SKRIPSI / TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB II KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Dimas Hardjo Subowo NRP

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Persentasi Tugas Akhir

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Velg Mobil Berbahan Aluminium terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan TIG

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

ANALISA PENGARUH PERBEDAAN INTERPAS TEMPERATUR PENGELASAN GTAW ALUMINIUM 6061 MENGGUNAKAN FILLER ER4043 TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

Transkripsi:

SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN

LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak dipergunakan secara luas pada penyambungan logam. Teknologi pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam proses manufaktur, ruang lingkup penggunaan teknologi pengelasan meliputi rangka baja, perkapalan, jembatan, kereta api, pipa saluran dan lain sebagainya. Untuk itu pengelasan harus memperhatikan beberapa hal yang penting, diantaranya efisiensi pengelasan, penghematan tenaga, penghematan energi, dan tentunya dengan biaya yang murah. Didalam praktek pengelasan, perlu didukung teori-teori pengelasan seperti : perencanaan tentang cara-cara pengelasan, cara-cara pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.

PERMASALAHAN Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan yaitu: Apakah ada pengaruh jenis-jenis kampuh las terhadap kekuatan dari sambungan las pada logam st 37.

TUJUAN PENELITIAN Mengetahui pengaruh bentuk kampuh las terhadap kekuatan pelat baja St 37. Mengetahui sifat mekanik akibat pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas). Mengetahui stuktur mikro hasil pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas).

LANDASAN TEORI PENGELASAN Pengelasan (welding) adalah proses penyambungan dua buah logam atau lebih dengan menggunakan proses pemanasan setempat, sehingga terjadi ikatan metalurgi antara logam-logam yang disambung. Proses penyambungan logam dewasa ini banyak dipakai di industri untuk pekerjaan konstruksi, pembuatan mesin, peralatan pabrik, konstruksi perpipaan serta pekerjaan lain yang memerlukan sambungan. Dalam setiap proses pengejaan pengelasan harus memenuhi standar tertentu yaitu: ASME (American Society of Mechanical Engineers), API (American Petroleum Institute). Dalam hal ini pemilihan proses las, pemilihan logam pengisi (filler metal), perencanaan prosedur las, kualifikasi prosedur pengelasan, perancangan dan prosedur pabrikasi, serta sistem pengendalian mutu harus dilakukan mengikuti peraturan yang berlaku dalam standar.

JENIS PENGELASAN YANG SERING DILAKUKAN Proses Pengelasan Busur Logam Terbungkus (SMAW/Shielded Metal Arc Welding) Proses Pengelasan Busur Terendam (SAW/Submerged Arc Welding) Proses Pengelasan Busur Logam Gas (GMAW/Gas Metal Bow Welding) Proses Pengelasan Busur Berinti Fluks (FCAW/Flux Core Arc Welding) Proses Pengelasan Busur Tungsten Gas (GTAW/Gas Tungsten Arc Welding)

PENGELASAN TIG TIG (Tungsten Innert Gas) adalah suatu proses pengelasan busur listrik elektroda tidak terumpan, dengan menggunakan gas mulia sebagai pelindung terhadap pengaruh udara luar. Pada proses pengelasan TIG peleburan logam terjadi karena panas yang dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda dengan logam induk. Pada jenis ini logam pengisi dimasukan ke dalam daerah arus busur sehingga mencair dan terbawa ke logam induk. Las TIG dapat dilaksanakan secara manual atau secara otomatis dengan mengotomatisasikan cara pengumpanan logam pengisi. Penggunaan las TIG mempunyai keuntungan, yaitu kecepatan pengumpanan logam pengisi dapat diatur terlepas dari besarnya arus listrik sehingga penetrasi kedalam logam induk dapat diatur semaunya.

KAMPUH LAS Pada dasarnya pemilihan bentuk kampuh menuju kepada penurunan pemasukan panas dan penurunan logam las pada tingkat harga terendah dan tidak menurunkan mutu dari sambungan. Ada tiga aturan dalam pemilihan sambungan dan kampuh: Pemilihan sambungan yang memerlukan sedikit logam pengisi. Penggunaan akar kampuh yang minimum dengan sudut yang kecil agar dapat mengurangi jumlah logam pengisi. Pada pelat yang tebal menggunakan kampuh ganda untuk mengurangi logam pengisi.

JENIS-JENIS KAMPUH LAS Beberapa standar telah mengatur jenis-jenis sambungan, ada sembilan jenis alur sambungan (kampuh) las yang utama seperti pada gambar berikut :

PERCOBAAN DIAGRAM ALIR PENELITIAN Mulai Studi Literatur Pokok Permasalahan Pemilihan Material, Jenis Las dan kampuh las Pembuatan Sampel Uji Hasil Las Baik Ya Pembuatan Specimen Tidak Uji Komposisi Kimia Uji Tarik Uji Metalografi Analisa Kesimpulan Selesai

ALAT YANG DIGUNAKAN PESAWAT LAS ARUS BOLAK-BALIK (AC) ELEKTRODA

PROSES PENGELASAN BAJA ST 37 Mulai Studi Literatur Pemilihan Material, Jenis Las dan kampuh las Pembuatan Sampel Proses Las QC Ya Tidak Pembuatan Specimen Selesai

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

KOMPOSISI KIMIA BAJA ST 37 Paduan dasar dari tipe baja st 37 ini mengandung Cu = 0.042%, Mn = 0.730%, Cr = 0.031 dan Si = 0.192% serta karbon maksimum 0.076% C. Baja st 37 termasuk jenis baja bertipe baja karbon rendah karena unsur karbon yang terkandung hanya sedikit. Dengan terbentuknya fase-fase pada baja st 37 tersebut maka telah terjadi perubahan konstanta kisi pada sampel dasar. Perubahan konstanta kisi tersebut mengakibatkan terbentuknya sistem Kristal baru dari FCC (face central cubic) untuk baja St37 manjadi ortorombic untuk fase FeB dan tetragonal untuk fase Fe2B. Fasa yang terjadi pada baja st 37 adalah fasa austenitic dan fasa ferritik. Sehingga pada material ini lebih keras dan ulet dikarenakan kandungan mangan dalam baja st 37 ini lebih mendominasi unsur-unsur nya. Elemen Kimia % Carbon 0.076 Silicon 0.192 Mangan 0.730 Posfor < 0.003** Sulfur < 0.003** Chromium 0.031 Molybdenum < 0.005** Nikel < 0.005** Aluminium 0.019 Cuprum 0.042 Niobium < 0.002** Titanium < 0.002** Vanadium < 0.002** Ferro balance

HASIL UJI METALOGRAFY BAJA ST 37 Logam Induk Bentuk Kampuh V HAZ Lasan STRUKTUR MAKRO HASIL LASAN PADA KAMPUH BENTUK V TUNGGAL MgSi Karbon (C) STRUKTUR MIKRO BASE METAL PADA KAMPUH BENTUK V TUNGGAL

Carbon St 37 STRUKTUR MIKRO HAZ PADA KAMPUH BENTUK V TUNGGAL Acicular Ferrite Grain Boundary Ferrite Widmanstaten Ferrite STRUKTUR MIKRO LASAN PADA KAMPUH BENTUK V TUNGGAL

Logam Induk Bentuk Kampuh U HAZ Lasan STRUKTUR MAKRO HASIL LASAN PADA KAMPUH BENTUK U TUNGGAL MgSi Karbon (C) STRUKTUR MIKRO BASE METAL PADA KAMPUH BENTUK U TUNGGAL

Karbon (C) MgSi STRUKTUR MIKRO HAZ PADA KAMPUH BENTUK U TUNGGAL Acicular Ferrite Grain Boundary Ferrite Widmanstaten Ferrite STRUKTUR MIKRO LASAN PADA KAMPUH BENTUK U TUNGGAL

HASIL PENGUJIAN TARIK TABEL HASIL PENGUJIAN KAMPUH V TUNGGAL No Specification Simbol Unit Material Uji 1 Material Uji 2 Material Uji 3 Rata-rata 1 Sectional Area A 0 mm 2 110 110 110 110 2 Tensile Stress σ T kgf/mm 2 52,57 50 49,54 50,70 3 Yield Point σ Y kgf 4163,79 4500 4161,81 4275,11 4 Yield stress τ kgf/mm 2 37,85 40,90 37,83 38,86 5 Elongation ε % 15% 20% 10% 15%

Gambar diatas merupakan data pengujian tarik yield stress material 1, material 2 dan material 3 pada specimen uji yang telah dilakukan proses pengelasan terlebih dahulu. Terlihat pada material uji 2 memiliki nilai yield stress lebih tinggi dibandingkan dengan material uji 1 dan material uji 3, sedangkan untuk material uji 3 nilai yield stress nya lebih rendah karena material uji ini titik putus pada daerah lasan.

