PERINSIP DASAR PP. No 53/2010.

dokumen-dokumen yang mirip
Pelanggaran Disiplin adalah setiap perbutan, ucapan, tulisan yang melanggar Kewajiban dan atau Larangan bagi PNS.

DASAR HUKUM Pasal 86 ayat (1) s.d. (3) Undang-Undang No. 5 Ta T hun 2014 w jib mem e a m tuhi dis di ipli pl n PNS

PP 53 TAHUN 2010 OLEH SUWANTA, SH. Oleh : BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

Keterangan PENDAHULUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Eselon. Eselon III, Muda, Penyelia, Pelaksana Lajutan, V, Pelaksana, III/c III/d) 2. Eselon. Pelaksana Pemula, II/a II/b. Eselon Pelaksana Lanjutan,

PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PNS

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM B. PENJELASAN 1. Maksud 2. Tujuan 1. Kewajiban,

PENERAPAN DISIPLIN PNS

POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PNS

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PELANGGARAN DAN TINGKAT HUKUMAN DISIPLIN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KETENTUAN PELAKSANAAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PENYUSUNAN BUKU PANDUAN PENGAWASAN MELEKAT (WASKAT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 20 TAHUN TAHUN 2008 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN APARATUR

KANTOR REGIONAL II BKN SURABAYA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DEWAN DIREKSI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4/2012 TENTANG

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN DISIPLIN PNS. Penulis: 1. Drs. Harun Arsyad, SH, MH 2. Bambang Hari Samasto, SH

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PP NO 53 / 2010)

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

TATA CARA PENGADUAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS

2012, No

MATRIK PERATURAN PEMERINTAH NO.53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Arsip Nasional Republik Indonesia

5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun 1950;

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,

Pembinaan Jiwa KORPS Kode Etik dan Kode Perilaku ASN Badan POM. Jakarta, 19 Juli 2017 Aula Gedung C, Badan POM

PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN PENERAPAN DISIPLIN PNS DAN UPAYA BANDING ADMINISTRASI

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PEMBINAAN APARATUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEPEGAWAIAN

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 07/E/2010 TENTANG

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Agus Praptana, S.Sos., M.AP. Kasudit KP-SPT Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan. Badan Kepegawaian Negara

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SOSIALISASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

Disampaikan oleh : Endang Susilowati, SH. Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Badan Pusat Statistik

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TAHUN 2013 TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

5. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya,

Transkripsi:

TEHNIS PROSEDUR DAN TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN (PP. 53/2010) SEKRETARIAT BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN PERINSIP DASAR PP. No 53/2010. 1 Yang bertanggung jawab terhadap disiplin PNS adalah Atasan Langsung masing masing. 2 Pelanggaran disiplin PNS Bukan Delik Aduan, olehkarena itu setiap atasan langsung mengetahuai / mendapat informasi tentang dugaan pelanggaran disiplin yang dilakukan bawahannya, maka atasan langsung tersebut wajib menindak lanjuti.( Psl. 23 ayat(1). 1

3 Atasan langsung yang telah mengetahui pelanggaran disiplin yang dilakukan bawahannya, tetapi tidak memanggil, memeriksa, menghukum atau tidak melaporkan kepada atasannya, maka atasan langsung tersebut juga dijatuhi hukuman disiplin yang jenisnya sama dengan hukuman disiplinyang i seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang melakukan pelanggaran.( Psl. 21). 4 Pelanggaran disiplin = Seluruh tindakan/ perbuatan yang bersifat negatip, karena bertentangan dgn peraturan per UU an yang berlaku bagi masyarakat, maupun yang berlaku bagi PNS, baik itu yang berkaitan dengan kedinasan maupun yang tidak berkaitan dengan kedinasan, shg termasuk melanggar kewajiban dan atau larangan ( Psl. 3 dan atau 5). Kewajiban (17 poin) 1. Mengucapkan sumpah / janji PNS; 2. Mengucapkan sumpah / janji j jabatan; 3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,UUD 45, NKRI dan Pemerintah; 4. Menaati segala ketentuan Peraturan Per UU; 5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab; 6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah dan martabat PNS; 7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan atau golongan; 2

