diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum tersedianya suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak pernah berhenti dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah peserta didik dibantu untuk dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan mampu merencanakan masa depan. Menemukan pribadi maksudnya adalah agar peserta didik memahami kelebihan dan kekurangannya dan dapat berkembang dengan optimal menjadi pribadi yang memiliki identitas diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan maksudnya adalah mengenal secara objektif lingkungan sosial dan ekonomik lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik (keluarga, sekolah, masyarakat) dan menerima kondisi lingkungan tersebut secara positif dan dinamis. Mampu merencanakan masa depan maksudnya adalah agar peserta didik dapat mempertimbangkan dan memutuskan tentang masa depannya sendiri. Dengan mengembangkam ketiga hal tersebut diharapkan peserta didik dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat dimasa mendatang. Terjadinya kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik tentunya sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003, yang mencita-citakan sosok pribadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

2 mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencegah berkembangnya kesenjangan perilaku dan mencapai tujuan pendidikan nasional dibutuhkan suatu upaya mengembangkan dan memfasilitasi potensi peserta didik. Upaya ini merupakan bagian dari tanggung jawab bimbingan dan konseling dan personil sekolah serta orang tua. Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan pada upaya memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik yang meliputi aspek pribadi, sosial, karir, dan belajar. MAN (Madrasah Aliyah Negeri) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. MAN setara dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama. Kurikulum MAN hampir sama dengan kurikulum SMA (Sekolah Menengah Atas), hanya saja di MAN terdapat porsi lebih banyak muatan Pendidikan Agama Islam, yaitu AL-Qur an-hadist, Aqidah- Akhlak, Bahasa Arab, Fiqih dan Sejarah Islam (Sejarah Kebudayaan Islam). Pada jenjang MAN, peserta didik berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pendidikan harus berupaya untuk membantu peserta didik agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang, dan dapat mencapai kesuksesan.

3 Perseta didik MAN termasuk individu yang memasuki masa remaja berusia 15-18 tahun. Menurut Santrock, J. W. (2007: 20-21) masa remaja dimulai sekitar 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18-22 tahun. Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal. Para peneliti sering kali menjelaskan apakah hasil penelitian mereka dapat digeneralisasikan ke seluruh remaja atau hanya spesifik berlaku untuk masa remaja awal atau masa remaja akhir. Pada masa remaja terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai siswa MAN yaitu memilih dan mempersiapkan karir atau pekerjaan. Penguasaan keterampilanketerampilan karir sangat dibutuhkan mengingat remaja sudah memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan dalam mencapai hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1980: 211) bahwa anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Kartadinata, dkk (1999: 2) dalam petunjuk teknis Invetori Tugas Perkembangan (ITP)-SLTA mengadaptasi tugas perkembangan model Loevinger

4 dan menyusunnya menjadi ITP yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. ITP mencakup sebelas aspek tugas perkembangan yang harus dimiliki serta diselesaikan oleh peserta didik tingkat SLTA, termasuk peserta didik di MA. Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan ITP lalu di Analisis melalui Analisis Tugas Perkembangan (ATP) peserta didik kelas XI menunjukan adanya keberagaman tingkat pencapaian pada tiap aspek tugas perkembangan siswa dilihat dari profil kelompok. Berdasarkan perhitungan profil kelompok maka aspek yang didapat dibagi rata-rata tingkatan sekolah untuk aspek wawasan dan persiapan karir berada pada peringkat ke-4 terendah dari 11 aspek tugas perkembangan. Aspek wawasan dan persiapan karir yaitu pemahaman jenis pekerjaan, kesungguhan belajar, upaya meningkatkan keahlian dan perencanaan karir. Peserta didik MAN diharapkan sudah dapat menyelesaikan tugas perkembangannya di bidang karir yaitu memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan). Tujuannya adalah agar peserta didik MAN mampu memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri, memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut. Dilihat dari tahapan perkembangan karir Super dan Jordaan (Yusuf, 2006: 84) masa remaja termasuk tahap eksplorasi pada tingkat tetatif dan transisi (usia 15-21 tahun ). Tahap transisi dimana individu berusaha untuk memperoleh informasi karir, pilihan karir, memutuskan karir dan siap untuk masuk ke dunia kerja. Bila individu telah memiliki kesiapan untuk membuat perencanaan karir, memanfaatkan sumber informasi karir, pencarian informasi karir dan dapat

5 mengambil keputusan karir, maka individu tersebut telah mencapai kematangan karir. Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan Guru Bimbingan dan Konseling, pada umumnya peserta didik belum paham dengan potensinya sendiri, sehingga ragu ragu dalam menentukan pilihan bidang studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuannya atau pilihan bidang pekerjaan yang sesuai, peserta didik belum mempunyai perencanan yang matang mengenai pendidikan maupun pekerjaan yang akan dijalaninya nanti, sebagian peserta didik yang sudah memiliki pilihan bidang studi perguruan tinggi ataupun bidang pekerjaan, masih merasa belum yakin dengan kemampuannya sendiri untuk berhasil nantinya. Oleh karena itu, peserta didik memerlukan dukungan atau penguatan dari lingkungan yang dianggapnya kompeten. Menurut Supriatna (2009:23) masalah karir yang dirasakan oleh peserta didik, antara lain : 1. siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat. 2. Siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup. 3. siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan 4. siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat. 5. siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah. 6. siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja. 7. siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya. Menurut pendapat Havighurst (Makmun, 2003: 83) dalam memilih pekerjaan, peserta didik perlu mengetahui dan memahami potensi yang dimiliki serta pengetahuan tentang dunia pekerjaan yang akan mempengaruhi peserta didik

6 dalam mengambil keputusan tersebut. Perasaan ragu-ragu dan tidak dapat menentukan serta memutuskan pilihan untuk memasuki dunia kerja ataupun berlanjut studi ke perguran tinggi, salah satunya diakibatkan karena siswa tidak memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya. Menurut Bandura, disposisi perilaku ini disebut sebagai self-efficacy. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan berhasil. Menurut Bandura (1977) proses membuat keputusan mengenai pilhan karir, individu harus mempertimbangkan ketidak pastian akan kemampuannya terhadap bidang yang diminati, kepastian dan prospek karirnya di masa depan, dan identitas diri yang dicari. upaya mengatasi ketidakpastian mengenai kemampuannya individu harus memiliki keyakinan. oleh karena itu, agar dapat membuat pilihan bidang karir individu harus memiliki self-efficacy dalam dirinya. Self-efficacy tersebut biasanya muncul dalam bentu kepercayaan diri. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus berusaha sampai tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan diri tidak kuat, seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah. Bandura (Patel, 2005: 48) mempelajari bagaimana self-efficacy karir membentuk cita-cita karir dan jalan hidup individu. Peserta mencakup 272 anak, usia 11-15 tahun, terdapat 142 anak laki-laki dan 130 anak perempuan yang hidup atau tinggal dekat Roma, Italia. Hasilnya menunjukan anak laki-laki mempunyai self-efficacy lebih tinggi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, militer dan pelaksanaan karir dibidang hukum dibanding dengan anak-anak perempuan. Self-

7 efficacy anak perempuan lebih cenderung pada bidang kesehatan, jasa kemasyarakatan dan pekerjaan manajemen perkantoran. Status sosial ekonomi tidak mempunyai hubungan langsung dengan variabel karir apapun dengan individu, bagaimanapun dampak tidak langsungnya bergantung kepada pengaruh efficacy orangtua dengan memberikan penghargaan dalam memajukan atau mengembangkan kesuksesan akademis anak mereka. Orang tua dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi merasakan efficacy lebih tentang kemajuan atau perkembangan pendidikan anak-anak mereka dan mempunyai cita-cita bidang pendidikan yang lebih tinggi untuk anak-anak mereka. Self-efficacy akademis individu yang berhubungan dengan cita-cita akademis pada jalur karir konsisten dengan kekuatan mereka. Hasil dari penelitian ini mengusulkan bahwa selfefficacy siswa membentuk jenis karir yang mereka kejar didalam suatu bidang yang diberikan. Self-efficacy krusial dalam memperluas dan mempertinggi citacita karir siswa. Hasil penelitian Dina Noor Agustina (2010: 132), menggambarkan bahwa secara umum self-efficacy karir siswa di SMKN I Purwakarta berada pada tingkat sedang, yang artinya siswa cukup merasa yakin atau cukup memiliki kecenderungan untuk meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan karir dan sebagian indikator sudah termanifestasikan sebagai perilaku tugas perkembangan karir, baik dari dimensi level, strength, dan generality. Pada dimensi self-efficacy karir, dimensi yang paling rendah adalah dimensi generality, artinya siswa belum menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang baik dan positif, menjadikan pengalaman hidup sebagai suatu jalan

8 menuju kunci dan langkah sukses. Dengan demikian siswa memerlukan layanan yang bersifat responsif untuk menangani hal tersebut. Tingkat self-efficacy ternyata dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Self-efficacy karir setiap individu pada masing-masing jurusan adalah berbeda-beda. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh lingkungan dari masing-masing jurusan. Rata-rata siswa pada sekolah menengah atas, dan kejuruan, memiliki tingkat self-efficacy karir yang sama, yaitu berada pada kategori sedang, dimana siswa belum sepenuhnya meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan karir mereka, misalnya berpandangan optimis dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, mengetahui minat dalam bidang pendidikan dan pekerjaan mereka. Perlunya penanganan yang tepat terhadap self-efficacy karir, karena keputusan pilihan karir yang diambil siswa akan menentukan masa depan peserta didik. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai self-efficacy karir sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan karir yang mantap. Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan individu seperti diuraikan diatas adalah melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian integral pendidikan yang menyediakan bantuan bagi individu untuk dapat berkembang secara optimal, mamahami diri, lingkungan dan dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling juga merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi psikologis, memiliki pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan berbudi luhur. Dengan demikian diharapkan dari penelitian ini diperoleh suatu data yang dapat menggambarkan self-efficacy karir peserta didik yang dapat

9 dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program bimbingan karir. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap self-efficacy karir peserta didik di MAN. Self-efficacy karir mempengaruhi motivasi melalui pilihan yang dibuat dan tujuan yang disusun. Sebagai contoh peserta didik yang memiliki Selfefficacy karir tinggi cenderung memilih cara dengan tantangan yang lebih besar. Self-efficacy karir yang besar cenderung membutuhkan usaha yang besar pula. Ketika self-efficacy karir untuk mencapai tujuan tinggi, peserta didik akan berusaha lebih keras untuk berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dan akan bertahan lebih lama ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya peserta didik siswa dengan self-efficacy karir rendah akan memilih cara yang mudah, sedikit usaha dan mudah menyerah. Kadang, siswa dengan tingkat akademik yang sama, tetapi salah satunya memiliki self-efficacy karir yang tinggi akan menampilkan performa yang lebih baik. Jadi jika self-efficacy karir tinggi maka tujuan yang ingin dicapai jadi lebih tinggi, sedikit ketakutan akan gagal dan menemukam strategi baru saat strategi lama gagal. Sebaliknya, jika self-efficacy rendah maka akan menghindari tugas dan mudah menyerah ketika kesulitan datang. Dengan demikian remaja perlu dibimbing untuk dapat melalui tugas perkembangan karirnya ini dengan baik agar dapat menemukan keunikan dan kelebihan dirinya. Self-efficacy karir diartikan sebagai suatu keyakinan tentang kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas yang diperlukan seperti mengidentifikasi, menyeleksi, merencanakan, memahami diri dan dunia kerja,

10 memilih kecenderungan dalam menentukan pilihan karir (jurusan/program studi/pekerjaan) yang sesuai minat dalam mencapai tugas-tugas perkembangan karir sehingga berhasil. Dimensi magnitude atau level, merujuk pada dimensi yang berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan tertentu, maka self-efficacy-nya akan jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan batas keyakinan dan kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkatan. Dimensi strength, merujuk pada dimensi yang berhubungan dengan derajat kemantapan seseorang terhadap keyakinannya. Dimensi ini biasanya berkenaan langsung dengan dimensi pertama, magnitude. Makin tinggi taraf kesulitan tugas, maka makin lemah keyakinan tentang kemampuan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Dimensi generality, merujuk pada dimensi yang berkaitan dengan luas bidang perilaku. Seseorang mungkin hanya terbatas pada bidang khusus, sementara orang lain dapat menyebar meliputi berbagai bidang perilaku. Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah pertanyaan dirumuskan dengan judul: Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik MAN 2 Kota Bandung (Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012). Rumusan judul diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

11 1. Seperti apa profil self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Seperti apa program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Penelitian secara umum bertujuan untuk memperoleh profil self-efficacy karir dan program bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung. Tujuan khusus diadakannya penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris mengenai : 1. Profil Self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Kota Bandung, program bimbingan karir yang disusun dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik sehingga dapat mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan yang harus dimilikinya.

12 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan pengembangan penelitian selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup penelitian yang sama, sesuai dengan kondisi aktual remaja peserta didik MAN dan fokus penelitian yang lebih luas. 3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir Remaja sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara umum. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu Bab I mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri atas konsep bimbingan dan konseling, self-efficacy karir dan program bimbingan karir. Bab III menyajikan lokasi dan populasi penelitian, metode penelitian yang meliputi penedekatan penelitian dan metodologi penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba alat ukur, penyusunan program bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik di sekolah, dan teknik analisis data. Bab IV melaporkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V kesimpulan dan saran.