BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari

Laporan Hasil Kajian Sistem Pengelolaan PNBP Minerba 2013 PENGANTAR

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

BAB II LANDASAN TEORI

Kebijakan PNBP KL dan Temuan-Temuan Pelaksanaan PNBP yang Tidak Optimal

BAB I PENDAHULUAN. Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN IMPLEMENTASI SEGMEN AKUN PNBP BARU DALAM BAS

Kata Sambutan Kepala Badan

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bagian sebelumnya,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

TRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 KEMENTERIAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN PELAKSANA : - - HAL PROG. ID : lui_pend01 % REAL. PEND

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum

Ekonomi Bisnis dan Financial

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,

PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA. Oleh : Indra Syahputra Lubis

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan suatu organisasi. Pengelolaan piutang yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Artinya setiap kehidupan berbangsa dan bernegara kita telah diatur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

RENCANA KERJA TAHUN 2006 DJAPK A. Bidang Ekonomi Makro. 1. Melakukan pembentukan dan pengembangan sistem informasi dan analisa ekonomi makro; 2.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARAN BUKAN PAJAK

Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016

BUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.

PENGELOLAAN PNBP SDA KEHUTANAN. Jakarta 9 Oktober 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas

Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

Minerba One Map Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan.

Membedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

21 Universitas Indonesia

DATA POKOK APBN

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

KAJIAN SISTEM PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) MINERAL DAN BATUBARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Penerimaan Laba Badan Usaha Milik Negara

Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 25 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.01/2013 TENTANG

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). PNBP timbul karena adanya pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dalam pelayanan, pengaturan, perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara termasuk pemanfaatan sumber daya alam. PNBP mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang diharapkan pemerintah. Untuk mencapai target PNBP, diperlukan langkahlangkah strategis oleh pemerintah di bidang pendapatan negara. Sesuai dengan UU No.20 Tahun 1997 tentang PNBP, PNBP dapat dikelompokkan menjadi : 1. Penerimaan yang berasal dari pengelolaan dana pemerintah; 2. Penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam; 3. Penerimaan yang berasal dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah; 4. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; 5. Penerimaan yang berasal dari hibah yang menjadi hak pemerintah; dan 6. Penerimaan yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban terhadap masyarakat. Seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN. Siklus pengelolaan PNBP dimulai dari tahap perencanaan (penetapan target dan pagu penggunaan PNBP), pelaksanaan (penentuan jumlah PNBP terhutang, pemungutan dan penagihan atas jumlah PNBP terhutang, serta pembayaran dan penyetoran atas jumlah PNBP terhutang) dan pertanggungjawaban PNBP. Karena luasnya lingkup pengelolaan PNBP maka tidak sedikit masalah yang timbul dalam pengelolaan PNBP. BPK dalam hasil pemeriksaan atas pengelolaan PNBP sering menemukan masalah pengelolaan PNBP seperti pungutan PNBP tanpa dasar hukum dan/atau dikelola di luar mekanisme APBN, PNBP terlambat/belum disetor ke kas negara dan PNBP digunakan langsung tanpa disetor ke kas Negara. Peranan PNBP SDA masih mendominasi khususnya yang berasal dari SDA minyak dan gas bumi serta SDA non migas. Hal ini dapat dilihat dari data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2008 s.d 2012 dan UU No.15 Tahun 2013 tentang APBN-P Tahun 2013 dimana kontribusi rata-rata SDA migas dan SDA non-migas mencapai 65% dari total PNBP. Gambar 1 menunjukkan kontribusi masing-masing per jenis PNBP sedangkan tabel 1 menunjukkan realisasi per jenis PNBP sejak 2008 s.d 2012 dan rencana per jenis PNBP Tahun 2013. 2

Tabel 1 Realisasi PNBP Tahun 2008 s.d 2012 dan Postur PNBP APBN-P Tahun 2013 (Dalam triliun rupiah) Penerimaan Negara Bukan Pajak Realisasi APBN-P 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan SDA Migas 224,50 139,00 168,00 213,80 225,80 203,70 Pendapatan SDA Non Migas 12,80 13,20 16,10 20,30 20,00 23,10 Pendapatan Bagian Laba BUMN 29,10 26,00 30,00 28,20 30,80 36,50 PNBP Lainnya 63,30 53,80 59,40 69,40 73,50 85,50 Pendapatan BLU 3,70 8,40 10,60 20,10 21,70 23,50 Total 333,40 240,40 284,10 351,80 371,80 372,30 Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014 Gambar 1 Kontribusi rata-rata masing-masing jenis PNBP tahun 2008 s.d. 2013 Pendapatan SDA Migas 5% Pendapatan SDA Non Migas 21% Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya 9% 60% 5% PNBP dikelola oleh setiap Kementerian/Lembaga (K/L) sesuai dengan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam UU No.39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Perpres No.94 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah yang mengatur jenis dan tarif atas jenis 3

