Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Kata kunci : padi, ketahanan, hawar daun bakteri, xanthomonas oryzae, pertumbuhan

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145

KETAHANAN DUA PULUH SATU VARIETAS PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

Perlakuan Agens Hayati untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri dan Meningkatkan Produksi Benih Padi Sehat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

Fitria Yuliani, Giyanto*, Kikin Hamzah Mutaqin Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

Efektivitas Frekuensi dan Volume Penyemprotan Daun dengan Agens Hayati Filosfer dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Padi

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas

Rizka Zahara 1, Marlina 1, Abduh Ulim 1. Darussalam Banda Aceh *

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae dari Tanaman Padi di Sulawesi Selatan

Jurnal Hexagro. Vol. 2. No. 1 Februari 2018 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE IV DENGAN BAKTERI Paenibacillus polymyxa DAN Pseudomonas fluorescens PADA TANAMAN PADI.

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

Ketahanan Galur Isogenik IRBBN dan Galur Harapan Padi terhadap Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Dominan pada Tanaman Padi di Indonesia

Pengaruh Perlakuan pada Benih Padi yang Terinfeksi Xanthomonas oryzae pv. oryzae terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Padi di Lapang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

PERLAKUAN AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN HAWAR DAUN BAKTERI, MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH PADI AHMAD ZAMZAMI

KIRANA NUGRAHAYU LIZANSARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Komposisi dan Dominasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi dengan Pola Tanam Tidak Serempak

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BIBIT TANAMAN Acacia crassicarpa

Uji Tanaman Padi Hasil Persilangan Varietas Lokal dengan IRBB-27 terhadap Pertumbuhan dan Ketahanan Hawar Daun Bakteri

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

Kata kunci: matriconditioning, rizobakteri, viabilitas, vigor, Xanthomonas oryzae pv.oryzae,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

Karakterisasi Sifat Morfologi dan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

Integrasi Teknik Invigorasi Benih dengan Rizobakteri untuk Pengendalian Penyakit dan Peningkatan Hasil Tomat

KETAHANAN BEBERAPA GALUR DAN VARIETAS PADI (Oryza Sativa L.) TERHADAP SERANGAN VIRUS TUNGRO

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

P A S P A L U M V O L I V N o. 1 M a r e t

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988)

Transkripsi:

ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 119 125 DOI: 10.14692/jfi.10.4.119 Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan Development of Bacterial Leaf Blight Disease Inoculated on Three Varieties of Paddy Rice at Various Growth Stage Andi Khaeruni*, Muhammad Taufik, Teguh Wijayanto, Eko Aprianto Johan Universitas Halu Oleo, Kendari 91232 ABSTRAK Hawar daun bakteri merupakan penyakit penting pada tanaman padi dengan tingkat kerusakan yang dapat mencapai 50%. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi yang diinokulasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada fase pertumbuhan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan padi varietas IR64 yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae saat fase persemaian memperlihatkan periode inkubasi tercepat dan keparahan penyakit tertinggi, yaitu 4.25 hari setelah inokulasi dan 90%, sedangkan keparahan penyakit terendah sebesar < 40% terdapat pada varietas Cisantana yang diinokulasi saat fase generatif. Jumlah malai tertinggi diperoleh pada tanaman tanpa inokulasi yaitu rata-rata 10 malai per rumpun. Fase pertumbuhan dan varietas padi berpengaruh terhadap perkembangan penyakit hawar daun bakteri, semakin muda fase pertumbuhan tanaman saat terinfeksi maka semakin cepat perkembangan penyakitnya. Varietas IR64 sangat rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Kata kunci: fase generatif, fase vegetatif, Xanthomonas oryzae pv. oryzae. ABSTRACT Bacterial leaf blight is an important disease of rice plant and could damage up to 50%. This study aimed to evaluate development of the bacterial leaf blight disease on three rice varieties which inoculated at various growth stage. The results of this study showed that IR64 variety which inoculated at seedling stage has shortest incubation period as well as disease severity i.e. 4.25 day after inoculation and 90%, respectively, while Cisantana variety which inoculated at generative stage showed the lowest of disease severity (< 40%). The highest number of panicles obtained on without inoculation treatment i.e an average of 10 panicles. Therefore growth stage and rice variety influenced to bacterial leaf blight disease development, the younger the plant infected, the faster the progression of the bacterial leaf disease. IR64 variety is highly susceptible to bacterial leaf blight disease. Key words: generative stage, vegetative stage, Xanthomonas oryzae pv. oryzae *Alamat penulis korespondensi: Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Tridharma, Jalan HEA Mohodompit Anduonohu, Kendari 93232 Tel: 0401-3193596, Faks: 0401-3193596, Surel: akhaeruni@yahoo.com 119