YIELD STRESS (kgf/mm 2 ) TABEL HASIL PENGUJIAN KAMPUH U TUNGGAL No Specification Simbol Unit Material Uji 1 Material Uji 2 Material Uji 3 Ratarata 1 Sectional Area A0 mm 2 110,00 110,00 110,00 110,00 2 Tensile Stress σ T kgf/mm 2 56,81 52,27 54,09 54,39 3 Yield Point σ Y kgf 4394,53 4412,9 4308,62 4372.02 4 Yield stress τ kgf/mm 2 39,95 40,11 39,16 39,74 5 Elongation ε % 20,00% 20,00% 12,00% 17.33% YIELD STRESS HASIL UJI TARIK PADA KAMPUH U TUNGGAL 40,2 40 39,8 39,6 39,4 39,2 Material Uji 1 Material Uji 2 Material Uji 3 39 38,8 38,6 SPECIMEN

Gambar diatas merupakan data pengujian tarik material 1, material 2 dan material 3 pada specimen uji yang telah dilakukan proses pengelasan terlebih dahulu. Terlihat pada material uji 2 memiliki nilai yield stress lebih tinggi dibandingkan dengan material uji 1 dan material uji 3. Untuk material uji 3 yield stress nya lebih rendah karena material uji ini titik putusnya terletak pada daerah lasan.

YIELD STRESS (kgf/mm 2 ) ANALISA HASIL TARIK BENTUK KAMPUH V TUNGGAL DENGAN U TUNGGAL ANALISA HASIL TARIK DARI PERBEDAAN BENTUK KAMPUH 40 39,8 39,6 39,4 39,2 Rata-Rata Yield Stress 39 38,8 38,6 38,4 Kampuh V Tunggal SPECIMEN Kampuh U Tunggal

Gambar diatas terlihat grafik analisa hasil uji tarik dari perbedaan bentuk kampuh v tunggal dengan u tunggal. Gambar diatas menjelaskan bahwa specimen dari kampuh u tunggal memiliki nilai yield stress yang hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan specimen pada kampuh v tunggal. Rata-rata nilai perbedaan dari kedua kampuh adalah : pada kampuh v tunggal memiliki nilai yield stress 38,86 kgf/mm 2, sedangkan pada kampuh u tunggal memiliki nilai yield stress 39,74 kgf/mm 2. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa specimen dari kampuh u tunggal lebih kuat dibandingkan dengan specimen pada kampuh v tunggal.

KESIMPULAN Komposisi pada material baja st 37 memiliki komposisi Mg sebesar 0,730%, Si sebesar 0,192% dan C sebesar 0,076. Hasil uji metalografi pada kampuh v tunggal dan kampuh u tunggal lebih mendominan pada struktur MgSi dibandingkan dengan karbonnya, pada daerah lasannya acicular ferrite mimiliki daerah struktur yang lebih banyak dikarena kan struktur bahan ini merupakan baja tipe ferritik. Hasil uji tarik pada specimen kampuh v tunggal memiliki nilai rata-rata hasil sebagai berikut : tensile stress (50,70 kgf/mm 2 ), yield point (4275,11 kgf), yield stress (38,85 kgf/mm 2 ) dan elongation (15 %). Hasil uji tarik pada specimen kampuh u tunggal memiliki nilai rata-rata hasil sebagai berikut : tensile stress (54,39 kgf/mm 2 ), yield point (4372,02 kgf), yield stress (39,74 kgf/mm 2 ) dan elongation (17,33 %). Setelah dilakukan uji tarik maka perbedaan pada kekuatan hasil lasnya bahwa kampuh u tunggal lebih kuat dibandingkan dengan kampuh v tunggal dengan perbedaan nilai rata-rata yield stress pada kampuh v tunggal adalah 38,85 kgf/mm 2 sedangkan pada kampuh u tunggal adalah 39,74 kgf/mm 2.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH