IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh. keadaan alam (Yudohusodo, 1991). Dengan semakin tingginya tingkat

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL PENELITIAN. Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA 2, Raymond Ch. Taroreh, ST, MT 3

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tata guna lahan ialah pengarahan penggunaan lahan dengan kebijakan umum

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI (BTP)

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I. PENDAHULUAN A.

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (Land Based

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan disebabkan oleh berkembangnya berbagai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

- 2 - untuk masyarakat secara luas.

PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP MAL DI KOTA KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi

POLA DAN FAKTOR PENENTU NILAI LAHAN PERKOTAAN DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR Oleh : ASTRIANA HARJANTI L2D 097 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2002

ABSTRAK Perkembangan suatu kota adalah hal yang tak bisa dihindari, dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan penduduk, menyebabkan meningkatnya aktivitas perkotaan. Dalam mengakomodasi aktivitas kota tersebut, dibutuhkan lahan sebagai salah satu modal dasar untuk berjalannya suatu aktivitas. Sebagai modal dasar, penggunaan lahan perlu mendapat perhatian khusus. Persediaan lahan yang terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi antar aktivitas untuk memperoleh lahan, dan pada suatu saat akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari suatu aktivitas menjadi aktivitas lain yang lebih produktif. Kawasan Kemang-Jakarta Selatan merupakan salah satu contoh nyata telah terjadinya perubahan penggunaan lahan dari permukiman menjadi komersial, yang ditandai dengan perubahan fungsi bangunan dari rumah tinggal menjadi bangunan komersial sebanyak 56,6% di sepanjang koridor Jalan Kemang Raya dan Kemang Selatan. Dan berdasarkan perkembangannya setiap tahun, diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah dalam beberapa tahun kedepan. Perubahan tersebut memiliki dampak baik positif maupun negatif, sehingga perlu diketahui penyebab perubahan penggunaan lahannya agar pengendalian perubahan penggunaan lahan di Kemang menjadi tepat sasaran. Selain itu penting untuk mengetahui keterkaiatan antara perubahan penggunaan lahan permukiman menjadi komersial dalam suatu sistem kota. Dengan metode deskriptif, seluruh analisis yang mendukung identifikasi penyebab perubahan penggunaan lahan ini diuraikan. Dengan berdasarkan pada konsep kerangka sistem penggunaan lahan perkotaan, maka metode deskriptif cukup untuk menguraikan penyebab perubahan penggunaan lahan, dan dalam penggunaannya metode ini didukung oleh tabel, grafik, diagram dan tabel distribusi frekwensi. Untuk beberapa analisis yang membutuhkan untuk mengetahui tingkat keterkaitan antar variabel akan digunakan metode tabulasi silang sebagai alat untuk menunjuang analisis. Penyebab perubahan guna lahan dari permukiman menjadi komersial, dapat diidentifikasi setelah terjadinya perubahan penggunaan lahan. Dari dua analisis pertama yaitu analisis perubahan penggunaan lahan dan analisis identifikasi faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan, diketahui bahwa penyebab perubahan penggunaan lahan di Kemang terbagi menjadi dua hal yang saling terkait yaitu Faktor-faktor pendorong masuknya aktivitas komersial ke kawasan studi, yang meliputi faktor lingkungan permukiman, jarak ke pusat kota/letak yang strategis, luas lahan, fasilitas perdagangan, sarana dan prasarana, fungsi jalan, dan nilai prestisius lahan. Dengan masuknya aktivitas baru, pasti ada aktivitas yang keluar yaitu permukiman, dan penyebabnya antara lain menurunnya fungsi dasar permukiman, naiknya harga lahan, dan naiknya Pajak PBB setelah kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan campuran berdasarkan peraturan pemerintah. Berdaasrkan kebijakan yang berlaku, pada kawasan studi memungkinkan untuk dilakukan revisi terhadap peruntukan lahannya, yaitu menjadi kawasan campuran antara permukiman dan komersial. Dari penelitian ini rekomendasi yang dapat diberikan antara lain kebijakan untuk membatasi ruang aktivitas komersial dan mengendalikan penyebab perubahan penggunaan lahannya, antara lain untuk faktor lingkungan permukiman berupa pemusatan zona komersial dan perbaikan mekanisme perizinan, untuk faktor letak strategis berupa pemusatan aktivitas komersial di sepanjang jalan utama, untuk faktor luas lahan berupa pembatasan ruang komersial, untuk faktor fasilitas perdagangan berupa penataan bangunan, untuk faktor sarana-prasarana direkomendasikan merevisi fungsi sarana prasarana dan perbaikan mekanisme perizinan, untuk faktor fungsi jalan perlu dilakukan manajemen lalu lintas dan memaksimalkan pungutan pajak dan retribusi, sedangkan faktor nilai prestisius lahan disikapi dengan perbaikan mekanisme perizinan dan peningkatan pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang, dan salah satu penyebab terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Menurut William Alonso, dengan adanya pertumbuhan ekonomi, suatu kota atau negara cenderung untuk tumbuh, ukurannya bertambah dan strukturnya berubah (Alonso dalam Wijayanti, 1998). Beberapa dekade belakangan ini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan laju pertumbuhan sekitar 7-8% per tahun, terutama dikota kota besar, sebelum krisis moneter melanda Indonesia (Napituliu, 1999). Unsur yang terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk. Seiring berkembangnya beragam aktifitas perkotaan, memicu pertumbuhan penduduk sebagai sarana pelaksananya. Di kota kota besar laju pertumbuhan penduduk rata rata sebesar 5,36% pertahun (Soedjito, 1996), oleh karena itu faktor penduduk menjadi salah satu kontribusi terbesar bagi terbentuknya aktivitas perkotaan. Untuk menampung aktivitas penduduk membutuhkan lahan yang tidak sedikit, hingga pada akhirnya terjadi persaingan lahan kota yang luasannya terbatas. Terdapat berbagai macam aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman, industri, komersial, dan lainlain. Dalam perkembangannya tiap aktivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi pemilihan ruang dan lokasi aktivitasnya. Berdasarkan teori Chapin, Perkembangan kota akan selalu dihubungkan dengan penggunaan lahan perkotaan, dimana terdapat tiga sistem kunci yang mempengaruhi, yaitu sistem aktifitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan (Chapin dan Kaiser, 1979). Sistem aktivitas kota adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan lembaga yang menjadi wadah bagi kegiatan manusia, dengan kata lain sistem aktivitas merupakan perwujudan dari kegiatan penduduk kota yang kemudian akan membentuk suatu penggunaan lahan tertentu. Sistem lingkungan 1

2 lebih mengarah pada aspek internal yang dimiliki suatu lahan, dan sistem pengembangan cenderung pada pembangunan sarana dan prasarana serta penetapan kebijakan untuk mengatur lahan tersebut. Sistem lingkungan dan sistem pengembangan ini mengakibatkan berkembangnya fungsi suatu lahan, dan akan memicu perubahan guna lahan jika bertemu dengan sisi sistem aktivitas yang sesuai dengan kriteria kawasan tersebut. Aktivitas perkotaan akan semakin berkembang jika jumlah penduduknya semakin banyak. Karena lahan bersifat permanen, suatu lahan akan diperebutkan oleh aktivitas yang memiliki kriteria berlokasi sesuai dengan lahan tersebut. Akumulasi dari persaingan dalam penggunaan lahan tersebut menyebabkan lahan lahan yang semula telah dialokasikan untuk suatu kegiatan tertentu dalam rencana kota, pada saat diimplementasikan sering telah digunakan oleh jenis kegiatan lainnya (Parengkuan, 1991). Dalam perkembangannya, gejala perubahan pemanfaatan lahan, justru menjadi gejala alamiah dalam suatu evolusi kota. Bentuk perubahan ini tidak terjadi di setiap lokasi secara seragam, karena setiap lahan memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang berbeda (Legawa dalam Wijayanti, 1998). Pengalokasian guna lahan di perkotaan akan mengarah ke lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi (Goldberg dalam Yunus, 2000), sehingga lahan lahan yang memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang lebih besar akan lebih berpeluang mengalami proses perubahan pemanfaatan lahan. Pada umumnya gejala ini terjadi di jalan jalan utama atau kawasan kawasan tertentu yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri. Aktivitas perekonomian perdagangan dan jasa (komersial) adalah sektor yang paling mudah tumbuh ditempat tempat strategis. Pengertian komersial yaitu kawasan pusat kegiatan perniagaan kota, dan mempunyaipengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota. Sehubungan dengan unsur lahan, aktivitas ini diukur oleh dua faktor yaitu kemampuan keuangan untuk membeli lahan, dan karakteristik lahan yang dapat menunjang aktivitas tersebut. Bila dua hal tersebut bertemu dengan penawaran lahan di suatu tempat maka dimungkinkan terjadinya perubahan fungsi suatu lahan menjadi

3 fungsi komersial. Karena masalah perijinan tidak terlalu rumit dibandingkan sektor industri, seringkali perkembangannya tak terkendali, terutama jika terjadi di permukiman penduduk, yang cenderung memiliki syarat-syarat komersial. Seperti yang terjadi di kota kota besar di Indonesia, antara lain Kawasan Kemang dan di sepanjang jalan Condet Jakarta Selatan, jalan Ir.H Juanda Bandung, dan beberapa tempat lain di kota kota besar Indonesia. Perubahan pemanfaatan lahan dari fungsi perumahan ke fungsi lain yang berorientasi ekonomi berlangsung di beberapa bagian kota, termasuk di Kawasan Kemang Jakarta Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya penetrasi (penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi yang homogen) kegiatan perdagangan terhadap kawasan permukiman di kawasan Kemang (satu kelurahan) yang kemudian diikuti dengan dengan penetrasi kegiatan lainnya seperti : jasa pelayanan, dan perkantoran. Melihat kecenderungannya hingga saat ini, perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi tersebut telah mengalami perkembangan dari gejala penetrasi kegiatan perdagangan menjadi gejala invasi (penyerbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi) kegiatan komersial, meskipun belum mencapai gejala dominasi fungsi baru, apalagi didukung oleh pernyataan pemerintah kota setempat untuk mengijinkan fungsi baru tersebut. Perubahan ini seringkali menimbulkan beberapa dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dilihat dari sisi positifnya selain bisa mengurangi beban pusat kota (dalam menampung aktivitas), banyak perubahan pemanfaatan lahan yang menguntungkan dari segi pengembangan kota dan peningkatan pendapatan daerah (Winarso dalam Safariah, 1999). Sedangkan dari sisi dampak negatifnya, perubahan pemanfaatan lahan seringkali menimbulkan konflik antar pihak yang berkepentingan, yaitu antara investor, masyarakat dan pemerintah, antara lain berupa perijinan, ketidaknyamanan yang ditimbulkan, penyimpangan kebijakan, dan lain lain. Masyarakat umum adalah yang paling sering menderita dampak negatif suatu perubahan fungsi lahan perkotaan. Seperti kemacetan lalu lintas, berkurangnya kenyamanan dan privasi (Zulkaidi, 1991).