KETAHANAN LIMA JENIS KAYU BERDASARKAN POSISI KAYU DI POHON TERHADAP SERANGAN RAYAP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

DAFTAR PUSTAKA. Borror Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI LAPANG ABDUSA ALAM

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

oleh/by: Krisdianto & Ginuk Sumarni 1 Abstract Teak wood (Tectona grandis L.f.) has been popularly used as furniture and

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl)

POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT

Physical Properties and Natural Durability of Pengkih Wood Towards Termite Attack (Macrotermes gilvus)

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

III METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

Oleh: Merryana Kiding Allo

JURNAL TEKNIK SIPIL PENGARUH AWAL PEMANFAATAN OLI DAN BRIKET BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

KETAHANAN 20 JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

KOMPOSISI EKSTRAKTIF PADA KAYU JATI JUVENIL

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

AKTIVITAS ANTI RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) TIGA FRAKSI EKSTRAK KAYU PELANJAU (Pentaspadon Motleyi Hook.f)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Transkripsi:

ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 5, No. 2, 2003, Hlm. 77-82 77 KETAHANAN LIMA JENIS KAYU BERDASARKAN POSISI KAYU DI POHON TERHADAP SERANGAN RAYAP TERMITE RESISTANCE OF DIFFERENT OF THE FIVE WOOD SPECIES TREES Nani Nuriyatin +), Enggar Apriyanto +), Novi Satriya +), Saprinurdin ++) +) Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ++) Pemenang Pertama Lomba Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Periode XLI Desember 2003 ABSTRACT Purpose of this study was to compare the resistance of five wood species to termite attack as determined by the lumber position on the tree. The study was conducted at Forestry experimental field and laboratory, University of Bengkulu from September 2002 to April 2003. The wood species used were bawang, laban, pelangas, johar, and pulai. Evaluations were made by subjecting 0.8 x 2 x 20 cm 3 of lumbers originated from base, middle, below the first branching, and top parts of the tree to ground buried test for three and six months. The resistance to termite attack was determined by the percentage of weight lost and score of the lumber damage. It was found that laban was the most resistant wood, as indicated by the smallest weight lost in both test periods, followed by pelangas, bawang, johar, and pulai, respectively. However, based on the damage score, a similar resistance was found on laban, pelangas, bawang, and johar, while pulai was the least resistant. The resistance tended to decrease as the position of lumber goes to the top, although middle and below the first branching were similar. An exception was observed on pulai where all positions were susceptible to termite attack. The termite species was identified as Macrotermes gilvus Hagen. Key words: resistance, wood position, weight loss, termite attack. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketahanan lima jenis kayu terhadap serangan rayap berdasarkan posisi kayu pada pohon. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Kehutanan, Universitas Bengkulu sejak bulan September 2002 hingga 2003. Jenis kayu yang digunakan adalah bawang, laban, pelangas, johar dan pulai. Pengujian dilakukan dengan mengubur contoh kayu ukuran 0.8 x 2 x 20 cm 3 yang diambil dari bagian pangkal, tengah, tepat bawah cabang pertama, dan ujung pohon kelima jenis kayu selama tiga dan enam bulan. Ketahanan diukur berdasarkan persentase kehilangan bobot dan skor kerusakan contoh kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persentase kehilangan bobot, laban merupakan jenis kayu yang paling tahan, diikuti oleh pelangas, bawang, johar, dan pulai. Namun berdasarkan skor kerusakan kayu maka laban, pelangas, bawang, dan johar memiliki tingkat tingkat ketahanan serupa, sedangkan pulai memiliki ketahanan yang lebih rendah. Berdasarkan posisi kayu pada pohon, maka ketahanan cenderung menurun dari pangkal ke ujung, sekalipun posisi tengah dan tepat bawah cabang memiliki ketahanan serupa. Perkecualian ditemukan pada pulai dimana semua posisi kayu rentan terhadap serangan rayap. Jenis rayap yang menyerang adalah Macrotermes gilvus Hagen. Kata kunci: ketahanan, posisi kayu, kehilangan bobot, serangan rayap