PENDAHULUAN Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan produksi padi di Sulawesi Tenggara. Rahim et al. (2012) meneliti reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap patotipe X. oryzae pv. oryzae dari Sulawesi Tenggara serta melaporkan bahwa padi varietas Cisantana dan Inpari 10 memiliki reaksi ketahanan yang lebih baik dibanding dengan varietas komersial uji lainnya dengan keparahan penyakit kedua varietas tersebut berturut-turut 31% dan 37%, sedangkan pada varietas lainnya di atas 50%. Berbagai upaya pengendalian penyakit HDB telah banyak dilakukan, namun pengendaliannya belum memberikan hasil yang memuaskan karena patogen penyebab penyakit HDB di Sulawesi Tenggara mempunyai tingkat keragaman patotipe yang tinggi. Faktor lingkungan, varietas padi yang digunakan, dan tingkat mutabilitas gen yang tinggi merupakan penyebabnya (Nayak et al. 2008; Jabeen et al. 2012). X. oryzae pv. oryzae dapat menginfeksi tanaman padi dari pesemaian sampai siap panen (Akhtar et al. 2011; Wahyudin et al. 2011; Jabeen et al. 2012) dan juga merupakan patogen terbawa benih (Agustiansyah et al. 2013). Selain itu informasi mengenai penyakit HDB yang menginfeksi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman padi komersial belum banyak dilaporkan sehingga evaluasi perkembangan penyakit HDB pada berbagai waktu dan fase pertumbuhan tanaman padi perlu diteliti. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di dalam rumah kasa menggunakan padi varietas Cisantana, Inpari 10 dan IR64. Bakteri penyebab HDB X. oryzae pv. oryzae patotipe IV merupakan koleksi Laboratorium IHPT, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo. Inokulasi X. oryzae pv. oryzae dilakukan pada empat tahap perkembangan tanaman sesuai perlakuan, yaitu inokulasi pada benih melalui perendaman benih ke dalam suspensi X. oryzae pv. oryzae selama 24 jam, inokulasi pada daun bibit tanaman padi saat berumur 21 hari setelah semai, inokulasi pada daun ketika tanaman berumur 35 hari setelah semai (fase vegetatif), dan inokulasi pada daun ketika tanaman berumur 70 hari setelah semai (fase generatif). Inokulasi pada daun dilakukan dengan memotong ujung daun pada 5 lembar daun setiap rumpun dengan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X. oryzae pv. oryzae (kerapatan 10 8 cfu ml -1 ). Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan pola faktorial yang terdiri atas 2 faktor, yaitu waktu inokulasi dan varietas padi. Waktu inokulasi (W) terdiri atas 5 taraf, yaitu W0, tanpa inokulasi; W1, inokulasi pada fase benih; W2, inokulasi pada fase pesemaian 21 hari setelah semai; W3, inokulasi pada fase vegetatif 2 MST; dan W4, inokulasi pada awal fase generatif 7 MST. Faktor kedua adalah varietas padi (V) yang terdiri atas padi varietas: V1, Cisantana ; V2, Inpari 10; dan V3, IR64 sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 4 kali sebagai kelompok dan setiap satu unit perlaukan ada dua pot sehingga total percobaan ada 120 pot. Peubah yang diamati ialah periode inkubasi, keparahan penyakit, dan jumlah malai. Periode inkubasi penyakit adalah lamanya waktu (hari) yang diperlukan untuk timbulnya gejala awal penyakit HDB setelah diinokulasi X. oryzae pv. oryzae. Tingkat keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus: IP = n (n i v i ) 100%, dengan i=0 (Z N) IP, intensitas keparahan penyakit (%), n i, jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan; v i, nilai skala kerusakan contoh ke-i; N, jumlah tanaman sampel; Z, nilai skala kerusakan tertinggi. Skor setiap varietas yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae patotipe IV didasarkan pada kriteria gejala penyakit HDB (Tabel 1). Jumlah malai tanaman padi dihitung pada akhir fase generatif, yaitu pada pada 14 minggu setelah tanam (MST). 120

Data hasil pengamatan periode inkubasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan keparahan penyakit dan jumlah malai padi menggunakan analysis of variance dan dapat dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf α 5%. HASIL Periode Inkubasi Periode inkubasi penyakit HDB yang tercepat terdapat pada perlakuan inokulasi X. oryzae pv. oryzae saat fase persemaian dan vegetatif pada padi varietas IR64, yaitu 4.25 dan 4.50 HSI. Periode inkubasi terlama terdapat pada padi varietas Cisantana dan Tabel 1 Skor dan kriteria gejala penyakit hawar daun bakteri pada daun tanaman padi Skor Luas daun yang bergejala hawar (%) 0 0 (tidak bergejala hawar) 1 1 3 2 4 6 3 7 12 4 13 50 5 51 75 6 > 75 Inpari 10 yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase benih, waktu inkubasi kedua varietas ini untuk menimbulkan gejala penyakit HDB atau rata-rata mencapai 6.25 hari setelah inokulasi (Tabel 2). Keparahan Penyakit Keparahan penyakit pada tanaman yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae di benih, fase pesemaian, dan fase vegetatif mulai teramati pada minggu ke-2. Keparahan penyakitnya bertambah terus sampai akhir pengamatan (Tabel 3). Inokulasi X. oryzae pv. oryzae yang diberikan pada fase generatif, keparahan penyakit mulai teramati pada umur 9 minggu setelah tanam dan terus berkembang hingga akhir pengamatan. Keparahan penyakit tertinggi diperlihatkan pada varietas IR64 yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase benih, pesemaian, dan vegetatif pada akhir pengamatan. Padi varietas Cisantana yang diinokulasi pada fase benih, pesemaian, dan vegetatif, tahan terhadap penyakit HDB dibandingkan dengan dua varietas lainnya. Keparahan penyakit pada akhir pengamatan (11 MST) sebesar 38.89% dan merupakan keparahan penyakit terendah di antara semua perlakuan pada waktu pengamatan 11 MST. Keparahannya dapat dibedakan dari var. Tabel 2 Rata-rata periode inkubasi penyakit hawar daun bakteri pada semua perlakuan waktu inokulasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae Varietas padi Waktu Inokulasi Rata-rata periode inkubasi (hari setelah inokulasi) Cisantana Benih 6.25 Persemaian 5.50 Vegetatif 6.25 Generatif 7.75 Inpari 10 Benih 6.25 Persemaian 5.00 Vegetatif 5.25 Generatif 6.00 IR64 Benih 5.75 Persemaian 4.25 Vegetatif 4.50 Generatif 5.75 121