8. Memegang rahasia jabatan; 9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat utk kepentingan negara; 10. Melaporkan kpd atasan apabila mengetahui ada hal yg dapat membahayakan/merugikan negara, atau Pemerintah terutama dibidang keamanan, keuangan dan materiil; 11. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja; 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan; 13. Menggunakan dan memelihara barang barang milik negara dengan sebaik baiknya; 14. Memberikan pelayanan sebaik baiknya kepada masyarakat; 15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas; 16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkankarier. g a a e 17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Larangan (15 poin) 1. Menyalahgunakan wewenang; 2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau org lain dgn menggunakan kewenangan org lain; 3. Tanpa ii izin Pemerintah menjadi jdi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan atau lembaga atau organisasi internasional; 4. Bekerja pada perusahaan atau LSM asing; 5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 6. Melakukan k kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan / org lain di dlm maupun di luar lingkungan kerjanya utk keuntungan pribadi, golongan / pihak lain yg merugikan negara; 7. Memberi/menyanggupi akan memberi sesuatu kpd siapapun baik secara langsung/tdk utk diangkat dlm jabatan; 3

8. Menerima hadiah/suatu pemberian apa saja dari siapapun yg berhubungan dgn jabatan dan / pekerjaannya; 9. Bertindak sewenang wenang thdp bawahannya; 10. Melakukan suatu tindakan / tdk yg dpt menghalangi / mempersulit salah satu pihak yg dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yg dilayani; 11. Menghalangi jalannya tugas kedinasan; 12. Memberikan dukungan kpd capres/cawapres dengan cara : ikutserta sbgpelaksana kampanye menjadi peserta kampanye dgn menggunakan atribut partai /atribut PNS sbg peserta kampanye dgn mengerahkan PNS lain dan /atau sbg peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas negara 13. Memberikan dukungan kpd capres /cawapres dgn cara: membuat keputusan dan/ tindakan yg menguntungkan/merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye dan/atau mengadakan kegiatan yg mengarah kpd keberpihakan terhadap pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum,selama, & sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan himbauan, seruan /pemberian barang kpd PNS dlm lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, & masyarakat; 14.Memberikan dukungan kpd calon anggota DPD/calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dgncara memberikansurat dukungan disertai fotocopy KTP/Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan peruu dan/atau; 15. Memberikan dukungan kpd cakada/ cawakada dgn cara: a.terlibat dlm kegiatan kampanye utk mendukung cakada /cawakada; kd b.menggunakan fasilitas yg terkait dgn jabatan dlm kegiatan kampanye; c. membuat keputusan dan/tindakan yg menguntungkan/merugikan salah pasangan calon selama masa kampanye d.mengadakan kegiatan yg mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, & sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan atau pemberian barang kpd PNS dlm lingkungan unit kerjanya, angotakeluarga & masyarakat. 4

Tingkat dan Jenis Huk Dis. 1. Ringan a. lisan. b. tertulis c. Tdk puas 2. Sedang a. tunda kgb b. tunda kp c. tp 1 tahun 3. Berat a. tp 3 tahun b. turun jab c. bebas jab d. pdh e. ptdh PROTAP PEMANGGILAN, PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN I. Pemanggilan Setiap PNS bawahan diketahui diduga melakukan pelanggaran disiplin Atasan langsung memperkaya informasi / mencari bukti yang diperlukan dari orang yang dianggap mengetahui/ pemberi informasi (Psl. 26) 5

1. Atasan langsung melakukan pemanggilan secara tertulis (Psl. 23 ayat 1 ). 2. Jarak antara tanggal pembuatan srt panggilan dgn tanggal disuruh menghadap untuk diperiksaik minimal i l7 harikerja.( Pl23 Psl. ayat 2) 1. Apabila PNS tersebut hadir pada tanggal yang ditentukan pada srt panggilan tersebut, maka dilakukan pemeriksaan, tetapiapabila p tdk hadir maka dilakukan pemanggilan ke dua ( Psl. 23 ayat 3). 2. Pemanggilan ke dua dibuat selambat lambatnya 7 hari setelah tanggal seharusnya ybs hadir pada panggilan pertama (Psl. 23 ayat 3) 1. Jarak antara tanggal pembuatan srt panggilan ke 2 dengan tanggal disuruh menghadap untuk diperiksa tetap minimal 7 hari kerja. 2. Apabila PNS tsb hadir pada tanggal yang ditetntukan pada srt panggilan ke 2, maka dilakukan pemeriksaan. 3. Apabila tidak hadir, maka seluruh pelanggaran disiplin yang diduga dilakukannya dianggap diakui, dan dapat dijadikan bahan pertimbangan menentukan jenis hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya ( Psl. 23 ayat 4). 6

II. Pemeriksaan 1. Wujud Pemeriksaan dituangkan dalam BAP. 2. Format BAP dibuat dalam bentuk Pertanyaan dan Jawaban. 3. Utarakan bahwa kejujuran ybs merupakan pertimbangan menentukan hukuman 4. Utarakan bahwa pengakuan dlm BAP hanya salahsatubukti Materi BAP ; 1. Kesehatan ybs (hanya jawaban orang sehat yang dapat dipertanggung jawabkan). 2. Kebenaran dugaan pelanggaran disiplinyang i dilakukannya k ( jangan beritahukan tentang bukti bukti atau informasi tambahan yang telah sdr peroleh atau orang yang mengetahui perbuatan ybs, kecuali ybs tdk mengaku atau untuk menggali yang sebenarnya). 3. Pertanyaan berikutnya sebaiknya bersumber dari jawaban ybs atas pertanyaan sebelumnya. 4. Dalam hal ybs tdk mengaku, utarakanlah satu demi satu bukti / informasi yang ada pada saudara sesuai dengan substansi pertanyaan saudara. 5. Jika belum mengaku juga, utarakanlah bukti/ informasiberikutnya berikutnya, demikianseterusnya sampai ybs mengaku. 6. Jika telah mengaku, tanyakanlah faktor faktor yang mendorong ybs melakukan perbuatan tersebut. 7. Tanyakan juga tetang akibat/ dampak perbuatannya terhadap ybs, kantor, pemerintah ( untuk mengetahui tingkat kesadaran dan kesengajaan ybs dalam melakukan perbuatan tsb) 8. Tanyakan juga tentang kebenaran jawabannya, keterpaksaan ybs dalam menjawab ( utk menghindari pencabutan keterangan kemudian). 7

NB. 1. BAP harus ditanda tangani pemeriksa dan yang diperiksa, jika ybs tdk bersedia menandatangani, buat catatan pada kolom tanda tangan ybs bahwa dia tdk bersedia menanda tangani, dengan demikian BAP sah. (Psl. 28 ayat 1, 2) 2. Serahkan satu set BAP kepada ybs, bila tdk bersedia menerima, buat catatan pada kolom tanda tangan ybs bahwa ybs tdk bersedia menerima copi BAP tersebut, dengan demikian dianggap telah diterima. ( Psl. 28 ayat 3) LHP. ( bila kewenangan menjatuhkan jenis hukuman disiplin ada pd atasan yg lebih tinggi atau pejabat lain.) 1.Setelah pemeriksaan atau setelah ybs tdk hadir untuk diperiksa, disusun LHP yang memuat intisari dari pemeriksaan ybs, yang terkait, bukti bukti, informasi yang diperoleh pemeriksa. 2. LHP juga memuat analisa antara perbuatan ybs dengan peraturan yang terkait. 3. LHP juga memuat Kesimpulan dan Saran. 8

III. PERTIMBANGAN DLM MENENTUKAN JENIS HUKAUMAN YANG AKAN DIJATUHKAN 1. Latar belakang perbuatannya : Terpaksa dilakukan atau tidak. Disengaja atau tidak. Direncanakan atau tidak. Ada atau tidak keuantungan ybs / orang lain atas perbuatan tsb. 2. Berat / ringannya dan banyaknya pelanggaran : Pernah dilakukan PNS atau tidak. Bertentangan atau tidak dengan program pemerintah. Melanggar prinsip-pronsip kenegaraan atau tidak. Resistensi tinggi atau tidak terhadap PNS lain atau masyarakat. 3. Akibat pelanggaran : Ada dampak negatif terhadap unit kerja / Instansi / Pemerintah. Menurunkan citra negatif PNS pada unit kerja / Instansi/ Pemerintah. Menghalangi pelaksanaan tugas unit kerja / Instansi / Pemerintah. 4. Dampak jenis hukuman terhadap ybs. Apakah jenis tersebut akan memberikan efek jera atau tidak terhadap ybs. Cepat atau tidak dampaknya kepada ybs. Hukuman tersebut mempengaruhi psikologis ybs atau tidak. 5. Kesesuaian dengan peraturan Apakah telah ditetapkan limitatip dalam peraturan atau tidak.( mis : Kawen/ Cerai, TMK) 6. Kejujuran / Penyesalan ybs. Apakah mempersulit atau tidak. Apakah ada kemungkinan akan mengulangi perbuatannya atau tidak. Apakah perbuatan tersebut telah pernah dilakukan sebelumnya atau tidak. Kondite ybs sebelum pelanggaran tersebut. 9

N o PJBW yg Menghukum IV. Pejabat yg Berwenang Menghukum di Pusat (Psl. 16) Jenis Kepegawaian PJB yg Dihukum Jenis Hukuman 1 Presiden Semua Eselon I Pasal 7 ayat (4) huruf b, c, d, e. 2 PPK Pusat (MENTRI/ KA. LEMB) PNS Instansi 1. Eselon I, (3), (4) huruf a 2. Jenjang Utama, (3), (4) 3. IV/d IV/e, (3), (4) huruf a, d, e. 4. Eselon II, Madya/ Penyelia Pasal 7 ayat (3), (4) 5. Eselon II yg bertanggung jawab langsung kpd PPK, (3), (4) 6. IV/a IV/c Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a,d,e 7. Eselon III, Muda/ Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) 8. III/d ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) huruf a, d, e. PNS DPK ke dalam 1. Eselon I 2. Fungsional Jenjang Utama, (4) huruf b, c 3. IV/d IV/e 4. Eselon II ke bawah, Madya, Pasal 7 ayat (4) huruf b, c. Penyelia ke bawah PNS DPB ke dalam 1. Eselon I, (3), (4) huruf a 2. Jenjang Utama, (3), (4) huruf a, b, c. 3. IV/d IV/e, (3), (4) huruf a 4. Eselon II, Madya Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a,b,c 5. IV/a IV/c Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a 6. Eselon III ke bawah, Muda/ Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) huruf a, b, c 7. III/d ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) huruf a 10

PNS DPK Keluar 1. Eselon I Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a 2. Eselon II ke bawah, Jenjang Utama ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e 3. IV/e ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e PNS DPB keluar Eselon II ke bawah, Jenjang Utama ke bawah, IV/e ke bawah Pasal 7 ayat (4) huruf d, e PNS DPK/DPB ke Perwakilan RI Semua Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e PNS DPK/DPB ke Negara Lain Semua, (3), (4) huruf a, d, e 3 Eselon I PNS Instansi 1. Eselon II, Jenjang Madya, IV/a IV/c 2. Eselon III, Muda/Penyelia, III/b III/d PNS DPB/DPK Kedalam Eselon II, Jenjang Madya, IV/a IV/c PNS DPB kedalam Eselon III, Muda/Penyelia III/b III/d 4 Eselon II PNS Instansi 1. Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d 2. Eselon IV, Pratama/ PNS DPB/DPK ke dalam Eselon III, Muda/Penyelia, III/c III/d PNS DPB ke dalam Eselon IV, Pertama, Pelaksana Lajutan, 5 Eselon II yg atasan langsungnya PPK/ Eselon I non PPK. (Kanwil) PNS Instansi 1. Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d 2. Eselon IV Kebawah, Pertama/ Pelaksana lanjutan III/d ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf a, b, c. PNS DPB/DPK ke dalam Eselon III, Muda/Penyelia, III/c III/d PNS DPB ke dalam Eselon IV, Pertama/ Pelaksana lanjutan, 11

6 Eselon III PNS Instansi 1. Eselon IV, Pertama, 2. Eselon V, Pelaksana/ Pelaksana Pemula II/a II/b PNS DPB/DPK ke dalam Eselon IV, Pertama, PNS DPB ke dalam Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula II/a III/b 7 Eselon IV PNS Instansi 1. Eselon V, Pelaksana/ Pelaksana Pemula II/a II/b 2. I/a I/d PNS DPB/DPK ke dalam Eselon V, Pelaksana/ Pelaksana Pemula, II/a II/b PNS DPB ke dalam I/a I/d 8 Eselon V PNS Instansi I/a I/d PNS DPK/DPB ke dalam I/a I/d 12

N o PJBW yg Menghukum V. Pejabat yg Berwenang Menghukum di Propinsi (Psl. 18,19) Jenis Kepegawaian PJB yg Dihukum Jenis Hukuman 1 Presiden Semua Eselon I Pasal 7 ayat (4) huruf b,c,d,e. 2 PPK Propinsi PNS Propinsi 1. Eselon I, (3), (4), huruf a (GUBERNUR) 2. Fungsional Jenjang Utama 3. Fungsional Umum, IV/d IV/e, (3), (4), (3), (4) huruf a, d, e. 4. Eselon II, Madya, Penyelia Pasal 7 ayat (3), (4) 5. Fungsional Umum, IV/a IV/e Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e 6. Eselon III ke bawah, Muda, Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) Penyelia ke bawah 7. Fungsional Umum, III/d kebawah Pasal 7 ayat (3)huruf c, (4) huruf a, d, e. PNS DPK ke dalam 1. Eselon I 2. Fungsional Jenjang Utama, (4) huruf b, c 3. Fungsional Umum IV/d IV/e 4. Eselon II kebawah, Madya, Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (4) huruf b, c. PNS DPB ke dalam 1. Eselon I, (3), (4), huruf a 2. Fungsional Jenjang Utama 3. Fungsional Umum IV/d IV/e, (3), (4) huruf a, b, c., (3), (4) huruf a 4. Eselon II, Madya Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, b, c 5. Fungsional Umum IV/a IV/c 6. Eselon III ke bawah, Muda, Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) huruf a, b, c 7. Fungsional Umum III/d ke bawah Pasal 7 ayat (3) huruf c, (4) huruf a 13

PNS DPK Keluar 1. Eselon I Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a 2. Eselon II ke bawah, Utama ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e 3. Fungsional Umum IV/e ke bawah PNS DPB keluar Eselon II ke bawah, Utama ke bawah, IV/e ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e Pasal 7 ayat (4) huruf d, e 3 Eselon I (Sekda) PNS Propinsi di lingkungannya 1. Eselon II, Madya, IV/a IV/c 2. Eselon III, Madya, Penyelia, III/b III/d PNS DPB/DPK Kedalam Eselon II, Madya, IV/a IV/c PNS DPB kedalam Eselon III, Madya, Penyelia III/b III/d 4 Eselon II PNS Propinsi 1. Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d 2. Eselon IV, Pratama, PNS DPB/DPK ke dalam Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d) PNS DPB ke dalam Eselon IV, Pratama, Pelaksana Lajutan, 5 Eselon III PNS Propinsi 1. Eselon IV, Pratama, 2. Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b PNS DPB/DPK ke dalam Eselon IV, Pratama, PNS DPB ke dalam Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b 6 Eselon IV PNS Propinsi 1. Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b 2. Fungsional Umum, I/a I/d 14

PNS DPB/DPK ke dalam Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b PNS DPB ke dalam Fungsional Umum I/a I/d 7 Eselon V PNS Propinsi Fungsional Umum I/a I/d PNS DPB/DPK Fungsional Umum I/a I/d 8 Gubernur PNS Kab/Kota, PNS Kab/Kota DPB/DPK ke Kab/Kota Lain dlm propinsi Sekda Kab/Kota Pasal 7 ayat (4), huruf b, c, d, e. PNS Kab/Kota dari Propinsi Lain DPB/DPK ke Kab/Kota di Propinsinya Sekda Kab/Kota Pasal 7 ayat (4), huruf b, c. VI. Pejabat yg Berwenang Menghukum di Kab/Kota (Psl. 20) No PJBW yg Menghukum Jenis Kepegawaian PJB yg Dihukum Jenis Hukuman 1 PPK Kab/Kota PNS Kab/Kota 1. Sekda, (3), (4), huruf a (BUPATI/ WALIKOTA) 2. Fungsional Jenjang Utama 3. Fungsional Umum, IV/d IV/e 4. Eselon II, Madya, Penyelia, (3), (4), (3), (4), huruf a, d, e, (3), (4) 5. Fungsional Umum, IV/a IV/c Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e 6. Eselon III ke bawah, Fungsional Muda, Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) 7. Fungsional Umum III/d ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e. 15

PNS DPK ke dalam 1. Sekda 2. Fungsional Jenjang Utama 3. Fungsional Umum, IV/d IV/e 4. Eselon II Kebawah, Madya, Penyelia ke bawah, (4) huruf b, c, (4) huruf b, c. PNS DPB ke dalam 1. Sekda, (3), (4), huruf a 2. Fungsional Jenjang Utama 3. Fungsional Umum IV/d IV/e, (3), (4) huruf a, b, c., (3), (4) huruf a. 4. Eselon II, Madya, (3), (4) huruf a, b, c 5. Eselon III ke bawah, Muda, Penyelia ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, b, c. 6. Fungsional Umum III/c III/d Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a. PNS DPK ke luar 1. Eselon II ke bawah, Jenjang Utama ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e. 2. Fungsional Umum IV/e ke bawah Pasal 7 ayat (3), (4) huruf a, d, e. PNS DPB ke luar Eselon II ke bawah, Utama ke bawah, IV/e ke bawah Pasal 7 ayat (4) huruf d, e. 2 (Sekda) PNS Kab/Kota 1. Eselon II, Madya, IV/a IV/c 2. Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d 3. Eselon IV, Pratama, II/c III/b PNS DPB/DPK ke dalam Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d PNS DPB ke dalam Eselon IV, Pratama, 16