Nuriyatin, N. et al. JIPI 78 PENDAHULUAN Kayu merupakan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Namun demikian, ketersediaan bahan baku kayu dari jenis yang komersial semakin menurun. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan dan pemanfaatan kayu dari jenis-jenis lain yang selama ini belum dikenal secara luas seperti kayu bawang, laban, pelangas, johar dan pulai. Pemilihan dan pemanfaatan kayu yang tepat harus didasari oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh kayu yang akan digunakan (Prayitno,1997). Salah satu sifat kayu yang sangat menentukan penggunaan akhir kayu adalah ketahanan kayu terhadap rayap tanah. Hal ini disebabkan rayap merupakan salah satu hama yang menimbulkan kerusakan hebat dan kerugian besar pada produkproduk dari kayu (Eaton and Hale, 1993 ; Haygreen and Bowyer, 1993). Selain itu juga, pemahaman terhadap agen-agen serta kondisikondisi yang dapat membawa kepada kerusakan kayu merupakan suatu kunci kepuasan penggunaan produk-produk hutan sebagai bahan bangunan (Haygreen and Bowyer, 1993). Berbagai jenis kayu banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan seperti kayu laban, johar, pelangas, pulai dan kayu bawang. Kayu pulai termasuk kayu komersial utama, kayu laban termasuk kayu komersial rendah, sedangkan kayu pelangas kayu johar dan kayu bawang merupakan jenis kayu yang kurang dikenal (Soerianegara and Lemmens, 1994; Sosef et al,. 1998). Secara umum kayu laban dan pelangas penggunaannya terbatas sebagai kayu bakar, kayu johar banyak digunakan sebagai bahan kontruksi dan furniture, sedangkan kayu pulai banyak digunakan sebagai bahan baku kotak-kotak kayu, papan tulis dan core untuk kayu lapis (Soerianegara and Lemmens, 1994; Sosef et al., 1998). Kayu bawang merupakan salah satu jenis kayu yang banyak diminati sebagai bahan baku untuk konstruksi bangunan dan peralatan rumah tangga di Bengkulu serta tahan terhadap serangan rayap (RLKT, 1999; Suhaksa, 1999). Fenomena ini menyebabkan perlunya pengkajian tentang sifat-sifat dasar kayu agar diperoleh pemanfaatan kayu secara tepat. Informasi-informasi yang jelas mengenai ketahanan kayu bawang, laban, johar, pelangas dan pulai terhadap serangan rayap tanah belum ada. Oleh karena itu, melalui penelitian yang dilakukan diharapkan akan dapat diperoleh informasi yang lebih akurat mengenai ketahanan kayu bawang, laban, johar, pelangas dan pulai pada berbagai posisi kayu di pohon terhadap serangan rayap tanah melalui uji kubur. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2002 sampai bulan Maret 2003 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Kehutanan Universitas Bengkulu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh uji lima jenis kayu yaitu kayu bawang (Protium javanicum Burm), laban (Vitex pubescens Vahl), johar (Cassia siamea Lamk), pelangas (Aporosa aurita Miq) dan pulai (Alstonia scholaris R.Br.) yang berasal dari posisi pangkal, antara pangkal dan cabang pertama, di bawah cabang pertama, dan bagian ujung batang pohon dengan ukuran 2 cm x 0.8 cm x 20 cm sebanyak 6 ulangan pada setiap posisi per jenis kayu. Contoh-contoh yang digunakan adalah bagian kayu teras. Percobaan dilakukan melalui uji kubur selama 3 bulan dan 6 bulan dengan cara mengubur ¾ bagian contoh uji ke dalam tanah yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal dengan jarak antar contoh uji 60 cm. Variabel yang diamati yaitu persen kehilangan bobot dan tingkat kerusakan kayu terhadap serangan rayap. Persen kehilangan bobot ditentukan dengan rumus: ((W o -W t )/W o )x 100%, W o merupakan berat contoh uji kering oven sebelum uji kubur, W t yaitu berat contoh uji kering oven setelah uji kubur. Selanjutnya tingkat ketahanan contoh uji berdasarkan indikator persen kehilangan bobot dihitung dengan menggunakan klasifikasi menurut Sornnuwat et al. (1995) dalam Febrianto et al. (2000). Tingkat kerusakan kayu terhadap serangan rayap ditentukan melalui pemberian skor mengacu pada penelitian Febrianto et al. (2000).

Ketahanan lima jenis kayu JIPI 79 HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan bobot contoh uji Data rata-rata kehilangan bobot (%) contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon setelah uji kubur selama 3 dan 6 bulan berturutturut disajikan dalam Tabel 1 dan 2. Tingkat kerusakan sampel kayu Rata-rata nilai skor terhadap kerusakan contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon akibat serangan rayap tanah setelah percobaan uji kubur selama 3 bulan dan 6 bulan berturut-turut disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Tingkat kerusakan kayu akibat serangan rayap tergantung jenis kayu dan posisi kayu di pohon (Tabel 3). Kayu bawang, laban, pelangas dan johar memiliki tingkat kerusakan yang sama yaitu tingkat B (hanya ditemukan bekas gigitan rayap). Kayu pulai memiliki tingkat kerusakan C (ratarata terjadi serangan ringan pada sampel kayu). Hal ini berarti pada percobaan uji kubur selama 3 bulan rayap lebih menyukai untuk memakan kayu pulai sebagai sumber makanan, sedangkan jenis kayu laban, kayu bawang pelangas dan johar kurang disukai oleh rayap. Hal ini diduga karena keempat jenis kayu ini memiliki kandungan ekstraktif yang cukup tinggi (Suhaksa, 1999 ; PIKA, 1981). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Supriana (1983 a ) bahwa kekhasan jenis-jenis kayu akan mempengaruhi perilaku rayap, pada saat rayap mencicipi sumber makanan dan jika dirasakan adanya zat ekstraktif maka rayap akan berpindah ke bagian lain dari makanan tersebut atau mencari sumber makanan lain. Kedatangan rayap menuju seluruh contoh uji diduga karena aroma gula yang terdapat dalam kayu merupakan rangsangan awal bagi rayap untuk mendatanginya (Munawar, 2002). Nilai skor kerusakan kayu posisi pangkal sampai tengah hampir sama, sedangkan nilai skor kerusakan contoh uji dari posisi tengah sampai ujung sebagian besar meningkat. Hal ini berarti kerusakan posisi pangkal dan tengah lebih sedikit dibandingkan kerusakan posisi tbc dan ujung pada seluruh jenis kayu. Nilai rata-rata kerusakan sampel kayu setelah 6 bulan uji kubur berkisar antara 3.88 sampai 34.62 (Tabel 4). Rata-rata kerusakan sampel terkecil terdapat pada jenis kayu pelangas dan Tabel 1. Rata-rata kehilangan bobot (%) contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon setelah uji kubur selama 3 bulan No Jenis kayu Posisi Kayu Rata-rata Tingkat Katahanan 1) Pangkal (%) Tengah (%) TBC (%) Ujung (%) (%) 1. Bawang 2.962 3.958 4.733 2.948 3.650 Cukup tahan-tahan 2. Laban 1.014 1.073 0.996 1.092 1.044 Tahan 3. Johar 3.260 2.744 6.226 9.043 5.318 Cukup tahan 4. Pelangas 2.812 3.388 3.923 4.233 3.589 Cukup tahan-tahan 5. Pulai 16.643 10.240 13.075 26.957 16.729 Sangat rentan 1) Klasifikasi tingkat ketahanan menurut Sornnuwat et al., 1995 dalam Febrianto et al., 2000 terbesar pada jenis kayu pulai. Hasil klasifikasi tingkat kerusakan terlihat bahwa kayu bawang, kayu laban, kayu johar dan kayu pelangas memiliki tingkat kerusakan B (terdapat bekas gigitan rayap pada contoh uji). Kayu pulai memiliki tingkat kerusakan C (rata-rata terjadi serangan ringan pada contoh uji). Hal ini menunjukkan pada percobaan uji kubur 6 bulan kayu pulai sangat disenangi oleh rayap, walaupun pada tempat yang sama juga tersedia jenis kayu lainnya. Nilai skor kerusakan kayu posisi pangkal sampai posisi tbc cenderung hampir sama pada seluruh jenis kayu, sedangkan nilai skor kerusakan contoh uji dari posisi tbc sampai ujung cenderung meningkat. Hal ini berarti tingkat ketahanan posisi pangkal sampai posisi tbc cenderung hampir sama pada seluruh jenis, sedangkan tingkat ketahanan dari posisi tbc sampai ujung cenderung menurun.

