat diperoleh pada perlakuan tanpa pembelahan (P 0 ) yaitu 937.12 g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 1 dan P 2 ). Sedangkan pada perlakuan jarak tanam, bobot kering umbi per plot terberat diperoleh pada jarak tanam 10x15cm (J 1 ) yaitu 725.86 g yang berbeda tidak nyata dengan J 2 tetapi berbeda nyata dengan J 3. Pada parameter bobot kering per plot perlakuan P 0 (tanpa pembelahan) menghasilkan 937.12 g, P 1 (belah 2 bagian) menghasilkan 577.14 g dan P 2 (belah 4 bagian) menghasilkan 339.11 g, jika hasil ini dikonversi menjadi produksi per hektar maka masing-masing perlakuan berpotensi menghasilkan (9.4 ton/ha, 5.8 ton/ha dan 3,4 ton/ha). Meskipun perlakuan pembelahan menghasilkan produksi yang lebih rendah, namun jika dihubungkan dengan pemakaian umbi bibit yang mencapai 1.25 ton/ha (bila tanpa pembelahan) sedangkan apabila dilakukan pembelahan umbi, maka umbi yang dibutuhkan hanya 0.625 ton/ha (belah 2 bagian) dan 0.3125 ton/ha (belah 4 bagian) maka perlakuan pembelahan ini dianggap efisien. Hal ini sejalan dengan penelitian Putrasemedja a (1995) yang menyatakan bahwa pembelahan umbi bawang merah dapat menghemat dalam pemakaian bibit. Pada peubah amatan bobot kering per plot, dapat diketahui bahwa rataan tertinggi terdapat pada jarak tanam J1 (10x15 cm) dan terendah pada J3 (20x15 cm). Jarak tanam yang semakin rapat dapat meningkatkan produksi per plot dikarenakan populasi tanaman lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Heddy, dkk (1994) yang menyatakan kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas. 1117

SIMPULAN Perlakuan tanpa pembelahan umbi bibit menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per tanaman dan bobot kering umbi per plot, dan total luas daun, yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya (belah 2 bagian dan belah 4 bagian). Jarak tanam 10x15 cm menghasilkan bobot kering umbi per plot yang lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Interaksi perlakuan pembelahan umbi bibit dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Produksi Bawang Merah Sumatera Utara. Biro Statistik Sumatera Utara, Medan. Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Rahayu, E., dan N. Berlian VA. Bawang Merah. Penebar Swadaya, 1999. Widjajanto, D. D. 2005. Produksi Benih Perkebunan, Benih Sebagai Bahan Tanam. Heddy, S., W. H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Disertasi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Meyer, B. S., D. B. Anderson and R. H. Bohning. 1960. Introduction to Plant Physiology, D. Van Bostrand Comp., Canada. 35 p. Putrasemedja a, S. 1995. Pengaruh Berbagai Macam Pembelahan Bawang Merah Pada Musim Penghujan Pada Tempat Terbuka. Bul. Penel. Hort. XXVII No.3. b, S. 1995. Pengaruh Berbagai Macam Pembelahan Bawang Merah di Bawah Naungan Atap Plastik Terhadap Produksi. Bul. Penel. Hort. XXVII No.3. 1118