BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 107/HK/2017 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG TARIF ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI WILAYAH KABUPATEN KARANGASEM

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR317 / HK/ 2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENIMBUNAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 199/HK/2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENDAMPINGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI)

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

1 Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

PENETAPAN GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) PADA LOKASI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 132/HK/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 08 Tahun : 2010 Seri : E

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH Jalan Ngurah Rai No. 27 Telp. (0363) 23576, Amlapura

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BUPATI KARANGASEM KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 681 / HK / 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

LAMPIRAN IX. 1. KEPALA DINAS Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA TAPAK

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Transkripsi:

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGASEM, : a. bahwa penataan lahan merupakan langkah dalam mengembangkan kawasan budidaya yang diarahkan untuk mengakomodasikan kegiatan produksi pertanian dalam arti luas, permukiman, kegiatan pertambangan, pariwisata, industri, serta hankam; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2032 yang menyatakan bahwa salah satu strategi pengembangan kawasan budidaya dengan pendekatan budaya lokal serta mitigasi bencana adalah dengan mengembangkan kawasan budidaya yang diarahkan untuk mengakomodasikan kegiatan produksi (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan), permukiman, kegiatan pertambangan, pariwisata, industri, serta hankam, sehingga untuk memberikan arah, landasan dan kepastian hukum dalam pengembangan kawasan budidaya maka diperlukan pengaturan tentang penataan lahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penataan Lahan; 1: Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/OT. 140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1180); 12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 408);

13. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Karangasem (Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 5); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2012 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 15); MEMUTUSKAN : W Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENATAAN LAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karangasem. 2. Bupati adalah Bupati Karangasem. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraaan pemerintahan daerah. 4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya. 5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten Karangasem adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Karangasem. 6. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. 7. Kegiatan penataan lahan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk mengubah lahan dari bentuk semula menjadi bentuk yang diinginkan sehingga kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi serta dimanfaatkan sesuai dengan peruntukan tata ruang. 8. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

9. Intensifikasi lahan pertanian/perkebunan adalah suatu pemeliharaan secara intensif dengan melakukan pemupukan, pengendalian hama penyakit dan pemangkasan terhadap ranting-ranting yang tidak bermanfaat. 10. Optimalisasi lahan pertanian/perkebunan adalah upaya penanaman kembali pada lahan yang sudah mengalami penurunan produksi akibat kerusakan/mati. 11. Rehabilitasi lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. 12. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan yang bersifat ad-hoc untuk membantu pelaksanaan tugas koordinasi penataan ruang daerah. 13. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah. w BAB II MAKSUD DAN TUJUAN PENATAAN LAHAN Pasal 2 Maksud dari penataan lahan di Kabupaten Karangasem adalah untuk mengembangkan kawasan budidaya yang diarahkan untuk mengakomodasikan kegiatan produksi (pertanian tanaman pangan, perkebunan, petemakan, perikanan), permukiman, pariwisata, industri, serta hankam. Pasal 3 Tujuan dari penataan lahan di Kabupaten Karangasem adalah : a. melindungi dan menjaga kelestarian fungsi ekosistem dan segenap sumber daya pada kawasan budidaya; dan W b. mengefektifkan dan mengoptimalkan potensi kawasan budidaya diluar kawasan pertambangan. BAB III LOKASI KEGIATAN PENATAAN LAHAN Pasal 4 Lokasi yang diperbolehkan untuk dilakukan kegiatan penataan lahan pada kawasan budidaya di Kabupaten Karangasem adalah : 1. kawasan hutan produksi terbatas yang terdapat di Kecamatan Kubu pada kawasan hutan produksi Gunung Abang Agung (RTK 8) dengan luasan kurang lebih 204,11 ha; 2. kawasan peruntukan hutan rakyat diarahkan ke seluruh daerah yang memiliki potensi untuk dihijaukan; 3. kawasan pertanian lahan kering (tegalan) tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Karangasem; 4. kawasan pertanian hortikultura dialokasikan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Karangasem;

5. kawasan peruntukan perkebunan yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Karangasem berdasarkan kesesuaian lahan untuk perkebunan; 6. kawasan peternakan terdapat di kawasan sentra peternakan diantaranya : a. kawasan sentra produksi (KSP) peternakan sapi yaitu di Desa Ban Kecamatan Kubu, Desa Pempatan Kecamatan Rendang, Desa Jungutan Kecamatan Bebandem, Desa Seraya, Desa Bukit Kecamatan Karangasem, dan Desa Pidpid, Desa Datah, Desa Nawakerti Kecamatan Abang; b. KSP unggas diarahkan ke wilayah Desa Selumbung, Desa Ngis, Desa Gegelang Kecamatan Manggis, Desa Bukit Kecamatan Karangasem dan Desa Tiyingtali Kecamatan Abang; c. skala kecil tersebar sesuai potensi di lapangan. 7. kawasan permukiman yaitu : a. kawasan permukiman perdesaan dialokasikan menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Karangasem sesuai dengan perkembangan eksisting yaitu pada lahan yang sesuai ^ dengan kriteria fisik kawasan permukiman, meliputi : kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/genangan; b. kawasan permukiman perkotaan dialokasikan sesuai dengan rencana rinci / RDTR kawasan perkotaan dan/atau berdasarkan rekomendasi BKPRD yaitu pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik kawasan permukiman, meliputi : kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/ genangan. 8. kawasan strategis pelabuhan meliputi Pelabuhan Padangbai di Desa Padangbai, Pelabuhan Pariwisata Tanah Ampo di Desa Ulakan, Pelabuhan Amed di Desa Purwakerti, dan Pelabuhan Depo Minyak Labuhan Amuk di Desa Antiga; 9. kawasan pariwisata meliputi: a. kawasan pariwisata candidasa meliputi Desa Antiga Kelod, W Antiga, Padangbai, Ulakan, Manggis, Sengkidu, Nyuh Tebel, Bugbug, Pertima dan Kelurahan Subagan dengan panjang pantai 24 kilometer dan kedalaman maksimum 1000 meter dihitung dari garis pantai ke darat; b. kawasan pariwisata ujung meliputi kelurahan Karangasem, Desa Tumbu, Desa Seraya Barat, Desa Seraya dan Desa Seraya Timur dengan panjang pantai 15 kilometer dan kedalaman maksimum 1.500 meter dihitung dari garis pantai ke darat; c. kawasan pariwisata tulamben meliputi Desa Bunutan, Desa Purwakerti, Desa Culik, Desa Labasari, Desa Datah, Desa Tulamben, Desa Dukuh, Desa Kubu dan Desa Baturinggit dengan panjang pantai 23,5 kilometer dan kedalaman maksimum 1.000 meter dihitung dari garis pantai ke darat.

BAB IV KRITERIA TEKNIS KEGIATAN PENATAAN LAHAN Pasal 5 Penataan lahan dibedakan menjadi dua yaitu : 1. penataan lahan skala besar yaitu penataan lahan dengan menggunakan alat berat dengan luasan diatas 1 (satu) hektar; 2. penataan lahan skala kecil yaitu penataan lahan dengan. menggunakan alat manual dan/atau alat berat dengan luasan kurang dari 1 (satu) hektar. Pasal 6 (1) Penataan lahan dari aspek ruang, wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. penataan lahan dimungkinkan pada kawasan budidaya diluar kawasan pertambangan dengan ketinggian W maksimal 500 meter diatas permukaan laut guna efektifitas dan produktifitas kawasan dimaksud sesuai dengan peruntukannya tanpa mengubah serta menghilangkan fungsi utamanya; b. penataan lahan pada kawasan pertambangan mengacu pada peraturan kawasan pertambangan; c. penataan lahan sampai dengan pasca penataan lahan dapat dilakukan pada kawasan budidaya sesuai dengan peruntukan ruang dalam RTRW; d. material penggalian lahan pada lokasi penataan lahan tidak diperkenankan untuk dibawa keluar lokasi; e. material sebagaimana dimaksud pada huruf d agar dipergunakan serta dioptimalkan untuk menata kawasan dimaksud. W (2) Penataan lahan dari aspek batasan luas penataan lahan, wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a batasan penataan lahan untuk hutan rakyat, lahan perkebunan dan pertanian kering skala besar penataannya dilakukan secara bertahap maksimal per tahap 5 hektar sampai kegiatan pasca penataan selesai dilakukan sesuai dengan fungsi dan peruntukan lahan dalam RTRW dalam kurun waktu 1 tahun, setelahnya dapat dilanjutkan penataan luasan berikutnya; b. batasan penataan lahan untuk hutan rakyat, lahan perkebunan dan pertanian kering skala kecil dengan luas di bawah 5 hektar penataannya dilakukan dalam satu tahap sesuai luas kepemilikan kegiatan pasca penataan sesuai dengan fungsi dan peruntukan lahan dalam RTRW; c. batasan penataan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman yaitu minimal 6.000 m? atau untuk 20 kapling dan hanya dapat dilakukan pada kawasan sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP); d. Penataan lahan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, jalan, jembatan, lapangan

terbang, waduk dapat dilakukan sesuai dengan penetapan lokasi dan kriteria teknis yang sudah ditetapkan dalam kegiatan dimaksud dan tetap mengacu pada peruntukan lahan dalam RTRW. W (3) Kegiatan penataan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 hams tetap menjamin upaya pelestarian lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan, dengan syarat: a. penataan lahan skala besar dan skala kecil yang diindikasikan berdampak penting wajib memiliki dokumen lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); b. penataan lahan skala besar dan skala kecil yang diindikasikan tidak berdampak penting wajib memiliki dokumen lingkungan berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL); c. penentuan dampak penting maupun tidak penting mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang diselenggarakan oleh SKPD yang membidangi lingkungan hidup; d. dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan; e. badan usaha atau perorangan yang melakukan kegiatan penataan lahan wajib melakukan pelaporan upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup setiap 6 (enam) bulan sekali yang disampaikan kepada SKPD yang membidangi lingkungan hidup; dan f. pengawasan terhadap pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan oleh Tim atau SKPD yang membidangi lingkungan hidup. (4) Kriteria teknis penataan lahan yaitu : a. Untuk kegiatan terbangun maka : 1. kegiatan penataan lahan pada lahan dengan kemiringan kurang dari 45 penataan lahan dapat melalui cut and fill dengan memperhatikan potongan lahan tiap segmen serta penataan lahan harus dilakukan dengan terasering dengan ketinggian maksimal per tingkat 5 meter; 2. kegiatan penataan lahan dengan kemiringan lebih dari 45 dapat dilakukan penataan lahan apabila dilengkapi dengan kajian teknis (topografi dan geologi) dari pihak yang berkompeten dan mendapat rekomendasi dari SKPD yang membidangi; 3. kajian teknis dimaksud mencakup kondisi eksisting, lahan dan lingkungan, potensi-potensi dampak yang, timbul akibat penataan lahan, serta solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan dampak negatif penataan lahan; 4. penataan lahan pada situasi ini juga harus tetap memperhatikan ketinggian maksimal tiap segmen yaitu 5 meter;

w 5. aspek perlindungan penataan lahan tetap memperhatikan keselamatan infrastruktur buatan maupun alami yang ada di sekitamya diantaranya jalan, jembatan, bangunan/mmah penduduk, pura dan fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya; 6. kegiatan penataan lahan yang secara fisik melakukan penggalian dengan kedalaman tertentu disebabkan kondisi geografis lahan, teknik penggalian mengikuti pedoman teknis pertambangan/penggalian sesuai rekomendasi dari SKPD yang membidangi. b. Untuk kegiatan non terbangun maka : 1. penataan lahan untuk areal pengembangan baru untuk tanaman kehutanan (hutan rakyat) dan budidaya perkebunan tetap memperhatikan topografi lahan, pengaturan lubang tanam, jarak tanam, pola tanam serta berdasarkan arahan dari SKPD terkait sesuai bidang dan kewenangannya; 2. penataan lahan pada areal yang sudah dikembangkan, khususnya pada lahan yang sudah diusahakan dengan tanaman kehutanan dan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk dapat meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan dengan usaha intensifikasi, optimalisasi lahan dan rehabilitasi; 3. rehabilitasi hutan dan lahan sebagaimana diterangkan diatas dapat dilakukan melalui reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman dan penerapan teknis konservasi tanah secara vegetative dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif; 4. rehabilitasi lahan agar dilaksanakan secara selektif, dimana terhadap tanaman yang masih masa produktifnya agar tetap dipertahankan; 5. terhadap tanaman yang masih layak dipertahankan agar dilakukan pemeliharaan secara intensif dan berkelanjutan; 6. terhadap tanaman yang kurang produktif, rusak atau mati dilakukan penebangan dan/atau pembongkaran; 7. teknis penataan lahan dan kegiatan pasca penataan lahan sesuai dengan pedoman teknis dan rekomendasi dari SKPD terkait sesuai bidang dan kewenangannya. BAB V PERIZINAN Bagian Kesatu Persyaratgin Izin Pasal 7 (1) Setiap orang atau perusahaan yang berbadan hukum yang akan melakukan penataan lahan wajib memiliki izin penataan lahan dari Bupati. (2) Persyaratan izin penataan lahan meliputi: a. mengisi formulir permohonan izin;

b. melampirkan fotokopi KTP pemohon bagi usaha perorangan dan akta pendirian perusahaan dan pengesahannya bagi yang berbadan hukum; c. melampirkan fotokopi status kepemilikan tanah; d. melampirkan Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah dan Camat; e. melampirkan rekomendasi/surat keterangan dari desa pakraman; f. melampirkan izin-izin penunjang usaha (IPR, AMDAL/UKL-UPL); g. melampirkan peta situasi lokasi penataan lahan dengan skala ukuran proporsional; h. melampirkan peta dan gambar rencana penataan lahan dengan skala proporsional; dan i. melampirkan rekomendasi dari instansi teknis (sesuai dengan kewenangannya). Bagian Kedua Kewenangan Pemberian Izin Pasal 8 (1) Bupati memberikan izin penataan lahan kepada perorangan atau perusahaan yang berbadan hukum yang telah memenuhi persyaratan. (2) Pelayanan izin diselenggarakan oleh SKPD yang mengelola Pelayanan Perizinan Terpadu. Bagian Ketiga Masa Berlaku Izin Pasal 9 Masa berlaku untuk Izin Penataan Lahan adalah 1 (satu) tahun. ^ BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 10 (1) Bupati melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan penataan lahan agar kegiatan penataan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP). (2) Dalam rangka pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat membentuk Tim yang beranggotakan SKPD terkait. (3) Keanggotaan dan tugas tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

10 BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 11 (1) Setiap orang atau perusahaan yang berbadan hukum yang melakukan penataan lahan pada lokasi diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan/atau tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan/atau tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. peringatan tertulis; b. penghentian kegiatan penataan lahan; dan/atau c. pencabutan izin penataan lahan. (3) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu peringatan masing-masing 30 (tiga puluh) hari kalender. (4) Apabila sampai dengan peringatan tertulis yang terakhir, yang bersangkutan tetap tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, maka kegiatan penataan lahan dihentikan dan/atau dilakukan pencabutan izin penataan. lahan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Karangasem. Ditetapkan di Amlapura pada tanggal 6 Juli 2015 Ij^BUPATI KARANG.^M, ^ Diundangkan di Amlapura pada tanggal 6 Juli 2015 j SEKRETARIS daerah KffiUPATEN KARANGASEM, '' I WAYAN geredeg I GEDE ADNYA MULYADI BERITA DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 NOMOR31.