Prinsip Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang

dokumen-dokumen yang mirip
a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2


Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Struktur Beton Bertulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Kekurangannya adalah: - Kekuatan tarik yang rendah, keuletan yang rendah dan beberapa penyusutan.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB III LANDASAN TEORI

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

Dinding Penahan Tanah

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

MATERIAL BETON PRATEGANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN APLIKASI BERBASIS ANDROID DALAM PENINGKATAN MUTU HASIL PEMBELAJARAN (Studi Kasus Pada Mata Kuliah Struktur Beton Bertulang)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

Transkripsi:

Mata Kuliah : Perancangan Struktur Beton Kode : CIV - 204 SKS : 3 SKS Prinsip Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang Pertemuan - 1

S1 Ilmu Dasar Sains S2 Statika Reinforced Kalkulus S3 Mek. Bahan S4 Analisis Struktur You are here S5 Peranc.Str. Beton Peranc.Str. Baja S6 S6 Din.Str.&Rek.Gempa Pil. Str. Baja Lanjutan Str. Beton Lanjutan

Semua materi kuliah (slide) dapat di download melalui : www.ocw.upj.ac.id Textbook banyak tersedia di dunia maya, a.l : www.en.bookfi.org ; www.scribd.com ; www.4shared.com Dosen hanya sebagai fasilitator kuliah Tugas berupa tugas besar perancangan struktur beton rumah tinggal 2 lantai (penjelasan ada di detail tugas) Toleransi terlambat kuliah maksimum 10 menit.

Sub Pokok Bahasan : Prinsip Dasar Beton Bertulang Konsep dan Peraturan Perencanaan Sifat Mekanis Beton & Tulangan Baja Text Book : Bobot Penilaian : Tugas : 60 % Ujian Tengah Semester : 20% Ujian Akhir Semester : 20% 1. Wight, J.K, MacGregor, J.G. (2009). Reinforced Concrete Mechanics & Design. 5 th ed. Pearson Prentice Hall. ISBN : 978-0-13-207474-2 2. Hassoun, M.N., Al-Manaseer, A. (2005). Structural Concrete Theory and Design. 3 rd ed. John Wiley&Sons. ISBN : 0-471-69164-X 3. BSN. (2013) Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. SNI 2847:2013 4. ACI 318M-11. (2011) Building Code Requirements for Structural Concrete. American Concrete Institute

Beton merupakan material konstruksi yang diperoleh dari pencampuran pasir, kerikil/batu pecah, semen serta air. Terkadang beberapa macam bahan tambahan di campurkan ke dalam campuran tersebut guna memperbaiki sifat sifat dari beton, antara lain untuk meningkatkan workability, durability serta waktu pengerasan beton. Campuran beton tersebut seiring dengan bertambahnya waktu akan menjadi keras seperti batuan, dan memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tariknya rendah. Beton bertulang adalah kombinasi dari beton serta tulangan baja, yang bekerja secara bersama sama untuk memikul beban yang ada. Tulangan baja akan memberikan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Selain itu tulangan baja juga mampu memikul beban tekan, seperti digunakan pada elemen kolom beton.

SEJARAH BETON BERTULANG 126 M : Pantheon, Roma 1824 : Joseph Aspdin memproduksi semen Portland 1867 : Joseph Monier mempatenkan beton bertulang, 1873 (tanki dan jembatan beton bertulang), 1877 (balok dan kolom beton bertulang) 1877 : Thaddeus Hyatt memberi dasar teori elastik dalam perencanaan beton bertulang 1884 : Ransome memperkenalkan tulangan ulir 1902 : Ransome memperkenalkan tulangan spiral 1928 : Eugene Freyssinet memperkenalkan beton prategang 1915 1935 : dikembangkan banyak riset tentang kolom beton dan masalah rangkak 1940 : riset di bidang kolom dengan beban eksentris 1963 : ACI memperkenalkan metode desain dengan konsep kekuatan yang bertahan hingga kini

Advantages & Disadvantages MUDAH DICETAK TENAGA KERJA

Elevated Framing Systems One-Way System Spans across parallel lines of support furnished by walls and/or beams Two-Way System Spans supports running in both directions

One-Way Slab & Beam

Two-Way Flat Slab Flat slab w/ reinforcing beams Flat Plate Drop Panel With, or w/o Capitals or drop panels Drop Panel w/ Capital

Two-Way Waffle Slab

Pada umumnya tiap negara memiliki peraturan masing masing. Di Amerika Serikat, sebelum tahun 2000 dikenal tiga macam standar perencanaan bangunan yaitu Uniform Building Code (UBC), Standard Building Code dan Basic Building Code. Ketiga macam peraturan ini mencakup persyaratan persyaratan dalam proses desain suatu struktur bangunan. Setelah tahun 2000, ketiga macam peraturan ini digantikan oleh International Building Code (IBC) yang selalu diperbaharui setiap 3 tahun. Sedangkan peraturan desain yang lebih spesifik untuk struktur beton bertulang diatur dalam Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318M-11). Di Indonesia sendiri peraturan desain struktur beton diatur dalam SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, yang disusun dengan mengacu pada peraturan ACI 2011

Konsep perencanaan yang dianut oleh ACI maupun SNI adalah berbasis kekuatan, atau yang lebih sering dikenal sebagai metode LRFD (Load and Resistance Factor Design) Dengan menggunakan konsep ini, maka persyaratan dasar yang harus dipenuhi dalam desain adalah : Kuat Rencana f(kuat Nominal) > Kuat Perlu > U

Beton (Concrete) Bahan Penyusun Portland Cement Coarse Aggregate Fine Aggregate Water Admixtures (optional)

Semen Bahan dasar pembuat semen sebenarnya adalah batu kapur yang mengandung CaO, serta lempung atau tanah liat yang banyak mengandung SiO 2 dan Al 2 O 3 Material-material ini dicampur dan ditambahkan gips dalam jumlah yang cukup, kemudian dibakar dalam klinker dan kemudian didinginkan

Semen 4 unsur utama yang paling penting yang terkandung dalam semen, yaitu : Trikalsium Silikat (C 3 S) atau 3CaO.SiO 2 Dikalsium Silikat (C 2 S) atau 2CaO.SiO 2 Trikalsium Aluminat (C 3 A) atau 3CaO.Al 2 O 3 Tetrakalsium aluminoferit (C 4 AF) atau 4CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3

Semen Secara umum sesuai dengan standar dari American Society for Testing and Materials (ASTM), jenis semen dapat dikategorikan menjadi lima jenis sebagai berikut : Tipe I jenis semen biasa yang dapat digunakan pada pekerjaan konstruksi umum Tipe II merupakan modifikasi dari semen tipe I, yang memiliki panas hidrasi lebih rendah dan dapat tahan dari beberapa jenis serangan sulfat Tipe III merupakan tipe semen yang dapat menghasilkan kuat tekan beton awal yang tinggi. Setelah 24 jam proses pengecoran semen tipe ini akan menghasilkan kuat tekan dua kali lebih tinggi daripada semen tipe biasa, namun panas hidrasi yang dihasilkan semen jenis ini lebih tinggi daripada panas hidrasi semen tipe I Tipe IV merupakan semen yang mampu menghasilkan panas hidrasi yang rendah, sehingga cocok digunakan pada proses pengecoran struktur beton yang massif Tipe V digunakan untuk struktur struktur beton yang memerlukan ketahanan yang tinggi dari serangan sulfat.

Type III - High Early Type IV - Low Heat of Hydration Type I - Normal Type I - Normal

Agregat Agregat menempati 70 hingga 75% volume beton yang mengeras Agregat yang dapat melalui saringan No.4 (4,75 mm) dapat diklasifikasikan sebagai agregat ringan Agregat yang tertahan di saringan No.4 diklasifikasikan sebagai agregat kasar

Agregat Ukuran maksimum agregat dibatasi menurut SNI 03-2847-2002 pasal 5.3.2, yaitu disyaratkan bahwa ukuran agregat tidak melebihi dari : 1/5 kali jarak terkecil antara bidang samping cetakan 1/3 kali tebal pelat 3/4 kali jarak bersih antara tulangan, jaring kawat baja, bundel tulangan, tendon, atau bundel tendon prategang

Air Air merupakan bahan yang penting juga dalam pembuatan suatu campuran beton. Air yang dicampur dengan semen akan membungkus agregat halus dan agregat kasar menjadi satu kesatuan. Pencampuran semen dan air akan menimbulkan suatu reaksi kimia yang disebut dengan istilah reaksi hidrasi Perbandingan antara jumlah berat air dengan jumlah berat semen (rasio air semen) memegang peranan vital dalam hal kuat tekan beton Agar reaksi hidrasi dapat berlangsung, pada umumnya dibutuhkan air sebanyak kurang lebih 25% dari berat semen (atau dikatakan rasio air semen = 0,25). Untuk beton normal, rasio air semen pada umumnya berkisar antara 0,40 hingga 0,60, sedangkan untuk beton mutu tinggi rasio air semen biasanya diambil cukup rendah hingga 0,20

Bahan Tambah (Admixtures) accelerating admixtures air-entraining admixtures water-reducing admixtures set retarding admixtures high range water reducer Bahan tambah pozolan

Sifat Mekanik Beton Kuat Tekan (f / c) Kuat Tarik (f sp ) Kuat Lentur (f r ) Modulus Elastisitas (E) E 4. 700 f c

Susut (Shrinkage) Selama beton dalam proses pengerasan setelah dicetak, beton akan mengalami perubahan volume. Jika kadar air dalam beton berkurang karena proses evaporasi, maka beton akan menyusut, namun apabila beton direndam dalam air, maka beton akan mengembang. Beberapa penyebab perubahan volume dalam beton antara lain adalah adanya perubahan kadar air, reaksi kimia antara semen dengan air, adanya perubahan temperatur serta adanya beban yang diberikan pada beton. Seiring dengan mengeringnya beton, maka volume akan menyusut, yang kemungkinan diakibatkan oleh adanya tegangan tarik kapiler dari air yang ada dalam beton.

Susut (Shrinkage) Nilai susut beton berkisar antara 200 hingga 700 10 6, sedangkan untuk beton normal, nilai susutnya dapat diambil sebesar 300 10 6. Apabila potensi susut pada beton tidak dikontrol dengan baik, maka akan menimbulkan retak-retak pada pelat atau dinding beton. Pada struktur statis tak tentu, adanya susut akan menimbulkan tegangan tambahan yang cukup besar dan membahayakan. Karena akibat-akibat yang merugikan ini, maka potensi susut pada beton harus diminimalisir. Untuk mengurangi potensi susut beton, pada umumnya beton dirawat, dapat dengan disiram atau direndam dalam air, selama jangka waktu tidak kurang dari 7 hari

Rangkak (Creep) Beton adalah merupakan material yang bersifat elastoplastis, dan diawali dengan tegangan yang kecil, regangan plastis akan muncul sebagai tambahan dari regangan elastis. Setelah beban tetap bekerja, maka deformasi plastis akan berlanjut hingga jangka waktu kurang lebih satu tahun. Deformasi ini akan bertambah dengan cepat pada sekitar 4 bulan pertama setelah beban bekerja. Deformasi plastis yang terjadi selama beban tetap bekerja sering dikenal dengan istilah rangkak (creep).

Rangkak (Creep) Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship

Sample collected Slump Cone Filled Cone Removed and Concrete Allowed to Slump Slump Measured

Tulangan Baja (reinforcement) Tulangan baja, yang biasanya berupa batang baja bulat, diletakkan di dalam beton, khususnya di daerah tarik, untuk memikul gaya tarik yang timbul dari beban eksternal yang bekerja pada struktur beton. Tulangan memanjang yang diletakkan dalam beton, dan berfungsi memikul gaya tarik ataupun tekan yang terjadi, dinamakan sebagai tulangan utama. Pada elemen pelat, terkadang diberikan tulangan dalam arah tegak lurus tulangan utama yang disebut sebagai tulangan sekunder, atau tulangan pembagi. Pada elemen balok, terdapat tulangan dalam arah melintang dari tulangan utama, yang berfungsi untuk memikul gaya geser, tulangan ini disebut dengan tulangan geser atau tulangan sengkang.

Tulangan Baja (reinforcement) Tulangan berbentuk penampang lingkaran paling banyak digunakan dalam struktur beton bertulang. Berdasarkan bentuknya, tulangan baja terdiri dari tulangan baja polos dan tulangan baja sirip (deform). Tulangan baja polos, di lapangan dinotasikan sebagai Bj.TP, sedangkan tulangan baja sirip/deform biasa dinotasikan sebagai Bj.TD. Dalam aplikasi di lapangan, disarankan untuk menggunakan tulangan baja sirip untuk digunakan sebagai tulangan utama karena bentuk penampangnya yang bersirip mampu meningkatkan lekatan dengan beton serta mengurangi lebar retak beton pada daerah tarik.

Tulangan Baja (reinforcement) Ukuran diameter tulangan baja tersedia di lapangan mulai dari diameter 6 mm, 8, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 29, 32 hingga 50 mm. Mutu dari baja tulangan ditentukan berdasarkan kuat lelehnya (f y ).

Tulangan Baja (reinforcement) Jenis tulangan baja selain bentuk batang seperti dijelaskan di atas, adalah berbentuk jaring kawat baja. Jaring kawat baja adalah jaringan kawat yang berbentuk segi empat dari hasil penarikan dingin dan dibuat dengan pengelasan empat titik. Jaring kawat baja atau sering dikenal dengan istilah wire-mesh, dikenali berdasarkan diameter kawat baja dan ukuran lubang kotaknya (jarak pusat ke pusat antara kawat baja). Kawat baja yang digunakan harus memiliki kuat tarik minimum yang tidak kurang dari 490 MPa.

HOTEL JAYAKARTA LABUAN BADJO, FLORES JAKARTA EYE CENTER, KEDOYA

HOTEL AMARIS MANGGA BESAR HOTEL AMARIS SENEN, KRAMAT RAYA

Toserba Trio, Wonosobo MG Suites Maven, Semarang Grand Edge Hotel, Semarang (construction progress)

Insert one of your structural design here!!