PNBP pada masing-masing Kementerian/Lembaga. Kementerian ESDM selaku instansi pemerintah mempunyai tugas mengelola PNBP di bidang energi dan sumber daya mineral (ESDM). Jenis PNBP yang berlaku pada KESDM diantaranya PNBP yang berasal dari SDA mineral dan batubara, SDA panas bumi, iuran badan usaha yang bergerak di usaha hilir migas, bagian pemerintah dari kerjasama pengelolaan dan pemanfaatan data migas, bonus penandatandatangan Wilayah Kerja (WK) migas, dokumen bidding Wilayah Kerja migas, jasa pendidikan, jasa pelatihan, jasa laboratorium, dan jasa kegelogian. Berdasarkan data laporan keuangan Kementerian ESDM tahun 2008 s.d. 2012, PNBP SDA mineral dan batubara memberikan kontribusi 92% dari PNBP yang berlaku Kementerian ESDM. Besarnya kontribusi PNBP SDA mineral dan batubara disebabkan oleh : 1. Indonesia merupakan negara produsen batubara no.5 terbesar di dunia dengan produksi batubara di Tahun 2013 mencapai 449,1 juta ton; 2. Indonesia merupakan negara produsen mineral terbesar no.7 didunia terutama untuk produk nikel, bauksit, besi, mangaan, dan tembaga dengan produksi di tahun 2013 mencapai 135,58 juta ton. Tabel 2 menunjukkan realisasi PNBP pada Kementerian ESDM sedangkan gambar 2 menunjukkan persentase kontribusi masing-masing jenis PNBP yang ada di Kementerian ESDM sejak 2008 s.d. 2012 dan rencana per jenis PNBP Tahun 2013. 4

Tabel 2 Realisasi PNBP pada Kementerian ESDM Tahun 2008 s.d 2012 (Dalam milyar rupiah) Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Pendapatan SDA mineral dan batubara 7.643,54 10.038,88 12.506,27 16.251,24 15.749,03 Pendapatan Penjualan Hasil Tambang 4.855,19 5.013,10 5.900,24 7.866,45 8.191,65 Penerimaan Penjualan dan Sewa 9,98 4,86 10,10 7,19 723,85 Penerimaan Jasa 1.844,85 863,22 467,54 968,31 73,32 Penerimaan Pendidikan 19,10 16,08 23,43 20,80 27,89 Penerimaan Iuran Badan Usaha (Gas Bumi) 477,92 459,63 459,39 783,45 990,11 Penerimaan Lainnya 7,64 5,29 32,44 28,49 51,70 Penerimaan Badan Layanan Umum - - - 46,71 44,78 Jumlah 14.858,22 16.401,05 19.399,40 25.972,64 25.852,33 Gambar 2 Persentase Kontribusi masing-masing jenis PNBP yang ada di Kementerian ESDM Pendapatan SDA mineral dan batubara Pendapatan Penjualan Hasil Tambang Penerimaan Penjualan dan Sewa Penerimaan Jasa Kontribusi per jenis PNBP 4% 0% 3% 1% 31% 0% 0% 61% Pemungutan PNBP SDA mineral dan batubara yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi didasarkan atas pasal 128 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dimana Setiap perusahaan tambang diwajibkan membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah yang meliputi ; 1. Penerimaan pajak berupa pajak-pajak yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan, bea masuk dan cukai. 5

2. PNBP berupa iuran tetap, iuran produksi, 4% keuntungan bersih dari pemegang IUPK operasi produksi dan kompensasi data dan informasi. 3. Pendapatan daerah yang terdiri atas pajak daerah dan retribusi daerah. Beberapa pihak menilai pengelolaan PNBP SDA mineral dan batubara masih belum optimal. Hasil kajian Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Bidang Pencegahan KPK, ditemukan beberapa kekurangan dalam pengelolaan PNBP SDA Mineral dan Batubara di antaranya : 1. Proses penghitungan kewajiban PNBP, penyebabnya antara lain : Tidak akuratnya perhitungan volume dan kualitas mineral dan batubara yang akan dijual perusahaan tambang sebagai dasar penghitungan kewajiban iuran produksi/royalti. Hal ini disebabkan karena : a. Ditjen Minerba tidak melakukan pengecekan ulang terhadap penghitungan volume dan kualitas mineral dan batubara yang dilakukan oleh surveyor; b. Kurangnya pengawasan mineral dan batubara yang dikapalkan dan diangkut; c. Adanya kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas surveyor; d. Tidak adanya akses terhadap sistem pelaporan surveyor oleh Ditjen Minerba; e. Tersebarnya pelabuhan ekspor mineral dan batubara diberbagai titik; 6

f. Terdapat perbedaan Peraturan Menteri Perdagangan terkait tataniaga minerba; 2. Proses Penagihan kewajiban PNBP, penyebabnya antara lain : Tidak semua piutang iuran tetap dan iuran produksi tertagih. Hal ini disebabkan karena : a. Ditjen Minerba tidak memiliki database untuk mengawasi besarnya kewajiban iuran tetap dan iuran produksi pada wajib bayar KK, PKP2B dan IUP oleh karena data produksi dan penjualan tidak disampaikan secara realtime atau hanya disampaikan dalam laporan reguler (bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan); b. Belum semua IUP yang izinnya telah memenuhi syarat teknis, administratif, dan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku; c. Terbatasnya jumlah KK, PKP2B, dan IUP yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP); d. Kementerian Keuangan selaku BUN belum memiliki daftar wajib bayar PNBP SDA mineral dan batubara termasuk tidak semua pelaku tambang tercatat sebagai wajib pajak (hanya 30% IUP tercatat sebagai wajib pajak); e. Lemahnya pengawasan metode self-assesment dalam penghitungan kewajiban PNBP; 7

f. Tidak diisyaratkan pembayaran iuran produksi/royalti sebagai syarat dikeluarkannya laporan surveyor untuk komoditas batubara; dan g. Belum terbitnya Permen ESDM tentang Penagihan dan Pembayaran PNBP. Kelemahan pengawasan pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara juga diperkuat dengan hasil pemeriksaan BPKP-RI dan BPK-RI dalam pemeriksaannya ditemukan potensi kerugian negara oleh BPK-RI sebesar Rp938,36milyar dan oleh BPKP-RI sebesar Rp6,7 triliun seperti yang tersaji dalam tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3 Saldo Piutang PNBP SDA mineral dan batubara BPK-RI (dalam rupiah) Tahun Iuran Tetap Iuran Produksi Jumlah 2007 41.573.758.315 119.479.697.134 161.053.455.450 2009 4.255.776.752 121.440.800.644 125.696.577.396 2011 1.292.495.383 157.427.156.497 158.719.651.880 2012 774.007.303 331.238.426.013 332.012.433.316 2013 1.364.244.141 159.510.154.396 160.874.398.537 Jumlah 49.260.281.894 889.096.234.684 938.356.516.578 % Potensi kerugian iuran tetap 5,25% % Potensi kerugian iuran produksi 94,75% BPKP-RI (dalam rupiah) Tahun Iuran tetap Iuran produksi Jumlah 2003 103.311.810 11.449.351.800 11.552.663.610 2004-2005 447.750 422.665.576.822 422.666.024.572 2006 (6.419.070) 4.068.388.894.374 4.068.382.475.304 2007 1.003.772.298 412.140.505.236 413.144.277.534 2008 318.324.610 1.707.788.297.683 1.708.106.622.293 2009 1.359.237.570 114.378.671.202 115.737.908.772 2010 343.672.001 37.511.081.497 37.854.753.498 Jumlah 3.122.346.969 6.774.322.378.615 6.777.444.725.584 % Potensi kerugian iuran tetap 0,05% % Potensi kerugian iuran produksi 99,95% 8

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, PNBP SDA mineral dan batubara memberikan kontribusi 92% terhadap PNBP KESDM. Dalam pengelolaannya, masih ditemukan permasalahan-permasalahan diantaranya, pengawasan atas pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara dan berpotensi merugikan negara. Oleh sebab itu, masalahnya adalah perlunya evaluasi pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara yang berasal iuran produksi mineral dan batubara. Masalah tersebut perlu dievaluasi karena potensi kerugian negara dari iuran produksi mencapai 99,95% menurut hasil pemeriksaan BPKP-RI dan 95% menurut hasil pemeriksaan BPKP- RI dari total potensi kerugian negara. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara dilaksanakan oleh pemerintah? 2. Apa sajakah masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara? 3. Apa sajakah upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara? 9

1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara yang dilakukan oleh pemerintah; 2. Mengevaluasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara; dan 3. Menganalisa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara. 1.5 Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan sebagian permasalahan pengawasan atas pembayaran PNBP dari iuran produksi mineral dan batubara dan dapat memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan PNBP SDA mineral dan batubara kepada pimpinan di lingkungan KESDM. 1.6 Sistematika Penulisan berikut : Sistematika atau kerangka penulisan dari penelitian ini dijelaskan sebagai BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 10

Bab ini berisi kumpulan uraian teori yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini. Teori-teori ini diperoleh dari kumpulan buku teks, jurnal, dan literatur lainnya. BAB III : LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian, aplikasi teori-teori yang dimuat dalam studi literatur di lingkungan dimana instansi yang menjadi obyek penelitian. BAB IV : RANCANGAN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan. Metodologi penelitian ini terdiri atas jenis penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisa data serta teknik pengujian data. BAB V : PEMAPARAN TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan temuan-temuan hasil penelitian kemudian dirumuskan temuan tersebut sebagai materi analisis atau diskusi hasil investigasi studi kasus. BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan analisa dan pembahasan atas hasil penelitian kemudian dijadikan dasar dalam perumusan kesimpulan dan rekomendasi. BAB VII : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11

Bab ini menyajikan kesimpulan dari seluruh bahasan dan hasil penelitian dan rekomendasi penelitian. 12