PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa Kepala Dinas Perkebunan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan urusan otonomi daerah di bidang perkebunan sesuai dengan kewenangan provinsi serta tugas manajerial dan teknis lingkup Dinas Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 2 peraturan Gubernur No. 28, maka sesuai dengan pasal 3 peraturan tersebut Kepala Dinas Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan dan pelaksanaan tugas pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan Laporan Kinerja 2015 1
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau susunan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Sekretariat, terdiri dari: 1). Sub Bagian Perencanaan Program 2). Sub Bagian Umum 3). Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan c. Bidang Perlindungan, terdiri dari: 1). Seksi Pengamanan Kebun 2). Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun 3). Seksi Perlindungan Kebun d. Bidang Pengembangan Perkebunan, terdiri dari: 1). Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat 2). Seksi Perkebunan Besar 3). Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan e. Bidang Sarana dan Prasarana, terdiri dari: 1). Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air 2). Seksi Pupuk dan Pestisida 3). Seksi Peralatan Mesin f. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan, terdiri dari: 1). Seksi Pengembangan Pengelolaan Hasil Perkebunan 2). Seksi Pembinaan Mutu Pengelolaan Hasil Perkebunan 3). Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan g. UPT - Benih Perkebunan 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Perbenihan - Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Pelatihan Laporan Kinerja 2015 2
- Pengujian dan Penerapan Teknologi Prkebunan 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Pelatihan Teknologi - Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Sertifikasi Benis - Mekanisasi Perkebunan 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Mekanisasi - Laboratorium Hayati 1). Sub Bagian Tata Usaha 2). Seksi Laboratorium Bagan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan provinsi Riau dapat dilihat pada Lampiran 1. B. Sistematika Laporan Sistematika penyusunan laporan ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No 29 Tahun 2010 sebagai berikut: Ikhtisar Eksekutif Bab I Pendahuluan Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Bab IV Penutup Lampiran-lampiran Laporan Kinerja 2015 3
PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA A. Perencanaan 1. Visi dan Misi Dalam rangka mendukung visi Riau yaitu Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya Melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja serta pemantapan aparatur, maka Dinas Perkebunan Provinsi Riau menetapkan visi Terwujudnya Kebun untuk kesejahteraan masyarakat Riau. Untuk merealisasikan Visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Perkebunan Provinsi Riau memiliki misi sebagai berikut: 1) Mewujudkan pembangunan perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perkebunan. 2) Meningkatkan nilai tambah produk perkebunan dan akses terhadap informasi pasar. 3) Memfasilitasi untuk peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan. 4) Meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan kelembagaan perkebunan. 5) Memberikan dukungan untuk terwujudnya ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan pangan. 2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembangunan perkebunan dirumuskan sebagai berikut: 1) Meningkatkan produksi pertanian/perkebunan 2) Meningkatkan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Laporan Kinerja 2015 4
3) Meningkatnya penerapan teknologi perkebunan pada kelompok tani 4) Meningkatnya kesejahteraan petani melalui pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan perkebunan 5) Meningkatnya ketahanan pangan Mengacu pada misi dan tujuan pembangunan dan usaha agribisnis berbasis perkebunan, maka sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2015: 1) Terwujudnya peningkatan produksi pertanian/perkebunan 2) Terwujudnya peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan 3) Terwujudnya peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan 4) Terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan petani 5) Terwujudnya ketahanan pangan dari produk perkebunan. 3. Program Program adalah kumpulan kegiatan nyata, sistematis, dan terpadu yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Program Dinas Perkebunan yang harus dilaksanakan dalam tahun anggaran 2015 yaitu: a. Program APBD 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran (17 kegiatan). 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur (5 kegiatan) 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur (3 kegiatan) 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur (1 kegiatan) Laporan Kinerja 2015 5
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan (2 kegiatan) 6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani (4 kegiatan) 7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan (1 kegiatan) 8. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan (4 kegiatan) 9. Program Peningkatan penerapan Teknologi (5 kegiatan) 10. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan (24 kegiatan) b. Program APBN 1. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. 2. Program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian 3. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian. Program dimaksud dilaksanakan dengan didukung oleh Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA- SKPD) Tahun Anggaran 2015, yang jumlahnya sebesar Rp 87.469.473.086,-. Secara teknis Program tersebut dijabarkan ke dalam 64 kegiatan, dan pada Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) 2015 mendapatkan pengurangan anggaran sehingga jumlah anggaran setelah perubahan menjadi Rp 37.676.506.086,- untuk 66 kegiatan. Sedangkan program APBN didukung dengan 5 DIPA ( 3 DIPA Dekonsentrasi dan 2 DIPA Tugas Pembantuan ) yang berasal dari 3 Eselon I Kementerian Pertanian ( Ditjen Perkebunan, Ditjen P2HP dan Ditjen PSP ) dengan jumlah anggaran dekonsentrasi sebesar Rp Laporan Kinerja 2015 6
8.071.826.000,- dan anggaran tugas pembantuan sebesar Rp 31.715.438.000,-. B. Penetapan Kinerja Penetapan Kinerja disepakati antara pengemban tugas dengan atasannya. Penetapan Kinerja merupakan ikhtisar Rencana Kinerja Tahunan, yang telah disesuaikan dengan ketersediaan anggarannya, yaitu setelah proses anggaran selesai. Penetapan kinerja Dinas Perkebunan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Target kinerja Dinas Perkebunan tahun 2015 yang telah ditetapkan sebagai berikut: 1. APBD Sasaran strategis 1: Meningkatnya Ketahanan Pangan dengan indikator kinerja: - Jumlah Produksi Pangan dari Perkebunan (ton) melalui komoditi Sagu capaian yang diharapkan sebesar 269.786 ton Tepung Sagu. Sasaran strategis 2: Meningkatnya Produksi Pertanian/Perkebunan dengan indikator kinerja: - Jumlah produksi Pertanian/ Perkebunan (ton) untuk Komoditi : Karet 354.298 ton K3 Kelapa sawit 7.573.546 ton CPO Kelapa 404.108 ton Kopra Sasaran strategis 3: Meningkatnya penerapan teknologi Pertanian/ perkebunan dengan indikator kinerja: - Prosentase Peningkatan Teknologi Petanian/Perkebunan (%) dengan target capaian sebesar 61%. Sasaran strategis 4: Meningkatnya kesejahteraan petani perkebunan dengan indikator kinerja: - Nilai Tukar Pretani (NTP) dengan target capaian 97,47 Sasaran strategis 5: Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Perrtanian/ Perkebunan pangan dengan indikator kinerja: Laporan Kinerja 2015 7