Tabel 3 Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada interaksi antara perlakuan waktu inokulasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan jenis varietas padi selama 11 minggu Perlakuan Interaksi Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada minggu ke- setelah tanam (%) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 W0V1 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 e 0.00 g 0.00 e W0V2 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 e 0.00 g 0.00 e W0V3 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 e 0.00 g 0.00 e W1V1 11.80 d 18.75 cd 23.61 c 50.69 de 49.30 c 49.30 c 49.30 c 49.30 c 49.30 cd 49.30 cd W1V2 13.19 cd 25.69 a 35.41 b 59.03 cd 56.94 c 56.94 c 56.94 c 56.94 c 56.94 c 56.94 c W1V3 15.97 b 21.52 bc 45.83 a 68.05 bc 90.27 a 90.27 a 90.27 a 90.27 a 90.27 a 90.27 a W2V1 12.50 d 17.36 d 21.52 c 51.38 de 54.16 c 54.16 c 54.16 c 54.16 c 54.16 cd 54.16 cd W2V2 14.58 bc 20.14 cd 35.41 b 72.22 b 79.16 ab 79.16 ab 79.16 ab 79.16 ab 79.16 ab 79.16 ab W2V3 20.83 a 23.61 ab 38.19 b 76.38 ab 89.58 a 89.58 a 89.58 a 89.58 a 89.58 a 89.58 a W3V1 0.00 e 0.00 e 18.05 c 41.66 e 52.08 c 52.08 c 52.08 c 52.08 c 52.08 cd 52.08 cd W3V2 0.00 e 0.00 e 20.13 c 65.97 bc 77.77 b 77.77 b 77.77 b 77.77 b 77.77 b 77.77 b W3V3 0.00 e 0.00 e 22.22 c 83.33 a 83.33 ab 83.33 ab 83.33 ab 83.33 ab 83.33 ab 83.33 ab W4V1 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 16.66 de 25.00 f 38.89 d W4V2 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 20.83 d 30.55 ef 53.47 cd W4V3 0.00 e 0.00 e 0.00 d 0.00 f 0.00 d 0.00 d 0.00 d 22.91 d 40.27 de 50.69 cd *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%. W0, tidak dilakukan inokulasi X. oryzae pv. oryzae; W1, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada benih; W2, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase persemaian; W3, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase vegetatif (3 MST); W4, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase generatif (7 MST); V1, varietas Cisantana; V2, varietas Inpari 10; V3, varietas IR64. 122

IR64 jika inokulasi X. oryzae pv. oryzae dilakukan pada fase generatif maka keparahan penyakitnya sama saja pada uji dan keparahan penyakit untuk ketiga varietas padi. Jumlah Malai Pada perlakuan waktu inokulasi secara mandiri, padi yang tidak diinokulasi X. oryzae pv. oryzae menghasilkan malai terbanyak yaitu rata-rata 10 per rumpun, sementara tanaman yang diinokulasi pada fase benih dan vegetatif lebih rendah. Padi varietas IR64 secara mandiri memberikan hasil jumlah malai yang sama dengan varietas Cisantana dan Inpari 10 (Tabel 4). PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua varietas padi yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae menunjukkan gejala hawar pada daun. Gejala penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang sempurna ditandai dengan bercak memanjang dengan tepi bergelombang dari ujung daun yang berkembang sepanjang tepi kemudian berkembang menjadi hawar dan warna daun berubah menjadi kuning pucat, gejala tersebut mulai teramati saat dua minggu setelah inokulasi. Gejala tersebut Tabel 4 Jumlah malai tanaman padi pada perlakuan secara mandiri Perlakuan Jumlah malai * Waktu Kontrol 10.0 a inokulasi pada fase Benih Pesemaian 9.1 bc 9.4 ab Vegetatif 8.7 c Generatif 9.5 ab Varietas Cisantana Inpari 10 IR64 9.4 a 9.1 a 9.5 a *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%. W0, tidak dilakukan inokulasi X. oryzae pv. oryzae; W1, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada benih; W2, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase persemaian; W3, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase vegetatif (3 MST); W4, inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase generatif (7 MST); V1, varietas Cisantana; V2, varietas Inpari 10; V3, varietas IR64. serupa dengan gejala HDB yang dikemukakan oleh Liu et al. (2006), Akhtar et al. (2008; 2011). Periode inkubasi antara perlakuan berbedabeda. Rata-rata periode inkubasi tercepat terjadi pada perlakuan inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada fase pesemaian (4.25 hari), sementara periode inkubasi terlama ditunjukkan pada perlakuan inokulasi X. oryzae pv. oryzae pada benih, yakni 6 kali lebih lama. Cepatnya periode inkubasi pada perlakuan waktu inokulasi saat pesemaian karena gejala penyakit HDB ini secara spesifik diamati pada daun dan saat dilakukan inokulasi pada fase pesemaian, jaringan daun masih sangat muda sehingga patogen mudah berkembang dan gejala terbentuk dalam waktu singkat. Sementara pada perlakuan inokulasi pada benih, untuk terbentuknya gejala pada daun dibutuhkan waktu yang cukup lama karena benih perlu waktu untuk berkecambah dan membentuk daun secara sempurna. Perkembangan penyakit HDB dipengaruhi oleh umur tanaman dan biasanya penyakit lebih banyak terdapat pada padi yang dipindah pada umur yang lebih muda. Perkembangan penyakit HDB pada setiap perlakuan ditentukan berdasarkan pengamatan keparahan penyakit pada daun sampel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara waktu inokulasi pada fase tanaman yang berbeda dan varietas padi, hal ini menunjukkan bahwa infeksi X. oryzae pv. oryzae pada fase pertumbuhan dan varietas padi yang berbeda berpengaruh terhadap perkembangan penyakit HDB. Hasil pengamatan keparahan penyakit menunjukkan bahwa perkembangan penyakit padi varietas IR64 baik yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae pada benih, pada fase pesemaian, maupun pada fase vegetatif selalu memperlihatkan keparahan penyakit tinggi pada setiap waktu pengamatan dengan perkembangan penyakit yang cepat. Keparahan penyakit pada akhir pengamatan masing-masing mencapai 90.3, 89.6, dan 83.3%. Keparahan penyakit terendah terdapat pada varietas Cisantana yang diinokulasi pada fase generatif, yaitu 38.9% pada akhir pengamatan 11 MST. 123

Keparahan penyakit mengindikasikan bahwa semakin muda umur tanaman terinfeksi semakin cepat perkembangan penyakit, sebaliknya semakin tua umur tanaman pada saat awal terinfeksi semakin lambat perkembangan penyakit HDB. Perkembangan penyakit juga dipengaruhi oleh varietas padi, semakin tahan varietas maka semakin kecil keparahan penyakit dan semakin lambat perkembangan penyakitnya. Keparahan penyakit pada varietas padi Cisantana lebih rendah dibandingkan dengan varietas Inpari 10 dan IR64 pada perlakuan inokulasi yang sama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahim et al. (2011) yang melaporkan padi varietas Cisantana lebih tahan terhadap infeksi X. oryzae pv. oryzae dibandingkan dengan varietas Inpari 10 dan IR64. Tingkat ketahanan varietas tanaman yang diuji terhadap HDB diduga dipengaruhi juga oleh struktur morfologi permukaan daun. Padi varietas Cisantana memiliki permukaan daun yang halus dibandingkan dengan dua varietas lainnya. Penyakit HDB pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Persentase keparahan penyakit HDB pada berbagai waktu inokulasi memperlihatkan perkembangan penyakit berbeda-beda. Pada fase pertumbuhan vegetatif, umur 5 8 MST, perkembangan penyakit HDB berlangsung cepat dibandingkan dengan fase pertumbuhan lainnya, khususnya pada varietas rentan dengan perkembangan penyakit HDB rata-rata mencapai 68.5% sampai 90%, sedangkan pada fase pertumbuhan generatif laju perkembangan penyakit mulai melambat atau terhenti. Hasil ini mendukung pendapat Djatmiko dan Fatichin (2009) yang mengemukakan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya. Padi varietas IR64 dilaporkan pula merupakan varietas padi yang rentan terhadap penyakit HDB. Melambatnya laju perkembangan pada fase generatif diduga disebabkan struktur ketahanan tanaman telah terbentuk sempurna. Lapisan lilin dan ketebalan kutikula pada sel epidermis tanaman sudah sempurna sehingga dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap patogen yang melakukan penetrasi langsung melalui lapisan epidermis. Rendahnya keparahan penyakit pada perlakuan inokulasi pada fase generatif, selain berhubungan dengan struktur sel tanaman, juga diduga berhubungan dengan kandungan senyawa pertahanan tertentu yang terkandung di dalam jaringan tanaman yang konsentrasinya berkorelasi dengan umur tanaman. Fitoaleksin dari golongan diterpen dan fenol berkorelasi dengan ketahanan padi terhadap patogen. Tanaman padi tahan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi senyawa tersebut dengan konsentrasi tinggi dalam waktu cepat setelah infeksi patogen dan makin bertambah umur tanaman potensi produksi fitoaleksin semakin tinggi (Song et al. 2001). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hasegawa et al. (2010) yang mengemukakan bahwa ketahanan tanaman terhadap penyakit blast berkorelasi positif dengan akumulasi fitoaleksin yang dihasilkan oleh tanaman setelah terjadi infeksi patogen. Fitoaleksin adalah senyawa antimikrob yang berbentuk molekul rendah yang disintesis dan diakumulasikan di dalam jaringan tanaman setelah terjadi infeksi patogen. Serangan X. oryzae pv. oryzae pada tanaman padi yang menyebabkan penyakit HDB akan menghambat pertumbuhan tanaman padi. Pengurangan jumlah daun secara tidak langsung menurunkan produksi melalui pengurangan jumlah malai yang terbentuk atau penghambatan pengisian bulir padi. Hasil pengamatan jumlah malai menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan inokulasi patogen pada fase pertumbuhan yang berbeda dan varietas padi. Hal ini diduga karena setiap varietas sudah memiliki potensi produksi malai masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Produksi malai pada tiga varietas padi yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae pada berbagai fase pertumbuhan tanaman hanya berkisar 8.67 sampai 10.8 malai. Secara mandiri perlakuan tanpa inokulasi X. oryzae pv. oryzae menghasilkan jumlah malai terbanyak, yaitu 10 malai per rumpun, sementara perlakuan yang diinokulasi X. oryzae pv. oryzae produksi malainya lebih 124

rendah. Secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan bahwa varietas padi IR64 merupakan varietas paling rentan terhadap penyakit HDB, fase pertumbuhan dan varietas padi berpengaruh terhadap perkembangan penyakit HDB pada padi, semakin muda fase pertumbuhan tanaman terinfeksi semakin cepat perkembangan penyakit HDB. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam pengelolaan penyakit HDB pada tanaman padi. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Fundamental Tahun 2012 dengan kontrak No 22-8/PK-UPT/Unhalu/2012, tanggal 1 Februari 2012. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. DAFTAR PUSTAKA Agustiansyah, Ilyas S, Sudarsono, Machmud M. 2013. Karakterisasi rizobakteri yang berpotensi mengendalikan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. J HPT Tropika. 13(1):42 51. Akhtar MA, Abbasi FM, Ahmad F, Shahzad M, Shah MA, Shah AH. 2011. Evaluation of rice germplasm againt Xanthomonas oryzae causing bacterial leaf blight. Pak J Bot. 43(6):3021 3023. Akhtar MA, Rafi A, Hamed A. 2008. Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pv. oryzae in rice cultivar. Pak J Bot. 40(5):2171 2175. Djatmiko AH, Fatichin. 2009. Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri. J HPT Tropika. 9(2):168 173. Hasegawa M, Mitsuhara I, Seo S, Imai T, Koga J, Okada K, Yamane H, Ohashi Y. 2010. Phytoalexin accumulation in the interaction between rice and the blast fungus. Mol Plant Microb Interact. 23(8):1000 1011. DOI: 10.1094/MPMI -23-8-1000. Jabeen R, Iftikhar T, Batool H. 2012. Isolation, characterization, preservation and pathogenity of Xanthomonas oryzae pv. oryzae causing BLB disease in rice. Pak J Bot. 44(1):261 265. Liu DN, Ronald PC, Boddanova AJ. 2006. Xanthomonas oryzae pathovars: model pathogens of a model crop. Mol Plant Pathol. 7:57 59. Nayak D, Bose LK, Singh UD, Singh S, Nayak P. 2008. Measurement of genetic diversity of virulence in population of Xanthomonas oryzae pv. oryzae in India. Comm Biometry Crop Sci. 3(1):16 28. Rahim A, Khaeruni A. Taufik M. 2012. Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap patotip Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat Sulawesi Tenggara. Berkala Penel Agron. 1(2):132 138. Song F, Goodman RM. 2001. Molecular biology of disease resistance in rice. Physiol Mol Plant Pathol. 59:1 11. DOI:10.1006/pmpp.2001.0353. Wahyudin AT, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri penyebab hawar daun bakteri pada padi: isolat, karakterisasi, dan telaah mutagenesis dengan transposon. Makara Sain. 15:89 96. 125