3 Eselon II PNS Kab/Kota 1. Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d 2. Eselon IV, Pratama, PNS DPB/DPK ke dalam Eselon III, Muda, Penyelia, III/c III/d PNS DPB ke dalam Eselon IV, Pratama, 4 Eselon III PNS Kab/Kota 1. Eselon IV, Pratama, 2. Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b PNS DPB/DPK ke dalam Eselon IV, Pratama, Pelaksana Lajutan, II/c III/b PNS DPB ke dalam Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a-II/b 5 Eselon IV PNS Kab/Kota 1. Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b 2. Fungsional Umum, I/a I/d PNS DPB/DPK ke dalam Eselon V, Pelaksana, Pelaksana Pemula, II/a II/b PNS DPB ke dalam Fungsional Umum I/a I/d 6 Eselon V PNS Kab/Kota Fungsional Umum I/a I/d PNS DPB/DPK ke dalam Fungsional Umum I/a I/d 17

VII. Pejabat yang berwenang menghukum. 1. Apabila menurut pertimbangan atasan langsung bahwa hukuman yang setimpal untuk bawahannya tersebut masih kewenangannya untuk menjatuhkan, maka atasan langsung tersebut membuat, menandatangani dan menyerahkan SK hukuman disiplin tsb kepada bawahannya (Psl. 24 ayat 3 hurup a). 2. Apabila menurut pertimbangan atasan langsung hukuman yang setimpal dengan pelanggaran bawahannya telah menjadi kewenangan atasan yang lebih tinggi iuntuk menjatuhkan, maka atasan langsung tersebut membuat laporan dan dilampiri BAP, LHP serta disampaikan secara khirarhis (Psl. 24 ayat 3 hurup b). 3. Laporan atasan langsung tersebut memuat dasardasar pertimbangan dan saran. 4. Apabila menurut pertimbangan pejabat yang menerima laporan bahwa saran atasan langsung dapat disetujui, makapejabat tersebut menjatuhkan hukuman disiplin, tetapi apabila menurut pertimbanganya BAP,LHP yang ada belum memadai, dapat dibentuk Tim pemeriksa (Psl. 25). 5. Apabila menurut pejabat yang menerima laporan bahwa hukuman yang setimpal untuk pelanggaran tersebut adalah hukuman yang lebih berat lagi, dan kewenangan menjatuhkannya berada pada pejabat yang lebih tinggi lagi, maka pejabat tersebut membuat laporan lagi. 18

VIII. Penyerahan SK Hukuman Disiplin 1. Pada perinsipnya, SK hukuman disiplin diserahkan langsung kepada yang dihukum (Psl. 31 ayat 2). 2. SK hukuman disiplin diserahkan kepada ybs dalam tempo 14 hari setelah ditetapkan (Psl. 31 ayat 3). 3. Dalam hal PNS yang dihukum tidak berada di kantor atau tidak bersedia hadir untuk menerima SK hukuman disiplin, maka dibuat surat panggilan secara tertulis (Psl. 31 ayat 4). 4. Apabila ybs tidak hadir pada tanggal yang ditentukan dalam surat panggilan, maka SK dikirim ke alamat domisili ybs terakhir dilaporkan di kantor, dgn demikian dianggap telah diterima (Psl. 31 ayat 4). 5. PNS yg dijatuhi hukuman disiplin pemberhentian, sejak menerima SK atau dianggap telah diterima, tidak dapat bekerja dan tidak dapat dibayarkan gajinya lagi, kecualibagi yang mengajukan banding dan mengajukan gj permohonan izin untuk dapat tetap bekerja selama banding serta mendapat izin dari PPK. 19

20

IX. Keberatan/ Banding. Keberatan. => Diajukan dan disampaikan kepada atasan pejabat yang menghukum dlm tempo 14 hari, dan tembusan kpd pejabat yang menghukum. => Pejabat yang menerima keberatan hrs mengambil keputusan dlm tempo 21 hari kerja sejak menerima keberatan. (Psl. 35,36,37) Banding. => Diajukan dan disampaikan kpd BAPEK dlm tempo 14 hari, dan tembusan kpd PPK. => Banding memuat alasan sanggahan dan dilampiri bukti. (Psl. 38), (PP. 24/2011). 21