I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

Oleh: Tarsoen Waryono **)

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. MATERI DAN METODE Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA. Paimin (1997) menyatakan berdasarkan penggolongan jenis tumbuhtumbuhan. (taksonomi), tanaman kemiri termasuk famili Euphorbiaceae.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM BANJARMASIN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Anang Kadarsah ABSTRACT

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PREFERENSI RAYAP TERHADAP BEBERAPA JENIS KAYU LOKAL DI KALIMANTAN TIMUR. Oleh: AFEN SETIAWAN NIM

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur. berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten Banyumas telah diketahui tingkat serangan rayap tanah di daerah pedesaan sekitar 86,25% dan tingkat kerusakan kayu (komponen) bangunan rumah termasuk dalam kategori sedang yaitu berkisar 5-20%. Hal ini menunjukan tingkat persebaran rayap di Wilayah Banyumas dan Purwokerto yang cukup tinggi karena wilayahnya yang sangat mendukung untuk kehidupan rayap. Kota Purwokerto terletak antara 109 17 20-109 18 40 Bujur Timur, 7 10-7 30 Lintang Selatan. Secara geografis Kota Purwokerto terletak di sebelah selatan Gunung Slamet, dengan ketinggian 75 m dpl (meter di atas permukaan laut) (Nova et al., 2011). Berdasarkan Bappeda Kabupaten Banyumas (2000) Karakteristik topografi di kabupaten Banyumas ditunjukan dengan kondisi ketinggian lahan dan kemiringan lahan. Sebagianesar kawasan perkotaan Purwokerto berada pada ketinggian sekitar 100 meter dpl. Wilayah kecamatan pada ketinggian ini mencakup seluruh Kecamatan Patikraja, Sokaraja, Purwokerto Barat dan Purwokerto Selatan. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto Timur, Baturraden, Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran, dan Sumbang yang sebagai wilayahnya di ketinggian lebih dari 100-500 meter dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Oldeman (1978), Kabupaten Banyumas termasuk zona agroklimat bervariasi antara C2 hingga B2 yang artinya memiliki tingkat curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 2456-3895 mm. Curah hujan tertinggi terutama pada wilayah Kabupaten Banyumas yang terletak di

2 lereng gunung slamet. Kawasan perkotaan Purwokerto memiliki curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/tahun, kelembaban udara rata-rata berkisar antara 52-100%. Ratarata suhu udara bulanan 26,3 C, dengan suhu minimum tercatat 24, 4 C dan suhu maksimum 30,9 C. Jenis tanah pada kawasan Purwokerto terdiri atas aluvial coklat kelabu, asosiasi latosol, latosol coklat dan regosol, kompleks podzolik merah kuning, podzolik kuning dan coklat, asosiasi aluvial kelabu dan coklat (Bappeda Kabupaten Banyumas 2004). Faktor abiotik ini sangat cocok bagi perkembangan rayap perusak kayu basah. Amir (2003) menyatakan bahwa sarang rayap terdapat di tempat lembab di dalam tanah dan batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan- bahan dari selulosa lain serta jamur. Penyebaran rayap tanah sangat berhubungan dengan faktor curah hujan dan temperatur. Keadaan ini menyebabkan rayap menjadi mudah ditemukan di wilayah dataran rendah. Menurut Nandika et al., (2003), faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami mempengaruhi perkembangan populasi rayap. Kelembaban dan suhu yang berada dalam batas optimum menyebabkan perkembangan dan penyebaran rayap tanah yang tinggi selain tipe tanah yang cocok. Rayap tanah hidup ditempat yang bertemperatur hangat serta karakteristik tanah subur. Kisaran temperatur yang disukai rayap adalah 21,1 o C - 26,6 o C dengan kelembaban optimal 95% - 98% (Susanta, 2007). Koloni rayap dapat hidup pada kedalaman tanah 5 hingga 6 meter untuk berlindung dari perubahan cuaca yang kurang menguntungkan (Pearce, 1997).

