Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

ABSTRAK. Kata kunci : Kontrasepsi Suntik,Sosial Budaya,Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

1. BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Mitha Destyowati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 Dahliana, Dosen poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan ABSTRAK Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya di negara berkembang. Untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia diperlukan pembahasan mengenai pertumbuhan penduduk (Grown Rate) ditentukan tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingginya minat atau kecenderungan masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi suntikan di pengaruhi oleh popularitas suntikan karena banyak wanita yang menerima kontrasepsi yang memuaskan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu dan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif yang datang di Rumah Bersalin Citra Palembang pada bulan Juli Tahun 213, sampel penelitian yaitu 4 responden. Analisis data dengan uji Chi Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 (ρ value =,33). Ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 (ρ value =,4).Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang kontrasepsi suntik termasuk rumor atau mitos negatif tentang kontrasepsi suntik kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik terhadap kontrasepsi suntik dan bersedia menggunakan kontrasepsi suntik sebagai alat kontrasepsi yang efektif dan efesien. Kata Kunci : Paritas, Pendapatan Keluarga, Kontrasepsi Suntik LATAR BELAKANG Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya di negara berkembang. Berdasarkan hasil sensus penduduk bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 28 tercatat 23,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 % dan diproyeksikan mencapai 211.1 juta jiwa. Pada tahun 28 Indonesia menempati urutan ke empat dari negara yang berpenduduk paling besar di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India dan Amerika Serikat. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun, artinya setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah 3-3,5 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian yang berarti atau tetap dengan pertumbuhan penduduk 1,49% pertahun, maka jumlah tersebut pada tahun 211 akan terus bertambah menjadi 249 juta jiwa atau menjadi 293,7 juta jiwa pada tahun 215 (BKKBN, 211). Untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia diperlukan pembahasan mengenai pertumbuhan penduduk (Grown Rate) ditentukan tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1 penduduk pertahun (Handayani, 21). Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak yang diinginkan dalam keluarga (Suratun, 28). Visi program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga berkualitas 215 untuk mewujudkan penduduk yang berkualitas dimana keluarga menjadi maju, mandiri, sejahtera, dalam kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui keluarga kecil sebagai bagian yang mutlak untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang potensial bagi pembangunan nasional, maka pemerintah lebih banyak berinisiatif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kependudukan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang merupakan salah satu langkah efektif untuk menunda momongan (BKKBN, 211). Beberapa metode kontrasepsi yang ada di Indonesia adalah metode kontrasepsi sederhana tanpa

alat yaitu metode alamiah (metode kalender, metode suhu basal badan, metode lendir cervic), metode amenore laktasi ( MAL), coitus interruptus (senggama terputus), setelah itu kontrasepsi dengan metode menggunakan alat yaitu ( kondom, spermiside, diafagma), implan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi oral (pil kombinasi, pil progestin), suntikan yaitu suntikan kombinasi, suntikan progestin (BKKBN, 28). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan peserta KB baru tahun 211 ini, akan mampu mencapai angka 267 ribu Pasangan Usia Subur (PUS), dan jumlah kelahiran juga akan mengalami penurunan sekitar 14-15 ribu jiwa. Tingginya minat atau kecenderungan masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi suntikan di pengaruhi oleh popularitas suntikan karena banyak wanita yang menerima kontrasepsi yang memuaskan, bagi ibu-ibu yang bekerja menginginkan anak yang lebih sedikit dan munculnya kesadaran bahwa kesuburan yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan serta presentase yang memakai kontrasepsi adalah wanita yang menikah yang berumur 15-49 tahun (BKKBN 29). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi Sumatera Selatan, jumlah akseptor aktif tahun 211 sebanyak 91.346 akseptor dari 1.264.471 pasangan usia subur. Untuk pemakaian kontrasepsi yang tertinggi adalah pengguna kontrasepsi suntikan sebanyak 394.662 akseptor (43,35%). Pengguna pil sebanyak 326.66 akseptor (35,82%). Pengguna implant sebanyak 8.863 akseptor (8,882%). Pengguna IUD sebanyak 4.811 akseptor (4,48%). Pengguna MOW sebanyak 15.17 akseptor (1,67%). Pengguna MOP sebanyak 49 akseptor (,4%). Pengguna kondom sebanyak 52.365 akseptor 5,75% (BKKBN 211). Menurut data kota Palembang tahun 211 jumlah akseptor sebanyak 272.628 orang, peserta KB aktif sebanyak 224.474 orang, jumlah akseptor Intra Uterine Device (IUD) 17.995 akseptor (6,6%), Metode Operasi Pria (MOP) 124 akseptor (,37%), Metode Operasi Wanita (MOW) 14.428 akseptor (5,29%), implan 28.425 akseptor (1 24%), suntik 87.529 akseptor (32,1%), pil 58.394 Akseptor (21, 41%) dan Kondom (16, 679%) Akseptor. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 26). Dan setelah itu paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 29). Pendapatan keluarga ialah tinggi rendahnya status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani, 21). Pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia 2-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa pendapatan keluarga bermakna (p =,39) < α =,5 (Anisa, 211). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Bersalin Citra Palembang Periode Januari sampai Juli 213, jumlah peserta KB aktif sebesar 455 akseptor, yang mendapatkan pelayanan KB suntik sebanyak 31 (68,13%) akseptor, KB pil sebanyak 12 (26,37 %) akseptor, IUD sebanyak 13 (2,85%) akseptor, kondom sebanyak 4 (,87%) akseptor, implant sebanyak 8 (1,75%) akseptor, sedangkan MOW, dan MOP tidak ada akseptor. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah metode survey analitik dimana pengumpulan data dan variabel independen (paritas dan pendapatan keluarga) dan variabel dependen (pemakai kontrasepsi suntik) di ukur dan dikumpul secara bersamaan (Notoatmodjo, 21) B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif yang datang di Rumah Bersalin Citra Palembang dari bulan Januari sampai Juli Tahun 213. Sampel adalah sebagian dari populasi yang datang ke Rumah Bersalin Citra Palembang pada saat penelitian dilakukan. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitan di lakukan di Rumah Bersalin Citra Palembang,waktu penelitian bulan Juli 213. HASIL PENELITIAN 1.Analisa Univariat Tabel 1. a. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 N Pemakaian Kontrasepsi Suntik Jumla h Persentase (%) 1. Ya 26 65, 2. Tidak 14 35, Total 4 1 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang (65,%), sedangkan reponden yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 14 orang (35,%).