Nuriyatin, N. et al. JIPI 80 Rata-rata nilai skor kayu bawang, laban, johar dan pulai cenderung meningkat dari uji kubur selama 3 bulan sampai uji kubur selama 6 bulan. Kayu pelangas menunjukkan nilai skor yang hampir sama antara uji kubur selama 3 bulan dan 6 bulan. Hal ini berarti bahwa kerusakan contoh uji kayu bawang, laban, johar dan pulai cenderung meningkat, sedangkan kerusakan contoh uji kayu pelangas hampir sama antara uji kubur selama 3 bulan dan 6 bulan. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis rayap yang menyerang sampel kayu di laboratorium, diketahui bahwa jenis rayap tanah yang ditemukan adalah Macrotermes gilvus Hagen yang termasuk ordo Isoptera, sub-famili Macrotermitideae dan famili Termitidae. Rayap ini sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan. Menurut Supriana (1983 b ), kelembaban tinggi atau kekeringan hebat akan menyebabkan kematian yang tinggi pada rayap. Hasil pengamatan terhadap kelembaban udara dan suhu lingkungan diperoleh kisaran kelembaban 70% sampai 85%, sedangkan suhu memiliki kisaran antara 29 o C sampai 32 o C. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Supriana (1983 b ), suhu sekitar 30 o C merupakan suhu optimum bagi aktivitas hidup rayap perusak kayu. Rayap merusak kayu karena menjadikan kayu sebagai bahan makanan dan kayu sebagai tempat bersarang (Tarumingkeng, 2002). Rayap memakan selulosa kayu untuk kebutuhan hidupnya. Syafii (2002) menjelaskan bahwa perusakan kayu oleh rayap melalui proses mecha-no-biodecomposition, artinya pertama rayap menggigit sampel kayu, selanjutnya kayu didekomposisi dalam perut secara biokimia untuk memperoleh energi guna perkembangan dan pertumbuhannya. Tabel 2. Rata-rata kehilangan bobot (%) contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon setelah uji kubur selama 6 bulan No Jenis kayu Posisi Kayu Rata-rata Tingkat Katahanan 1) Pangkal (%) Tengah (%) TBC (%) Ujung (%) (%) 1 Bawang 11.14 8.96 9.68 11.10 10.22 Rentan 2 Laban 3.11 2.29 2.50 3.01 2.73 Tahan 3 Johar 6.47 8.40 8.67 11.77 8.83 Rentan - Cukup tahan 4 Pelangas 3.08 3.40 3.82 5.66 3.99 Cukup tahan Tahan 5 Pulai 19.96 17.95 39.01 33.76 27.67 Sangat Rentan 1) Klasifikasi tingkat ketahanan menurut Sornnuwat et al., 1995 dalam Febrianto et al., 2000. Tabel 3. Nilai rata-rata skor kerusakan contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon akibat serangan rayap tanah setelah uji kubur selama 3 bulan No Jenis kayu Posisi kayu Rata-rata Tingkat Pangkal Tengah Tbc Ujung Kerusakan 1 Kayu Bawang 5.03 8.68 11.3 6.23 7.81 B 2 Laban 0.9 0.75 1.03 0.95 0.91 B 3 Johar 4.2 4.13 14.53 21.83 11.18 B 4 Pelangas 4.37 3.92 3.55 5.02 4.21 B 5 Pulai 23.67 14.92 20.5 35.58 23.67 C B = Hanya ditemukan bekas gigitan rayap, C= Serangan ringan, berupa saluran yang tidak lebar dan tidak dalam.

Ketahanan lima jenis kayu JIPI 81 Tabel 4. Nilai rata-rata skor kerusakan contoh uji 5 jenis kayu pada berbagai posisi kayu di pohon akibat serangan rayap tanah setelah uji kubur selama 6 bulan No Jenis kayu Posisi kayu Rata-rata Tingkat Pangkal Tengah Tbc Ujung Kerusakan 1 Kayu Bawang 8.15 9.67 8.42 8.37 8.65 B 2 Laban 5.10 6.95 4.4 7.27 5.93 B 3 Johar 13.25 13.92 15.75 12.45 13.84 B 4 Pelangas 4.12 3.35 1.98 6.07 3.88 B 5 Pulai 22.5 29.77 48.15 38.07 34.62 C B= Hanya ditemukan bekas gigitan rayap, C= Serangan ringan, berupa saluran yang tidak lebar dan tidak dalam. KESIMPULAN Tingkat ketahanan kayu bawang, laban, johar dan pelangas yaitu tingkat ketahanan B (berdasarkan indikator nilai skor kerusakan contoh uji) atau tingkat ketahanan cukup tahan sampai tahan (berdasarkan indikator kehilangan bobot), sedangkan kayu pulai memiliki tingkat ketahanan C (berdasarkan indikator nilai skor kerusakan contoh uji) atau tingkat ketahanan sangat rentan (berdasarkan indikator kehilangan bobot). Tingkat ketahanan kayu dari posisi pangkal sampai ujung cenderung menurun, tetapi tingkat ketahanan antara tengah dan tepat di bawah bebas cabang cenderung hampir sama pada kayu bawang, laban, johar dan pelangas, sedangkan pada kayu pulai, seluruh posisi kayu di pohon sangat rentan terhadap serangan rayap tanah. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui Program Penelitian Dosen Muda. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Buang Raharjo, Nur Puadi dan Dwi Retno yang telah membantu dalam penyiapan contoh uji. DAFTAR PUSTAKA Febrianto, F., W.Syafii, dan A.Barata. 2000. Keawetan alami kayu jati (Tectona grandis L.f.) pada berbagai kelas umur. J. Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Vol. 8(2): 25-32. Bogor. Eaton, R.A. and M.D.C. Hale. 1993. Wood Decay, Pests and Protection. Chapman & Hall. London. Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Munawar, S.S. 2002. Preferensi makan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) pada empat jenis bambu. Wana Mukti Forestry Research Journal Volume 1(1):42-51. Lembaga Penerbitan Fakultas kehutanan Universitas Winaya Mukti, Jatinangor. PIKA. 1981. Mengenal Sifat-Sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Prayitno, T.A. 1997. Penggunaan Kayu Bermutu Rendah. Buletin Kehutanan No. 32. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. RLKT. 1999. Budidaya Kayu Bawang. Materi Kampanye Penyuluhan. Sub Balai RLKT Bengkulu, Bengkulu. Sosef, M.S.M., Hong, L.T.and Prawirohatmodjo,S.1998. Plant Resources of South-East Asia No 5(3). Timber trees: Lessers-known timbers. Backhuys Publishers, Leiden.

Nuriyatin, N. et al. JIPI 82 Suhaksa, A. 1999. Hutan rakyat kayu bawang andalan Bengkulu. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi 3/xiii/1999-2000. Jakarta. Supriana, N. 1983 a. Hubungan antara Aktivitas Makan pada Rayap dengan Sifat-sifat Kayu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu (Jakarta, 12-13 Oktober 1983). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Jakarta. Supriana, N. 1983 b. Ekologi rayap perusak kayu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu (Jakarta, 12-13 Oktober 1983). Pusat Kayu (Jakarta, 12-13 Oktober 1983). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Jakarta. Soerianegara, I., and Lemmens, R.H.M.J. 1994. Plant Resources of South-East Asia No 5(1). Timber trees: Major commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. Tarumingkeng, R.C. 2002. Biologi dan Perilaku Rayap. http://www.hayati-ipb.com/ biologi_dan_perilaku_rayap.htm. 09 Agustus 2002.