3 Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap menjadi sangat luas. Di daerah tropik, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m dpl (meter diatas permukaan laut). Penyebaran rayap berlangsung hingga mencapai batas 50 o LU dan 50 o LS (Nandika et al., 2003). Koloni rayap yang merupakan jenis serangga sosial terbagi atas tiga kasta yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta prajurit, kasta reproduktif, dan kasta pekerja. Tidak kurang dari 80-90% populasi koloni rayap merupakan kasta pekerja (Nandika et al., 2003). Secara umum kasta prajurit akan mudah dikenali dari bentuk kepala dan adanya penebalan dibagian kutikula. Kasta prajurit bertugas menjaga koloni dan serangan musuh atau predator. Kasta reproduktif terbagi atas ratu yang tugasnya bertelur untuk menghasilkan rayap baru dan raja yang bertugas membuahi ratu. Kasta ini terdiri dari kasta reproduktif primer dan suplementer (neoten) (Prasetiyo dan Yusuf, 2005). Kasta pekerja biasanya memiliki warna pucat dan sedikit mengalami penebalan di bagian kutikulanya. Kasta ini bertugas membangun sekaligus memperbaiki sarang; memelihara ratu, telur, dan rayap muda; serta mencari makanan untuk semua penghuni koloni. Kasta ini memperlihatkan perilaku kanibal dengan memakan rayap lain yang lemah atau sudah mati demi kelangsungan hidup koloni (Nandika et al., 2003). Secara taksonomi rayap dikelompokkan ke dalam ordo Isoptera (iso = sama dan ptera = sayap). Rayap memiliki tubuh yang lunak dan berwarna terang. Jumlah spesies rayap di dunia ada sekitar 2.648 spesies yang digolongkan ke dalam tujuh famili dan 281 genus. Famili Termitidae merupakan famili dengan jumlah anggota spesies yang tertinggi. Delapan puluh lima persen total spesies rayap yang telah diidentifikasi

4 gmerupakan anggota Famili Termitidae. Famili Mastoter-mitidae dan Famili Serritermitidae hanya memiliki satu anggota spesies rayap. Famili rayap yang lain adalah Famili Kalo- termitidae, Termopsidae, Hodotermitidae dan Rhinotermitidae yang masing-masing famili berturut-turut terdiri dari 411, 20, 15, dan 305 spesies rayap (Kambhampati dan Eggleton, 2000). Penggolongan menurut habitat atau perilaku bersarang berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut (Nandika, 1982).: 1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati. 2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae). 3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabotperabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering. 4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes

5 spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak berhubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sesekali memperoleh lembab. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak menyebabkan kerugian pada bangunan. 5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus), Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Rayap tanah memerlukan kayu (selulosa ) sebagai makanan pokok dimana rayap mampu melumatkan kayu karena adanya protozoa flagellata dalam usus bagian belakang. Bagi yang tak memiliki protozoa seperti famili Termitidae, bukan protozoa yang berperan tetapi bakteri dan bahkan pada beberapa jenis rayap seperti Macrotermes, Odontotermes dan Microtermes memerlukan bantuan jamur perombak kayu yang dipelihara di "kebun jamur" dalam sarangnya (Tarumingkeng 2001). Golongan rayap tanah paling banyak menimbulkan kerusakan adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian anggota famili Termitidae (Tambunan dan Nandika, 1989).

6 Rayap tanah mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia, karena ukuran populasi yang besar dan disertai daya jelajah yang luas, oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman merupakan sasaran serangan rayap (Nandika et al., 2003). Rayap tanah termasuk golongan rayap yang bersarang di dalam tanah dan membangun liang kembara (tunel) yang menghubungkan sarangnya dengan benda yang diserangnya (Erningtyas, 2006). Menurut Borror et al., (1996), rayap tanah menyerang dengan tiga cara yaitu menyerang langsung kayu yang berhubungan dengan tanah, menyerang melalui retakan-retakan dan celah sempit serta membangun liang kembara untuk jalan menuju tempat makanannya. Rayap bersarang dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Menurut Horwood dan Eldridge dalam (Rismayadi dan Arinana, 2007) sarang rayap tanah dapat ditemukan di atas permukaan tanah, pada tempat-tempat yang tinggi dibatang- batang pohon, di dalam kayu, bahkan di dalam bangunan gedung atau tempat-tempat lain dimana sumber kelembaban selalu tersedia. Cara mengetahui dan mengantisipasi serangan rayap tanah terhadap kayu biasanya dilakukan teknik pengumpanan. Teknik pengumpanan merupakan salah satu teknik pengendalian rayap tanah yang ramah lingkungan (Kadarsah, 2005). Pearce (1997) menyatakan bahwa, teknik pengumpanan lebih menguntungkan karena tanah tidak terkontaminasi oleh bahan kimia. Dalam penelitian ini digunakan 3 jenis kayu untuk mengetahui preferensi rayap terhadap masing-masing jenis kayu sebagai umpan yang memiliki tingkat keawatean sendiri yaitu:

7 Kayu albasia (Albizia falcata) tergolong ringan (berat jenis 0,33), mempunyai kelas awet V dan kelas kuat V (Martawijaya et al., 1989). Kayu albasia (A. falcata) termasuk kayu lunak yang mudah lapuk sehingga mudah terserang rayap tanah dan jamur. Persentase komponen kimia kayu albasia (A. falcata) memiliki selulosa tinggi, lignin rendah yang menunjukan kayu tersebut tidak terlalu kuat dan tidak terlalu kaku, pentosan yang rendah dan memiliki zat ekstraktif tinggi. Kayu jenis ini biasanya di golongkan dalam Kayu gubal karena keawetannya lebih rendah dibandingkan dengan kayu teras (Tobing, 1977). Kayu teras secara fisiologi tidak berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis. Kayu teras lebih gelap warnanya karena mengandung senyawasenyawa ekstraktif dan tahan terhadap cendawan dan serangga terutama rayap (Haygreen dan Baiyer, 1989). Kayu jati (Tectona grandis L.F) merupakan salah satu jenis kayu yang terkenal dan disukai di seluruh dunia. Penggunaan jenis kayu ini sangat beragam karena sifatsifatnya yang baik, antara lain yaitu kekuatan yang cukup tinggi, kembang susut yang kecil, mudah dikerjakan, serta kayu teras seperti kayu seperti jati (T. grandis L.F) memiliki keawetan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lain dalam proses pelapukan (Falah, 2001). Martawijaya (1965) mengemukakan bahwa salah satu factor terpenting yang menentukan keunggulan kayu jati adalah sifat keawetannya. Telah diketahui bahwa secara umum terdapat hubungan antara sifat keawetan dengan umur kayu jati tersebut, dimana semakin meningkat umur kayu jati, maka semakin meningkat pula keawetannya. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium terhadap rayap Cryptotermes cyanocephalus Light dan percobaan kuburan (grave yard test) terhadap rayap dan jamur, kayu jati termasuk klasifikasi kelas awet II (Martawijaya et al., 1989). Kayu Jati memiliki komposisi utama yaitu terdiri dari 47,5% selulosa, 30% lignin,

8 14,5% pentosan, 1,4% abu, dan 0,4 1,5% silika. Kayu Jati mengandung tectuquinon ( 2 metylanthraquinone), suatu senyawa yang menentukan keawetan kayu (Irwanto, 2006). Selain itu, kayu Jati juga merupakan kayu yang relatif tahan terhadap cendawan, bahan kimia, dan rayap karena mengandung seshui terpena (Gunawan, 2008). Menurut Martawijaya (1979), Kayu Bengkirai (Shorea laevifolia) termasuk kayu kelas awet I-II (III) dan kelas kuat I-II dengan berat jenis 0,91. Menurut Fengel dan Wegener (1985) kayu pada kelas awet tinggi memiliki kadar zat ekstraktif yang tinggi, zat ekstraktif tersebut terkandung didalam kayu diantaranya adalah agolesin dan pterocarpin, sedangkan menurut Syafii et al. (1985) mengandung zat ekstraktif antara lain; eusiderin, catechin, dan β- sitosterol. Zat ekstraktif yang terkandung dalam kayu itu dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi. Kayu memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Teknologi yang semakin berkembang memungkinkan kayu dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk bahan konstruksi bangunan, mebel, kerajinan kayu hingga peralatan rumah tangga. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan kayu sebagai bahan konstruksi bangunan juga semakin meningkat (Ratnaningsih, 2001). Perusahaan produsen mebel dan kerajinan kayu juga mengalami peningkatan dalam hal jumlah dan kemampuan berproduksi. Berbagai jenis kayu dengan sifat-sifat yang berbeda sangat diperlukan untuk menghasilkan produk-produk tersebut (Kasmudjo, 2000). Menurut Martawijaya et al. (1989) di Indonesia dikenal lima kelas awet kayu (tabel 1.1). Tiga jenis kayu diatas masuk dalam golongan sebagai berikut :

9 Tabel 1.1. Kelas awet kayu Jenis Kayu Kayu Bengkirai Kelas awet I II III IV V - - - - Keadaan Umur hingga 8 tahun, tidak terserang rayap tanah, keawetan tidak terbatas apabila dipelihara dan dicat dengan teratur Kayu Jati - - - - Umur hingga 5 tahun, tidak terserang rayap tanah, keawetan tidak terbatas apabila dipelihara dan dicat dengan teratur Kayu Albazia - - - - Berumur sangat pendek, sangat cepat terserang rayap tanah, harus dipelihara dan dicat teratur agar keawetan lebih lama ± 5 tahun Berdasarkan tabel diatas digunakan kayu pada tingkat keawetan I,II, dan V untuk mengetahui perbedaaan tingkat keawetan kayu dari mulai keawetan tinggi hingga rendah. Abdurrohim (2000) menyatakan bahwa nilai suatu jenis kayu untuk keperluan industri sangat ditentukan oleh keawetannya karena bagaimanapun kuatnya kayu, penggunaannya tidak akan berarti jika umur pakainya rendah. Nandika (1996) juga melaporkan bahwa kayu di Indonesia 80-85 % merupakan kayu dengan keawetan rendah. Pemanfaatan kayu kelas awet rendah untuk bahan bangunan dan industri lainnya menghadapi banyak kendala antara lain umur pakainya yang relatif singkat karena mudah diserang oleh organism perusak kayu (Suparjana, 2000). Steller dan Labosky (1982) menegaskan bahwa diantara kerusakan kayu yang diakibatkan oleh serangga, rayap tanah merupakan jenis rayap yang menimbulkan kerusakan kayu pada bangunan baik gedung ataupun perumahan paling besar dan luas.

10 Perumahan merupakan sektor yang berkembang di wilayah purwokerto karena adanya peningkatan jumlah penduduk. Terdapat empat lokasi perumahan yaitu perumahan Langen Estate yang terdapat di wilayah Baturaden dan perumahan Purwosari di Baturaden yang memiliki ketinggian lebih dari 100 meter dpl, perumahan Saphire Village di Purwokerto timur dan kompleks wilayah perumahan Ketapang Indah di Sokaraja dengan ketinggian antara 25-100 meter dpl seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Rata-rata pemakaian kayu sebagai konstruksi bangunan di setiap wilayah perumahan yaitu dari jenis kayu kalimantan seperti kayu meranti, kayu bengkirai, selain itu juga terdapat pemakaian kayu albazia dan kayu jati. Dalam hubungannya antara jenis kayu dengan perumahan adalah masing-masing kayu memiliki tingkat keawetan yang berbeda dan rata-rata penggunaan kayu dari tingkat yang lebih baik keawetannya sering digunakan. Menurut Nandika et al, (1999) dalam masa mendatang berbagai jenis rayap perusak kayu dan bangunan masih tetap akan menjadi bagian integral dari ekosistem Indonesia. Bahkan meluasnya pembangunan dan areal pemukiman di berbagai daerah cenderung meningkatkan interaksi antara koloni rayap dengan bangunan gedung. Padahal keawetan alami kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan gedung cenderung semakin rendah. Oleh karena itu, ancaman serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia diperkirakan tetap tinggi. Dengan informasi yang sudah dijelaskan diharapkan dapat mengetahui tentang persebaran rayap di setiap lokasi penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

11 1. Jenis rayap tanah yang menyerang dan bagaimana persebarannya di kompleks perumahan di wilayah purwokerto. 2. Preferensi rayap tanah terhadap jenis-jenis kayu umpan yang dipasang di setiap lokasi penelitian. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui jenis rayap tanah yang menyerang dan persebaran rayap tanah di empat kompleks perumahan di wilayah Purwokerto. 2. Mengetahui preferensi rayap tanah yang menyerang jenis-jenis kayu umpan yang di pasang di setiap lokasi penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang persebaran rayap, jenis rayap dan juga preferensi rayap yang menyerang jenis-jenis kayu yang digunakan sebagai umpan, dan diharapkan dari penelitian ini dapat diambil manfaat dalam memilih kayu sebagai bahan konstruksi bangunan maupun perabotan lainnya.