b. Pendapatan Keluarga Tabel 2 Distribusi Frekuensi RespondenMenurut Pendapatan Keluargadi Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 No Pendapatan Persentase Jumlah Keluarga (%) 1. Tinggi 22 55, 2. Rendah 18 45, Total 4 1 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,%), sedangkan reponden yang memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 18 orang (45,%). c. Paritas Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 No Paritas Persentase Jumlah (%) 1. Rendah 31 77,5 2. Tinggi 9 22,5 Total 4 1 Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%), sedangkan reponden yang memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 9 orang (22,5%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji chi-square untuk menemukan bentuk hubungan statistik antara variabel independen (pendapatan keluarga dan paritas ibu) dengan variabel dependen (pemakaian kontrasepsi suntik). a.hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Tabel 4 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 N O Pendapa tan Keluarg a Pemakaian Kontrasepsi Suntik Jumla h Ya Tidak n % n % N % 1. Tinggi 18 81,8 4 18,2 22 1 ρ v a l u e 2. Rendah 8 44,4 1 55,6 18 1 Sumber : Data Primer, 213 Pada tabel 4 didapatkan dari 22 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan tinggi sebanyak 18 orang (81,8%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 18 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 8 orang (44,4%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value =,33 (< α =,5) artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik. b. Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Tabel 5 Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 N o Paritas Pemakaian Kontrasepsi Suntik Jumlah Ya Tid ak N % N % n %, 3 3 ρ val ue 1. Rendah 24 77,4 7 22,6 31 1, 2. Tinggi 2 22,2 7 77,8 9 1 4 Sumber : Data Primer, 213 Pada tabel 5 didapatkan dari 31 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas rendah sebanyak 24 orang (77,4%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 9 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value =,4 (<α =,5) artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik.

PEMBAHASAN 1.Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dari hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang (65,%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 14 orang (35,%). Menurut Handayani (21) kontrasepsi suntikan adalah pencegahan konsepsi/ pencegahan terjadinya pembuahan/ mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan telur dari wanita setelah persetubuhan.penelitian yang dilakukan oleh Anisa (211) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi, didapatkan hasil penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB tertinggi pada alat kontrasepsi suntik, yaitu 32,7% dan terendah alat kontrasepsi spiral yaitu 2,7 %. Sedangkan yang menggunakan KB pil sebanyak 29,1%. Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menggunakan KB suntik yaitu sebanyak 65,%, namun sebanyak 35,% ibu tidak menggunakan KB suntik, hal ini dikarenakan berdasarkan wawancara dengan ibu akseptor KB dilapangan, keengganan ibu untuk menggunakan KB suntik disebabkan ibu mengalami pusing dan mual, dan ada beberapa ibu yang mengalami penambahan berat badan selama menggunakan KB suntik. Selama penelitian dilakukan cakupan terbesar akseptor KB di Rumah Bersalin Citra Palembang adalah akseptor yang menggunakan KB suntik. 2. Pendapatan Keluarga Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 18 orang (45,%). Menurut Handayani (21) tinggi rendahnya status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin. Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani (211) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB suntik di Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala Cibadak-Lebak, didapatkan hasil pendapatan keluarga tinggi sebanyak 71 orang (56,8%) dan yang rendah sebanyak 54 orang (43,2%). Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan tinggi yaitu sebanyak 55,%. Walaupun penggalakan program KB mandiri dilakukan, tetapi ada kebijakan dari pemerintah bagi keluarga prasejahtera yaitu disediakannya alat/ obat kontrasepsi gratis. Peneliti menggolongkan penghasilan tinggi jika penghasilan keluarga perbulan lebih dari UMR (Rp. 1.48.44) dan penghasilan rendah jika penghasilan keluarga kurang dari dari UMR (Rp. 1.48.44). 3.Paritas Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 9 orang (22,5%). Menurut Prawirohardjo (21) paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 5 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah nullipara yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan, primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali, multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 2 orang anak, dan Grande multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 5 orang anak Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani (211) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB suntik di Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala Cibadak-Lebak, didapatkan hasil sebagian responden mempunyai paritas rendah sebanyak 92 orang (73,6%) dan yang mempunyai paritas rendah sebanyak 33 orang (26,4%). Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden dikategorikan dalam paritas rendah yaitu sebanyak 77,5%. Hal ini diasumsikan bahwa umur ibu yang memiliki jumlah anak cukup di usia reproduktif yaitu 19-35 tahun, sehingga dalam memilih metode kontrasepsi cenderung untuk menjarangkan atau menunda kelahiran sehingga memilih alat kontrasepsi suntik, bukan untuk menghentikan kehamilan seperti kontrasepsi yang bersifat permanen yaitu sterilisasi wanita atau pria yang merupakan kontrasepsi bukan hormonal 4.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dari 22 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan tinggi sebanyak 18 orang (81,8%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 18 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak

8 orang (44,4%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value =,33 (<α =,5) artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Andrini (29) bahwa dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian KB suntik erat kaitannya dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Jadi jumlah penghasilan nyata dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam suatu rumah tangga. Hasil penelitian ini sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh Anisa (211) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi, didapatkan hasil status ekonomi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia 2-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p =,39 < α =,5. Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan dikarenakan dengan adanya Jamkesmas, keluarga miskin akan mendapatkan pelayanan KB secara cumacuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini dimaksudkan agar keluarga yang berpendapatan rendah tidak kesulitan dalam mengakses program KB, karena bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka beban pembangunan akan bertambah. 5. Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dari 31 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas rendah sebanyak 24 orang (77,4%), lebih besar jika dibandingkan dengan dari 9 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value =,4 (<α =,5) artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (21) yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak di rencanakan. Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan didapatkan data bahwa mayoritas ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik mempunyai paritas dalam kategori risiko rendah (1-3 orang anak). Ibu yang ingin mempunyai anak lagi lebih suka menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Berdasarkan penelitian Herlina (26), dengan menggunakan hasil tabel silang diketahui bahwa sebagai besar akseptor yang paritas rendah memakai alat kontrasepsi suntikan berjumlah 8 akseptor (47,1%). Sementara diketahui bahwa akseptor yang paritas rendah dan tidak memakai alat kontrasepsi suntikan berjumlah 23 akseptor (28%). Sedangkan paritas tinggi yang tidak memakai kontrasepsi suntikan berjumlah 9 akseptor (52%). Dari hasil chi square didapatkan hasil p value=,46 <,5. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemakaian alat kontrasepsi suntikan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang (65,%) dan reponden yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 14 orang (35,%). 2. Distribusi frekuensi responden yang memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,%) dan reponden yang memiliki pendapatan rendah sebanyak 18 orang (45,%). 3. Distribusi frekuensi responden yang memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%) dan reponden yang memiliki paritas tinggi sebanyak 9 orang (22,5%). 4. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 (ρ value =,33). 5.Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 213 (ρ value =,4). Saran 1.Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang kontrasepsi suntik termasuk rumor atau mitos negatif tentang kontrasepsi suntik kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik terhadap kontrasepsi suntik dan bersedia menggunakan kontrasepsi suntik sebagai alat kontrasepsi yang efektif dan efesien.

2.Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Untuk menyempurnakan rancangan penelitian dengan disarankan memakai metode kualitatif supaya waktu yang diberikan pada peneliti lebih banyak sehingga populasi yang di dapat lebih banyak lagi, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan minat ibu dalam menggunakan kontrasepsi suntik. DAFTAR PUSTAKA Anisa, Ria. 211. faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi pada pus diwilayah kerja puskes. (online). http://lubmazresearch.wordpress.com/211/5/3/faktor -faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi pada pus di wilayah kerja puskes BKKBN, (28). Paduan Advokasi KB. Jakarta: 28 (29). Panduan Advokasi KB. Jakarta: 29 (211). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: 211 Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, (211). (Online) (http://www. Datadinkes. Com/cover/view, diakes April 213) Notoatmojo, Soekidjo (21). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rieka cipta. Prawirohardjo, (29). Ilmu Kebidanan. (http://eprints.undip.ac.id/ Prawirohardjo. Pdf. Kebidanan tanggal 22 mei 29) Handayani, Sri. (21). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :Pustaka Rihama. Saifuddin, Abdul Bari. (26). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Setya Arum, Dyah Noviati. (29). Paduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.Yogyakarta : Nuha Medika Sulistyawati, Ari. (211). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Suratun, dkk. (28). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta; TIM Winkjosastro, Hanafi. (28). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka.