Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Statistik KATA PENGANTAR

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Transkripsi:

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.135,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp 276 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,45 persen terhadap tahun 2003 dimana laju pertumbuhannya selalu bergerak lebih tinggi dibandingkan dengan total PDB nasional sebesar 4,86 persen. Pertumbuhan PDB UKM terjadi hampir di semua sektor ekonomi, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,02 persen, diikuti sektor bangunan sebesar 7,48 persen dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,64 persen. Bila dilihat berdasarkan skalanya, sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan Usaha Besar. Pada tahun 2003 dari 4,61 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,69 persen berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, pada tahun 2004 dari 4,86 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, meningkat menjadi 2,85 persen berasal dari pertumbuhan UKM. Jumlah unit usaha UKM pada tahun 2004 adalah sebesar 43,22 juta naik 1,61 persen terhadap tahun sebelumnya, sementara jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UKM pada tahun yang sama sebesar 79,06 juta pekerja yang ternyata lebih rendah 337.332 pekerja dibandingkan tahun 2003 sebanyak 79,40 juta pekerja. Peranan ekspor UKM terhadap ekspor non migas tercatat 19,94 persen di tahun 2004, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan sumbangannya di tahun 2003 yaitu 20,15 persen. Besaran Investasi fisik yang tergambar dari angka-angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) UKM di PDB baik secara nominal maupun secara riil menunjukan peningkatan dari tahun 2003 ke 2004, walaupun laju pertumbuhannya lebih lambat (8,93 persen) dibandingkan dengan laju pertumbuhan investasi secara total sebesar 11,37 persen di tahun 2004. Tingkat pertumbuhan investasi di UKM pada tahun 2004 merupakan yang tertinggi dalam periode 2001-2004. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan PMTB dan PDB Nasional secara total. I. Kinerja Ukm 1.1. Nilai Tambah Peranan Usaha Kecil Menengah dalam penciptaan nilai tambah di tahun 2004 lebih rendah dibandingkan peranan UKM di tahun 2003. Pada skala Usaha Kecil dari 41,07 persen pada tahun 2003 menjadi 40,36 persen pada tahun 2004 dan pada skala Usaha Menengah dari 15,6 persen menjadi 15,51 persen. Sebaliknya peranan Usaha Besar semakin bertambah dari 43,33 persen pada tahun 2003 menjadi 44,12 persen pada tahun 2004.

Gambar 1. Peranan PDB Tahun 2003 dan 2004 2003 2004 Bila ditelaah secara sektoral Usaha Kecil memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor tersier seperti perdagangan, hotel dan restoran. Penciptaan nilai tambah Usaha Kecil di masing-masing sektor tersebut tercatat lebih dari 75 persen selama periode 2001-2004. Sebaliknya Usaha Besar memiliki keunggulan dalam pengolahan lebih lanjut dari produk-produk primer seperti industri pengolahan, listrik dan gas kota, komunikasi, serta menguasai sektor pertambangan. Di masing-masing sektor ini Usaha Besar menciptakan nilai tambah lebih dari 70 persen. Sedangkan Usaha Menengah memiliki peranan yang besar dalam penciptaan nilai tambah, subsektor hotel, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan subsektor kehutanan. Tabel 1. Rata-rata Struktur PDB Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2004 (Persen) LAPANGAN USAHA Rata-rata 2001-2004 Kecil Menengah Besar Jml 1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 85,89 9,05 5,06 100,00 Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 7,42 3,09 89,49 100,00 3. Industri Pengolahan 14,95 12,80 72,25 100,00 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,54 7,34 92,12 100,00 5. Bangunan 43,57 22,61 33,82 100,00 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 75,19 21,06 3,75 100,00 7. Pengangkutan dan Komunikasi 35,35 26,40 38,25 100,00 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 16,17 46,32 37,51 100,00 Persh. 9. Jasa-jasa 35,78 7,22 57,00 100,00 PDB 40,65 15,39 43,96 100,00 PDB TANPA MIGAS 46,00 17,27 36,73 100,00

Pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Usaha Menengah mencapai 4,64 persen terhadap tahun sebelumnya, sementara Usaha Kecil 3,45 persen dan Usaha Besar sekitar 2,98 persen. Pada tahun 2004 Usaha Menengah tumbuh semakin pesat sebesar 6,10 persen terhadap tahun 2003, sementara Usaha Kecil tumbuh 5,18 persen dan Usaha Besar hanya tumbuh 4,04 persen. Namun demikian akselerasi pertumbuhan yang tinggi ini nampaknya tidak menjadikan Usaha Menengah memberikan sumbangan paling tinggi dalam pertumbuhan ekonomi nasional mengingat peranannya dalam penciptaan nilai tambah secara keseluruhan relatif kecil dibandingkan dengan kelompok usaha yang lain. Gambar 2. Laju Pertumbuhan PDB UKM Tahun 2001-2004 Dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,86 persen di tahun 2004 hanya 0,84 persen saja yang berasal dari Usaha Menengah. Sebaliknya walaupun akselerasi pertumbuhan kelompok Usaha Kecil dan Besar tidak secepat Usaha Menengah, namun dengan peranannya yang cukup besar dalam penciptaan nilai tambah nasional sumbangan kedua kelompok usaha ini menjadi cukup tinggi. Pada tahun 2004 sumbangan Usaha Kecil dan Besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sama besarnya yaitu 2,01 persen. Gambar 3. Sumbangan Laju PDB UKM Tahun 2001-2004

1.2. Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Produktivitas Kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah sangat berbeda antara satu kelompok usaha dengan lainnya dan mencerminkan karakteristik masing-masing. Tercatat ada 43,34 juta unit Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2004, meningkat 1,61 persen dibandingkan dengan tahun 2003. Sementara tenaga kerja yang bekerja pada UKM pada tahun 2004 sejumlah 79,06 juta pekerja, lebih rendah 337.332 pekerja dibandingkan tahun 2003 sebanyak 79,4 juta pekerja. Produktivitas Usaha Kecil sebesar Rp 10,37 juta per tenaga kerja per tahun pada tahun 2003, dan meningkat cukup besar pada tahun 2004 menjadi Rp 11,57 juta per tenaga kerja. Sementara itu produktivitas kelompok Usaha Menengah dan Besar pada tahun 2003 masing-masing sebesar Rp 33,70 juta dan Rp. 1,87 miliar per tenaga kerja per tahun. Pada tahun 2004 besaran ini meningkat masing-masing menjadi Rp 38,71 juta dan Rp. 2,22 miliar per tenaga kerja per tahun. Nampaknya masing-masing kelompok usaha memiliki keunggulan komparatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Kelompok Usaha Besar memiliki potensi sebagai motor pertumbuhan, sementara kelompok Usaha Kecil sebagai penyeimbang pemerataan dan penyerapan tenaga kerja. 1.3. Ekspor UKM Nilai barang non migas produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami sedikit peningkatan dari Rp 77,09 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 91,68 triliun pada tahun 2004, atau peranannya terhadap ekspor non migas nasional rnenurun dari 20,15 persen tahun 2003 menjadi 19,94 persen pada tahun 2004. Penurunan ini disebabkan mulai bergesernya produk ekspor dari UKM ke produk hasil usaha besar yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi seperti produksi mesin dan alat transportasi, pupuk, kimia dan barang dari karet yang mengunakan teknologi tinggi. Tabel 2. Nilai Ekspor Non Migas Tahun 2003 dan 2004 (Rp. Milyar) SKALA USAHA 2003 2004 Nilai Share Nilai Share

1. USAHA KECIL 19.941 5,21 23.776 5,17 2. USAHA MENENGAH 57.156 14,94 67.904 14,77 3. USAHA KECIL DAN MENENGAH 77.097 20,15 91.680 19,94 4. USAHA BESAR 416.139 79,85 368.019 80,06 JUMLAH 382.534 100,00 459.699 100,00 II. INVESTASI UKM 2.1. Struktur Investasi Selama 2001-2004 iklim investasi pada berbagai tingkat skala usaha masih belum berubah. Dalam kurun waktu 2001-2004 Usaha Kecil masih merupakan kelompok yang paling rendah penyerapan investasinya yaitu rata-rata sebesar 18,54 persen per tahun dan diikuti oleh Usaha Menengah rata-rata sebesar 23,24 persen per tahun. Secara keseluruhan penyerapan investasi pada Usaha Kecil dan Menengah hanya mencapai 41,78 persen per tahun. Gambar 4. Rata-rata Penyerapan Investasi Tahun 2001-2004 Bila hal ini dibandingkan dengan jumlah usaha yang demikian besar pada kelompok ini maka dapat dikatakan bahwa Usaha Kecil bukan merupakan usaha yang bersifat padat modal. Pada periode 2001-2004 secara rata-rata tingkat investasi pada Usaha Kecil adalah sebesar Rp 67,1 triliun per tahun dan Usaha Menengah sebesar Rp 84,1 triliun per tahun atau masing-masing setara dengan Rp 1,6 juta per usaha untuk kelompok kecil dan Rp 1,5 miliar per usaha untuk kelompok menengah. Hal ini sangat mencolok bila dibandingkan dengan Usaha Besar yang menyerap Rp 100,4 miliar per unit usaha. Tabel 3. Rata-rata Investasi, Unit Usaha dan Investasi per Unit Tahun 2001 dan 2004 SKALA USAHA INVESTASI (Rp. Milyar) UNIT USAHA INVESTASI PER UNIT (Rp. JUTA) 1. USAHA KECIL 67.053 41.328.184 1,6 2. USAHA MENENGAH 84.126 58.007 1.450,3

4. USAHA BESAR 210.867 2.101 100.376,9 JUMLAH 362.045 41.388.291 8,7 2.2. Pertumbuhan Investasi Pada tahun 2004 kelompok Usaha Kecil mengalami laju pertumbuhan investasi sebesar 8,58 persen. Sementara kelompok Usaha Menengah dan Besar masing-masing mencapai 9,20 persen dan 13,19 persen. Pada periode yang sama nampak sekali bahwa investasi Usaha Besar lebih banyak terkonsentrasi di dalam sektor-sektor yang padat modal seperti jasa jasa sebesar 35,64 persen dan listrik, gas dan air bersih sebesar 17,69 persen. Sementara baik Usaha Kecil dan Usaha Menengah terpusat pada sektor-sektor yang padat karya seperti pengangkutan masing-masing 30,47 persen dan 24,59 persen serta keuangan 23,9 persen dan 19,88 persen. Gambar 5. Laju Pertumbuhan Investasi Tahun 2001-2004 (Persen) Dengan menggunakan ICOR lag 0 selama 2001-2004 dibutuhkan 5,4 satuan investasi untuk menambah satu satuan PDB nasional. Pada periode yang sama kelompok Usaha Kecil membutuhkan tambahan investasi sebesar 2,4 satuan untuk meningkatkan satu satuan PDB Usaha Kecil. Hal ini menunjukkan bahwa Usaha Kecil bukanlah kelompok usaha padat modal. Sementara dengan menggunakan ICOR lag 1 Usaha Menengah membutuhkan tambahan investasi sebesar 5,6 satuan untuk rneningkatkan satu satuan PDB Usaha Menengah dan Usaha Besar membutuhkan tambahan investasi sebesar 7,7 satuan untuk meningkatkan satu satuan PDB Usaha Besar.