ANALISA BUFFER DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PERENCANAAN RUANG KAWASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER

1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada.

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

LAYERING INFORMASI PETA DAN TABULASI UNTUK INFORMASI KEPADATAN LALU LINTAS

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

ANALISIS SPASIAL PENENTUAN LOKASI KESEHATAN DI KOTA SALATIGA

Teknik Digitasi. Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d

17.2 Pengertian Informasi Geografis

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

PRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TAMAN MINI INDONESIA INDAH DENGAN MENGGUNAKAN ARCVIEW

E-GUIDANCE SEBAGAI INTERPRETASI YANG INFORMATIF PADA WATERWORLD TAMAN SAFARI INDONESIA

ABSTRAK. Kata kunci: Pelayanan kesehatan, Georaphical Information System (GIS), Kebumen, Rumah sakit dan puskesmas

Pengertian Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... iii BAB I PENGENALAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Definisi GIS... 2

PRAKTIKUM-4 GEOPROCESSING DI ARCVIEW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Web GIS untuk Bank Swasta di Kota Semarang

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

[Type the document title]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

Tujuan. Dunia Nyata dan SIG. Arna fariza. Mengubah dunia nyata menjadi informasi geografis di komputer 3/17/2016

Tujuan. Data dan SIG. Arna fariza. Mengerti data dan informasi Mengerti tentang sistem informasi geografis 3/8/2016

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BENCANA ALAM BANJIR JAKARTA SELATAN

A n a l i s i s S p a s i a l ANALISIS SPASIAL. A. Extract. 1. Clip

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

PENGEMBANGAN APLIKASI UNTUK PENENTUAN DIVISI KKN ALTERNATIF BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI LPM UNIVERSITAS AHMMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Pengantar GIS Pengenalan GIS. By: Junta Zeniarja, M.Kom, M.CS

GEOPROCESSING. Geoprocessing

BAB III LANDASAN TEORI

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Membuat Layer dan Digitasi Peta

SIG DALAM PEMETAAN SEBARAN GURU IPS DAN GEOGRAFI DI WILAYAH KOTA METRO (JURNAL) Oleh: RIKI TRI KURNIAWAN

Registrasi Image dengan ARC VIEW

III. METODOLOGI PENELITIAN. prosedur (tata kerja) ilmiah geografi, untuk mencapai tujuan penelitian, di bidang

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

BAB II. Ringkasan Modul:

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

Geographic Information and Spatial Information

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

SILABUS MATAKULIAH. Kompetensi dasar Indikator Materi pokok Strategi Pembelajaran Alokasi waktu

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

Sistem Tampilan Data

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

C. Prosedur Pelaksanaan

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH TITIK RAWAN KECELAKAAN DI PROVINSI LAMPUNG

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

ANALYSIS PROXIMITY MENENTUKAN LOKASI PERKEBUNAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMANTAUAN PENYEBARAN TENAGA PENGAJAR (Studi Kasus: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

PENDAHULUAN. Latar Belakang

9.6. Intersect Proses ini digunakan untuk menggabungkan dua buah data spasial. Perintah ini ada di toolbox Analysis Tools Overlay Intersect

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISA BUFFER DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PERENCANAAN RUANG KAWASAN Wafirul Aqli Dosen Jurusan Arsitektur FT Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRACT On the scale of area or region in spatial planning, it is important to evaluate and to predict the new spatial plan and policy, whether it is effective or not to be implemented. It is intended that the results of the spatial planning in scale of area or region, can be optimized to accommodate the needs. Geographical Information System as a computerized instrument of planning is pretty decent to be used for those stages of planning (evaluation and prediction). More specifically one of its analysis feature, buffer analysis, is capable to measure the effectiveness of the presence of public facilities for example- in terms of coverage/distribution of services (in the context of evaluation stage). In addition, buffer analysis also capable to predict whether the spatial policies and its physical implementation possible to be place in accordance with the goal of the planning. Keyword: Geographical Information System, Buffer Analysis, Spatial Planning. PENDAHULUAN Penggunaan perangkat terkomputerisasi dalam kegiatan perencanaan sudah menjadi suatu keharusan di kalangan perencanan seperti arsitek ataupun planolog. Dengan percepatan informasi dan data, pekerjaan perencanaan pun dituntut untuk menghasilkan produk perencanaan yang hasilnya dapat cepat dipresentasikan serta tidak ketinggalan, menjadi hasil yang lebih akurat. Perangkat komputer dan aplikasinya membantu arsitek dan planolog dalam menangani pekerjaan dalam skala yang besar dan dengan batasan waktu tertentu. Kegiatan perencanaan yang bisa disebutkan sebagai pekerjaan dengan skala yang besar salah satunya adalah perencanaan ruang/spasial dalam skala perkotaan dan/atau permukiman. Dibutuhkan suatu kemudahan dalam proses perencanaan sekaligus keakuratan hasil, apabila sudah menyangkut dalam skala pekerjaan ini. Oleh karena itu perangkat yang terkomputerisasi memungkinkan hal tersebut. Dalam perencanaan permukiman, banyak faktor yang dapat diukur secara cepat dan akurat menggunakan alat bantu Sistem Informasi Geografis (SIG). Karena kemampuannya yang dapat memadukan data gambar (peta) dengan data-data tabulasi (angka & teks), memungkinkan SIG membuat analisa dan prediksi mengenai fenomena-fenomena yang ingin diketahui sebagai informasi perencanaan. Salah satu faktor yang dapat diukur adalah fenomena-fenomena yang dibaca oleh fasilitas buffer/buffering. Fenomena yang bersifat cakupan atau radius yang berdampak dari suatu titik, contohnya keberadaan fasos/fasum di dalam permukiman bisa diketahui melalui fitur buffer tersebut. 192 INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem mengintegrasikan berbagai sumber daya fisik dan logika-logika perhitungan dan analisa yang berhubungan dengan obyek-obyek yang terdapat di permukaan bumi. SIG telah berbasiskan teknologi komputer berupa perangkat lunak yang mampu mengerjakan proses pemasukan (input), penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan mengeluarkan informasi geografis. Peta menjadi media utama melakukan keseluruhan proses tadi, dan karena itu pula pekerjaan SIG dapat disebut mewakili kondisi atau kejadian di dunia nyata. Jika diuraikan, pengertian dari SIG ini dapat dipahami melalui terminologi pembentuknya, antara lain Sistem Informasi dan Geografis. Sistem Informasi merupakan sarana yang dapat mengakomodir seluruh kegiatan pengendalian organisasi dan mengolahnya menjadi dokumen kegiatan yang lebih sistematis serta dapat dikembangkan. Pengembangan di sini dimaksudkan apabila dibutuhkan suatu analisa lebih lanjut terhadap suatu kelayakan atau kemungkinan-kemungkinan fenomena, melalui simulasi/prediksi yang menjadi kelebihan dari teknologi sistem informasi. Proses dasar yang terjadi dalam sistem informasi adalah memasukan data, mengolah data, menyimpan, dan menyampaikan informasi yang diperlukan (melalui seleksi atau semacam filter). Istilah Geografis dapat diartikan sebagai segala sesuatu atau persoalan yang berhubungan dengan bumi. Kondisi permukaan bumi baik yang alamiah maupun yang termasuk dalam lingkungan binaan, merupakan wilayah pengkajian dalam ilmu geografi. Lalu kemudian dikenal terminologi Geospasial yang menegaskan bahwa cakupan dalam pekerjaan SIG adalah merupakan unsur-unsur ruang yang menjadi bahan analisanya. Sebelumnya terjadi kerancuan bahwa karena geografi adalah bagian dari ruang (spasial) maka penyebutannya sering mengalami kerancuan. Dalam SIG, dunia nyata direpresentasikan dalam layar komputer. Data-data dalam SIG bersifat fleksibel dan hal ini yang menjadi keuntungan dibandingkan ketika bekerja menggunakan peta konvensional (lembaran-lembaran kertas). Peta yang tampil dalam SIG merupakan perpaduan data antara gambar (image) dengan datadata tabulasi baik itu berupa angka maupun teks. Tidak seperti data-data angka dan teks pada sistem informasi pada umumnya, data-data dalam SIG adalah data yang sangat terkait dengan kondisi gambar petanya. Perubahan dimensi dari obyek-obyek gambar pada peta digital, mempengaruhi data-data yang terkandung di dalamnya. INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010 193

Model data Raster: menyimpan data geografi/spasial di dalam matriks atau pikselpiksel gambar Kondisi Lapangan / Dunia Nyata Model data Vektor: menyimpan data geografi/spasial di dalam titik-titik, garis, atau kurva/poligon Data atribut atau data tertulis yang menjadi keterangan pada format tabel yang melengkapi informasi peta digital No. Persil Tanah, Nama Pemilik, Luas Tanah, Lebar Jalan, Nama Jalan, Dll. Skema bagaimana penguraian kondisi spasial yang nyata ke dalam bentuk data-data yang dapat dibaca oleh SIG (Aqli, 2008) Skema di atas memperlihatkan bagaimana integrasi antara data-data tabulasi atau di dalam SIG lebih dikenal sebagai data atribut, dengan data-data visual dari model vektor yang mewakili jalan (unsur garis), suatu tempat (titik) dan area (poligon). Melihat dari perbandingan antara peta biasa dengan peta yang terdapat di SIG (peta digital), cukup jelas bahwa keberadaan peta digital lebih menguntungkan terutama dari segi pengolahan/pemanipulasian gambar peta yang tidak membutuhkan pengulangan proses pembuatan/menggambar peta (Aqli, 2008). Dalam tulisan ini, bagaimana sebuah kegiatan perencanaan dapat dilakukan dengan alat bantu SIG diuraikan melalui beberapa fitur yang terdapat dalah salah satu aplikasi yang cukup dikenal oleh kalangan planolog dan arsitek kota. Perangkat atau aplikasi yagn dimaksud adalah ArcView yang merupakan perangkat SIG desktop pengembangan dari ESRI. Fungsi-fungsi pokok yang dapat dilakukan oleh aplikasi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengerjakan fungsi-fungsi dasar SIG, dalam hal ini dimaksudkan seperti menjawab pertanyaan mengenai coverage-area dari pelayanan sebuah fasos/fasum (melalui data buffer), menghitung kepadatan lalu lintas, dan lainnya. 2. Menyusun peta tematik, dengan menggunakan simbol dan warna yang merepresentasikan suatu kondisi. Misalnya peta kepadatan penduduk dengan warna dan arsiran yang berbeda antara wilayah dengan kepadatan yang tinggi dan wilayah yang memiliki sedikit penghuni. 3. Melakukan analisis statistik dan operasi perhitungan matematis, seperti contohnya menghitung rasio kepadatan penduduk dengan luas wilayah yang dihuni. 4. Menampilkan informasi spasial dan data-data atribut yang menyertainya. Tampilan yang dikeluarkan dapat berupa views (lembaran peta di monitor), tables, dan charts (grafik atau skema penerjemahan dari data atribut pada tabel). 194 INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010

5. Melakukan panggilan data melalui query builder atau semacam tool untuk melakukan penyaringan data yang ingin ditampilkan sekaligus perhitungannya. 6. Kostumisasi aplikasi dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu sehingga pekerjaan perencanaan tertentu dapat lebih spesifik digunakan untuk kasus-kasus tertentu. BUFFERING Buffer merupakan konsepsi fungsi atau fasilitas yang dapat ditemui pada setiap aplikasi SIG termasuk ArcView. Fasilitas ini sering digunakan dalam pekerjaan analisis yang berkaitan dengan regulasi lingkungan (Prahasta, 2002). Buffer merupakan bentuk lain dari teknik analisis yang mengidentifikasi hubungan antara suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut sebagai Proximity Analysis (analisis faktor kedekatan). Proximity Analysis merupakan proses analisa yang biasa digunakan dalam penentuan site/lahan untuk keperluan strategi pemasaran dalam bisnis/perdagangan. Dalam Prahasta (2002), secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona yang mengarah keluar dari sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area (poligon). Dengan membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau melindungi suatu obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi zona-zona yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-kedekatan spasial suatu obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya. Dalam teori perkotaan yang diutarakan oleh Kevin Lynch, menyebutkan bahwa kota atau kawasan dapat lahir dari elemen-elemen seperti titik (dot/point), garis (line/path), dan polygon (area). Dari ketiga elemen tersebut yang juga menjadi elemen peta sebagai representasi kota atau kawasan, buffer juga dapat terbentuk dari ketiga unsur tersebut. Bentuk buffer akan menyesuaikan dengan bentuk elemen yang ada. Buffer yang terbangun dari elemen titik dalam peta (kiri), bentuk Buffer yang terbentuk dari elemen garis / path (tengah), Buffer yang tebentuk dari elemen poligon / area (kanan) (Prahasta, 2002) Buffer yang terbentuk dari titik biasanya menggambarkan kondisi mengenai cakupan atau jangkauan pelayanan dari sebuah fungsi di titik tersebut. Sementara pada buffer yang terbentuk dari unsur garis dan polygon lebih banyak menggambarkan kondisi dampak dari fenomena yang terkandung dalam unsur peta tersebut. Contohnya dalam hal ini adalah cakupan luapan sungai atau dampak kebisingan di jalan raya. Khususnya pada bentuk poligon, terdapat dua jenis buffer yang terbentuk berdasarkan arahnya, yaitu keluar dan kedalam. Buffer yang terbentuk ke dalam INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010 195

disebut sebagai set-backs sebagai representasi dari kondisi poligon tersebut pengaruhnya terhadap suatu regulasi, contohnya garis sempadan bangunan atau rencana perluasan jalan atau lahan yang kemudian berdampak pada lahan yang menjadi poligon tersebut. Bentuk Buffer yang berangkat dari elemen titik dalam peta. Buffer dapat berhierarki dalam skala tertentu untuk menunjukkan pengaruh suatu nilai terhadap area yang dilingkupinya (DeMers, 2009) Bentuk Buffer yang berangkat dari elemen garis atau unsur path, dapat menggambarkan nilai yang terkandung dalamgaris tersebut sebagai kondisi tertampung contohnya dalam sungai atau kanal (DeMers, 2009) Bentuk Buffer yang terbuat dari unsur polygon seperti contohnya merepresentasikan dampak keberadaan danau atau suatu kawasan yang mewadahi suatu kegiatan (DeMers, 2009) 196 INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010

PROSES PEMBENTUKAN BUFFER Gambar a. Proses pembentukan buffer Massa toko bangunan yang dipilih melalui seleksi tema/layer Gambar b. Massa toko bangunan yang dipilih melalui seleksi tema/layer INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010 197

Gambar c. Buffer area cakupan pelayanan Keterangan: gambar diolah dari sumber Prahasta, 2002. Pada pembentukan buffer untuk tujuan membaca fenomena atau dampak dari suatu elemen peta, dibutuhkan keterpaduan antara gambar peta yang terklasifikasi dalam tema-tema (peta tematik) dan data-data yang terkandung di dalam masingmasing elemen petanya. Peta tematik dimaksudkan untuk membedakan masingmasing elemen peta sesuai dengan fungsi, kepemilikan, atau status, walaupun elemen peta tersebut adalah unsur yang sama (sesama poligon, garis atau titik). Sebagai contoh terdapat peta tematik dengan beberapa unsur peta seperti pada Gambar a. Dalam peta ini digambarkan terdapat jaringan jalan dengan beberapa poligon yang menandakan adanya massa bangunan dalam suatu kawasan. Elemen peta yang seragam yaitu poligon dibedakan kembali dalam pewarnaan atau arsiran untuk menunjukkan fungsi bangunan yang berbeda-beda. Beberapa tema atau layer pada gambar peta tersebut yang dapat digambarkan adalah adanya massa bangunan yang diarsir gelap. Dalam peta ini massa bangunan tersebut diberi judul tema Renovasi. Tema poligon yang lain diberi arsiran dengan tone yang lebih terang (obyek yang dilingkari), merepresentasikan fungsi Toko Bangunan. Dalam contoh ini buffer dibuat untuk mengetahui jangkauan pelayanan dari sebuah toko bangunan. Pada gambar b, SIG melakukan seleksi dengan pemilihan tema/layer yang mengandung data bahwa poligon tersebut merupakan toko bangunan yang dimaksud. Proses pembentukan buffer dari massa toko bangunan tersebut dengan menggunakan aplikasi ArcView adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan menu pull-down Theme Create Buffers dimunculkan kotak dialog dari fungsi ini kemudian harus dipastikan feature yang terpilih untuk dibuatkan buffer-nya adalah Toko Bangunan. Tombol next akan melanjutkan ke tahap berikutnya. 2. Tahap berikutnya adalah menentukan jarak buffer (specify distance), dan jika ingin menggunakan buffer yang berlapis-lapis, dapat mengaktifkan as multiple rings 198 INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010

dan ditentukan juga berapa jumlah cincin buffer yang ingin ditampilkan beserta jarak antar cincin tersebut. 3. Tahap selanjutnya adalah penyelesaian dari pembuatan buffer dengan menentukan beberapa properties untuk tampilan dan penyimpanan data buffer. 4. Buffer yang terbentuk akan terlihat seperti pada Gambar c, di mana toko bangunan yang ada menghasilkan buffer area cakupan pelayanan dalam radius yang telah ditentukan sebelumnya. Akan terlihat sampai sejauh massa bangunan yang mana saja toko bangunan ini dapat dijangkau/diakses, dan terdapat beberapa area cakupan yang overlap (tumpang-tindih). PEMBACAAN BUFFER SEBAGAI PROSES ANALISIS Kecenderungan yang terjadi dari buffer-buffer yang terbentuk adalah antara lain; terbentuknya barrier atau batas buffer dalam jangkauan tertentu dari obyek peta, dan adanya area yang overlapping atau tumpang-tindih yang berasal dari beberapa buffer. Dari batas buffer yang terbentuk dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan mengenai cakupan atau jangkauan pelayanan apabila dibaca dalam orientasi yang keluar. Dalam orientasinya yang memusat pada sumber buffer, dapat dirumuskan kesimpulankesimpulan mengenai keterjangkauan akses karena buffer terbentuk dari jarak-jarak yang sudah ditentukan sebelumnya. Gambar d. Analisa buffer dengan metode fitur intersection INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010 199

Gambar e. jangkauan pelayanan dari buffer Toko Bangunan Keterangan: gambar diolah dari sumber Prahasta, 2002. Dalam kasus di Gambar d, buffer yang terbentuk dianalisa dengan menggunakan metode fitur intersection. Metode ini memungkinkan dimunculkannya obyek-obyek yang bersilangan (intersect), atau lebih tepatnya saling melingkupi. Dalam kasus Toko Bangunan tersebut dapat dibaca bahwa cakupan pelayanan toko dapat diidentifikasi dengan obyek poligon yang diarsir gelap (yang terpilih melalui fitur intersection tadi). Selain itu dengan metode yang sama namun ditambah dengan proses seleksi lebih lanjut dengan pemanggilan / query data, dapat dipilih tema tertentu saja. Dalam hal ini tema Renovasi ingin dimunculkan agar dapat teridentifikasi apakah termasuk dalam jangkauan pelayanan dari buffer Toko Bangunan (Gambar e). Dengan demikian selanjutnya dapat diambil tindakan berdasarkan variabel berikut: a. Bangunan ter-renovasi yang berada di dalam jangkauan pelayanan dari toko bangunan tersebut dapat direspon dengan semacam penawaran jasa/produk. b. Bangunan ter-renovasi yang mungkin berada di luar jangkauan direspon dengan membuka cabang toko yang baru atau improvisasi dalam transportasi jasa/barang. c. Respon lainnya yang menyesuaikan dengan kebutuhan dalam membaca hasil pemetaan buffer tersebut. Beberapa bentuk lain dari hasil pembacaan buffer ini antara lain bermanfaat untuk bidang perencanaan wilayah/kawasan seperti kesimpulan-kesimpulan berikut : 1. Menentukan zona inti dan zona penyangga dalam satu wilayah yang dengan demikian bisa dikembangkan misalnya menjadi peta analisa peruntukan kawasan. 2. Menentukan batas wilayah sesuai dengan karakter dari wilayah tersebut. 200 INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010

3. Memperkirakan penyebaran dampak dari suatu kegiatan pelayanan fasos/ fasum, atau fasilitas perkotaan dan permukiman lainnya. 4. Memperkirakan dampak bencana dari titik-titik rawan terhadap keberadaan permukiman atau infrastruktur yang ada di dalam satu kawasan. Gambar f. Buffer yang menginformasikan dampak banjir dari suatu elemen garis yang mewakili sungai, bermanfaat untuk menginformasikan dampak dari resiko banjir (Aqli, 2009) PENUTUP Analisa buffer dalam sistem informasi geografi dapat menjadi alat bantu untuk perencanaan wilayah dan kawasan dalam konteks mulai dari penentuan kebijakan hingga prediksi/simulasi keputusan spasial. Selain menjadi penentu dari strategi pemasaran, buffer berguna untuk mengukur dan memprediksi berbagai fungsi infrastruktur dalam wilayah atau kawasan apakah sudah mengakomodir kebutuhan sesuai dengan peran fungsinya. DAFTAR PUSTAKA [1] Aqli, Wafirul, Analisa Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Kawasan Permukiman Rawan Banjir di Bantaran Sungai. Jurnal Ilmiah Penelitian LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta, Desember 2004. [2] Budiyanto, Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, September 2003. [3] DeMers, Michael N., GIS For Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc., 2009. [4] Prahasta, Eddy, Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika, September 2002. [5] Prahasta, Eddy, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Bandung: Informatika, Oktober 2002. INERSIA, Vol. VI No. 2, Desember 2010 201