- Jumlah Unit Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (Unit Usaha) dengan target capaian 29 unit. 2. APBN Sasaran strategis 1: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah penyegar, tanaman tahunan, dukungan penyediaan benih unggul dengan indikator kinerja utama: - Capaian produksi komoditi unggulan perkebunan - Peningkatan produktivitas (kg/ha) tanaman unggulan perkebunan - Peningkatan mutu (persentase populasi standar) tanaman unggulan perkebunan - Penggunaan benih unggul bermutu, sarana produksi serta sumber benih bina perkebunan - Penguatan kelembagaan pengawas dan kelembagaan usaha perbenihan - Jumlah kelembagaaan perlindungan tanaman - Jumlah areal pengendalian OPT dan penurunan titik api (hotspot) serta penanganan gangguan usaha Sasaran strategis 2: Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan dengan indikator kinerja: - Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan - Jumlah fasilitasi promosi produk pertanian dalam negeri dan luar negeri - Jumlah kelembagaan pemasaran bagi petani di sentra produksi Sasaran strategis 3: Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan perluasan areal pertanian dengan indikator kinerja utama: Laporan Kinerja 2015 8
- Meningkatnya aksesibilitas dan luas lahan yang dioptimasi, dikonservasi, direhabilitasi maupun direklamasi serta meningkatnya luasan areal pertanian baru - Meningkatnya efisiensi dan ketersediaan air irigasi pada lahan-lahan pertanian - Terfasilitasinya alat dan mesin pertanian dan tersedianya usaha pelayanan jasa alat dan mesin - Tersalurkannya pupuk dan pestisida - Terfasilitasinya pola pembiayaan pertanian Laporan Kinerja 2015 9
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 A. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Pada tahun 2015, Dinas Perkebunan telah menetapkan 5 sasaran strategis yang berisi 5 indikator kinerja utama (IKU). Berdasarkan capaian IKU tahun 2015 (terlampir), dari 5 IKU 3 IKU yang memiliki capaian 100 % atau lebih dan 2 IKU yang memiliki capaian kurang dari 100 %. Tabel 1. Ringkasan Capai IKU Kegiatan APBD Tingkat capaian Jumlah IKU Persentase < 100 % 2 40.00 100 % 3 60,00 Jumlah 5 100,00 Secara umum berdasarkan Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan, tingkat capaian <100% 2 IKU yaitu Peningkatan Produksi dan Nilai Tukar Petani (NTP), dan 3 IKU tingkat capaikannya >100% yaitu Jumlah produksi Pangan dari perkebunan, Peningkatan teknologi Pertaniann/ Perkebunan dan Jumlah Unit Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (Unit Usaha). B. Evaluasi dan Analisis Kinerja 1. APBD a. Sasaran Strategis 1 : Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan indikator kinerja: perkebunan (ton) yaitu komoditi sagu. Jumlah produksi pangan dari Target jumlah produksi pangan komoditas perkebunan yang ditetapkan yaitu sagu sebesar 269.786 ton. Sebagai sumber data untuk melihat capaian dipergunakan data statistik perkebunan yang Laporan Kinerja 2015 10
tersedia, dan secara nasional data statistik perkebunan dimaksud adalah data n-1. Oleh karena itu untuk mengukur capaian tahun 2015 dipergunakan data statistik perkebunan tahun 2014. Dari data tahun 2014 diperoleh angka realisasi produksi sagu yaitu sebesar 340.197 ton (126,10 %) atau lebih besar 26,10 % dari target yang ditetapkan. Dari 5 kabupaten sumber penghasil sagu, terdapat 2 kabupaten penyumbang produksi sagu terbesar yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Siak. Secara rinci produksi sagu per kabupaten di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Sagu Provinsi Riau Tahun 2013-2014 No Kabupaten/Kota Produksi (ton) 2013 2014 (+/-) Persentase 1 Kampar - - - - 2 Rokan Hulu - - - - 3 Pelalawan 914 9915 1 0,11 4 Indragiri Hulu - - - - 5 Kuantan Singingi - - - - 6 Bengkalis 5.889 1.607-4.282-72,71 7 Rokan Hilir - - - - 8 Dumai - -- - - 9 Siak 19.904 46.764 26.860 134,,95 10 Indragiri Hilir 7.457 7.452-5 - 0,07 11 Pekanbaru - - - 12 Kep Meranti 91.981 283.459 191.478 208,17 TOTAL 126.145 340.197 214.052 169,69 Dilihat dari Tabel 2, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada kenaikan produksi yang signifikan, yaitu sebesar 214.052 ton (169,69 %). Kontribusi kenaikan produksi sagu ini berasal dari 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Siak. Sedangkan 2 kabupaten lainnya yaitu Indragiri Hilir dan Bengkalis mengalami penurunan produksi masing-masing sebesar 0,07 % dan 72,71 %. Laporan Kinerja 2015 11
b. Sasaran Strategis 2 : Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan indikator kinerja : Jumlah produksi pertanian/perkebunan produksi (ton) yaitu komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa Target jumlah produksi yang ditetapkan dalam Rencana Strategis perkebunan pada 3 komoditi utama perkebunan, yaitu kelapa sawit 7.573.546 ton, kelapa 404.108 ton dan karet 354.298 ton. Dari data statistik perkebunan tahun 2014 diperoleh angka realisasi capaian dari ketiga komoditas tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dari ketiga tanaman perkebunan tersebut, produksi kelapa sawit dan kelapa tidak mencapai target, sementara produksi karet dapat mencapai target yang ditetapkan. Tabel 3. Target dan Realisasi Produksi Tanaman Perkebunan Produksi No. Komoditi Target Realisasi % 1 Kelapa sawit (ton 7.573.546 7.561.293 99,84 CPO) 2 Kelapa (ton kopra) 404.108 421.654 104,34 3 Karet (ton KKK) 354.298 367.261 103,66 Komoditi kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang paling dominan diusahakan oleh petani di Riau, sehingga dijadikan salah satu indikator dalam mengukur tingkat keberhasilan pembangunan perkebunan. Dilihat dari Tabel 3, produksi kelapa sawit yang dapat dicapai adalah 7.561.293 ton atau 99,84 % dari yang ditargetkan. Permasalahan yang dihadapi petani kelapa sawit antara lain produktivitas yang rendah karena penggunaan bibit palsu (bibit yang tidak bermutu dan bersertifikat), harga yang cenderung turun dan perubahan iklim. Selain pencapaian target, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan produksi perlu dibandingkan dengan Laporan Kinerja 2015 12
produksi tahun sebelumnya. Secara rinci data produksi kelapa sawit tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Kelapa Sawit Provinsi Riau Tahun 2013-2014 No Kabupaten/Kota Produksi (ton) 2013 2014 (+/-) Persentase 1 Kampar 1.337.727 1.328.777-8.950-0,67 2 Rokan Hulu 1.172.003 1.173.743 1.740 0,15 3 Pelalawan 1.157.006 1.247.740 90.734 7,84 4 Indragiri Hulu 443.880 427.755-16.125-3,63 5 Kuantan Singingi 405.732 410.195 4.463 1,10 6 Bengkalis 441.879 400.387-41.492-9,39 7 Rokan Hilir 877.677 806.251-71.426-8,14 8 Dumai 75.127 79.883 4.756 6,33 9 Siak 925.010 950.008 24.998 2,70 10 Indragiri Hilir 704.346 705.888 1.542 0,22 11 Pekanbaru 30.467 30.666 199 0,65 12 Kep Meranti - - - - TOTAL 7.570.854 7.561.293 9.561-0,13 Dari Tabel 4 dapat dilihat secara keseluruhan produksi kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 9.561 ton (0,13 %). Kabupaten yang mempunyai kontribusi terhadap penurunan produksi kelapa sawit adalah Rokan Hilir sebesar 71.426 ton (8,14 %), Bengkalis sebesar 41.492 ton (9,39 %), Indragiri Hulu sebesar 16.125 ton (3,63 %) dan Kampar sebesar 8.950 ton (0,67 %). Namun pada beberapa kabupaten produksi kelapa sawit mengalami kenaikan yaitu Rokan Hulu sebesar 1.740 ton (0,15 %), Pelalawan sebesar 90.734 ton (7,84 %), Kuantan Singingi sebesar 4.463 ton (1,10 %), Siak sebesar 24.998 ton (2,70 %), Indragiri Hilir sebesar 1.542 ton (0,22 %), Dumai sebesar 4.756 ton (6,33 %) dan Pekanbaru sebesar 199 ton (0,65 %). Selain kelapa sawit, komoditi karet juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Dilihat dari Tabel 2, produksi karet yang dapat dicapai adalah 367.261 ton atau Laporan Kinerja 2015 13
103,66 % dari yang ditargetkan. Dari angka tersebut dapat diartikan bahwa produksi karet yang dicapai melebihi dari yang ditargetkan sebesar 3,66 %. Untuk mengetahui secara rinci produksi karet tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Karet Provinsi Riau Tahun 2013-2014 No Kabupaten/Kota Produksi (ton) 2013 2014 (+/-) Persentase 1 Kampar 75.484 77.556 2.072 2,74 2 Rokan Hulu 54.718 55.703 985 1,80 3 Pelalawan 39.982 40.349 367 0,92 4 Indragiri Hulu 44.661 43.086-1.575-3,53 5 Kuantan Singingi 71.149 79.561 8.412 11,82 6 Bengkalis 21.408 21.258-150 - 0,70 7 Rokan Hilir 24.714 23.990-724 - 2,93 8 Dumai 1.524 1.716 192 12,60 9 Siak 7.039 10.495 3.456 49,10 10 Indragiri Hilir 3.552 3.931 379 10,67 11 Pekanbaru 588 388-200 - 34,01 12 Kep Meranti 9.438 9.227-211 - 2,24 TOTAL 354.257 367.260 13.003 3,67 Dari Tabel 5 dapat dilihat secara keseluruhan produksi karet mengalami kenaikan sebesar 13.003 ton (3,67 %). Kabupaten yang mempunyai kontribusi terhadap kenaikan produksi karet adalah Kampar sebesar 2.072 ton (2,74 %), Rokan Hulu sebesar 985 ton (1,80 %), Pelalawan sebesar 367 ton (0,92 %), Kuantan Singingi sebesar 8.412 ton (11,82 %), Dumai sebesar 192 ton (12,60 %), Siak sebesar 3.456 ton (49,10 %) dan Indragiri Hilir sebesar 379 ton (10,67 %). Namun pada beberapa kabupaten produksi karet mengalami penurunan yaitu Indragiri Hulu sebesar 1.575 ton (3,53 %), Bengkalis sebesar 150 ton (0,70 %), Rokan Hilir sebesar 724 ton (2,93 %), Kepulauan Meranti sebesar 211 ton (2,24 %), dan Pekanbaru sebesar 200 ton (34,01 %). Laporan Kinerja 2015 14
Komoditi yang juga cukup dominan di Provinsi Riau adalah kelapa, sentra produksi kelapa terutama di daerah pesisir yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Bengkalis dan Rokan Hilir. Dilihat dari Tabel 6, produksi kelapa yang dapat dicapai adalah 421.654 ton atau 104,34 % dari yang ditargetkan. Permasalahan yang dihadapi petani kelapa terutama adalah intrusi air laut yang menyebabkan banyaknya tanaman kelapa yang rusak sehingga berpengaruh terhadap produksi secara keseluruhan. Untuk mengetahui secara rinci produksi karet tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi Kelapa Provinsi Riau Tahun 2013-2014 No Kabupaten/Kota Produksi (ton) 2013 2014 (+/-) Persentase 1 Kampar 626 563-63 -10,06 2 Rokan Hulu 595 595 0 0 3 Pelalawan 17.226 17.312 86 0,50 4 Indragiri Hulu 584 296-288 - 49,32 5 Kuantan Singingi 2.093 1.800-293 - 14,00 6 Bengkalis 11.193 7.551-3.642-32,54 7 Rokan Hilir 4.645 4.632-13 - 0,28 8 Dumai 907 908 1 0,11 9 Siak 894 1.238 344 38,48 10 Indragiri Hilir 360.959 359.372-1.587-0,44 11 Pekanbaru 9 9 0 0 12 Kep Meranti 27.349 27.379 30 0,11 TOTAL 427.079 421.655-5.425-1,27 Dari Tabel 6 dapat dilihat secara keseluruhan produksi kelapa mengalami penurunan sebesar 5.425 ton (1,27 %). Kabupaten yang mempunyai kontribusi terhadap penurunan produksi kelapa adalah Indragiri Hilir sebesar 1.587 ton (0,44 %), Rokan Hilir sebesar 13 ton (0,28 %), Indragiri Hulu sebesar 288 ton (49,32 %), Kuantan Singingi sebesar 293 ton (14 %)dan Kampar sebesar 63 ton (10,06 %). Namun pada beberapa kabupaten produksi kelapa mengalami kenaikan yaitu Kepulauan Meranti sebesar 30 ton Laporan Kinerja 2015 15
(0,11 %), Pelalawan sebesar 86 ton (0,50 %), Siak sebesar 344 ton (38,48 %), dan Dumai sebesar 1 ton (0,11 %). c. Sasaran Strategis 3 : Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dengan indikator kinerja : Persentase peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan (%). Target peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis perkebunan adalah 61 %. Realisasi penerapan teknologi pertanian/perkebunan pada petani dihitung dengan cara jumlah petani yang menggunakan teknologi (641.710 KK) dibagi dengan jumlah petani/pekebun yang ada di Riau (1.046.900 KK), maka diperoleh angka 61,30 %. Untuk mengetahui secara rinci peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Jumlah Petani yang telah Menggunakan Teknologi Pertanian/Perkebunan di Provinsi Riau Tahun 2014-2015 No Kabupaten/Kota Jumlah Petani Terlatih (+/-) Persentase 2014 2015 1 Kampar 96.824 96.924 100 100.10 2 Rokan Hulu 92.814 99.914 100 100.11 3 Pelalawan 61.004 61.054 50 100.08 4 Indragiri Hulu 61.293 61.393 100 100.16 5 Kuantan Singingi 79.959 80.059 100 100.13 6 Bengkalis 41.342 41.492 150 100.36 7 Rokan Hilir 37.766 37.866 100 100.26 8 Dumai 10.638 10.638 100.00 9 Siak 45.975 46.025 50 100.11 10 Indragiri Hilir 88.043 98.093 50 100.06 11 Pekanbaru 1.204 1.204 100.00 12 Kep Meranti 13.959 14.009 50 100.36 TOTAL 640.820 641..670 850 100.13 Dari Tabel 7 dapat dilihat pertambahan jumlah petani yang terlatih sebesar 0,13 % atau 850 KK. Jenis pelatihan yang diberikan antara lain dinamika kelompok tani pada 7 kabupaten (Rokan Hilir 100 orang, Kampar, 100 orang, Bengkalis 100 orang, Kuantan Singingi Laporan Kinerja 2015 16
100 orang, Indragiri Hulu 100 orang, Rokan Hulu 100 orang dan Pelalawan 50 orang), pelatihan budidaya tanaman sagu pada 2 kabupaten (Kepulauan Meranti 50 orang dan Indragiri Hilir 50 orang) dan pelatihan budidaya kelapa sawit pada 2 kabupaten (Siak 50 orang dan Bengkalis 50 orang). Selain itu petani/pekebun juga mendapatkan bimbingan teknis dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT) sebanyak 40 KK petani di Kampar. d. Sasaran Strategis 4 : Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan indikator kinerja : Nilai Tukar Petani (NTP). Target nilai tukar petani yang ditetapkan dalam Rencana Strategis perkebunan adalah 97,47. Untuk mengetahui tingkat capaian NTP perkebunan diperoleh dari data BPS Provinsi Riau tahun 2014 dan 2015 yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Tukar Petani Perkebunan di Provinsi Riau Tahun 2014-2015 No Kabupaten/Kota Nilai Tukar Petani 2014 2015 (+/-) Persentase 1 Januari 97.38 93.43-3.95 95.94 2 Pebruari 96.29 93.64-2.65 97.25 3 Maret 98.17 95.60-2.57 97.38 4 April 97.96 94.20-3.76 96.16 5 Mei 95.90 92.08-3.82 96.02 6 Juni 95.11 93.39-1.72 98.19 7 Juli 95.56 90.43-5.13 94.63 8 Agustus 93.37 87.15-6.22 93.34 9 September 91.72 86.57-5.15 94.39 10 Oktober 93.45 88.68-4.77 94.90 11 Nopember 93.77 89.39-4.38 95.33 12 Desember 91.64 89.92-1.72 98.12 TOTAL 95.03 91.21-3.82 95.98 Dilihat dari Tabel 8, nilai tukar petani yang dapat dicapai adalah 91,21 atau 95,98 % dari yang ditargetkan. Ditinjau dari target nilai Laporan Kinerja 2015 17
tukar petani, angka tersebut tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Dibandingkan dengan tahun 2014, nilai tukar petani pada tahun 2015 menurun sebesar 3,82 %. Permasalahan yang dihadapi petani/pekebun pada akhir-akhir ini antara lain harga produk hasil perkebunan yang cenderung menurun sedangkan harga sarana produksi cenderung meningkat sehingga nilai tukar petani tidak dapat mencapai angka yang ditargetkan. e. Sasaran Strategis 5 : Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan indikator kinerja : Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan. Target peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis perkebunan adalah 29 unit usaha. Jumlah unit usaha yang telah dibina sampai dengan tahun 2014 sebanyak 29 unit, sedangkan pada tahun 2015 terdapat 33 unit usaha pengolahan hasil perkebunan. Secara rinci jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 9. Laporan Kinerja 2015 18
Tabel 9. Unit Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan Tahun 2014-2015 No Kabupaten/Kota Unit Usaha 2014 2015 (+/-) Persentase 1 Kampar 5 6 1 120,00 2 Rokan Hulu 8 9 1 112,50 3 Pelalawan 3 3-100,00 4 Indragiri Hulu 4 5 1 125,00 5 Kuantan Singingi 5 6 1 120,00 6 Bengkalis - - - 7 Rokan Hilir - - - 8 Dumai - - - 9 Siak - - - 10 Indragiri Hilir 3 3-100,00 11 Pekanbaru - - - 12 Kep Meranti 2 2-100,00 TOTAL 29 33 4 113,79 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan yang dibina mencapai target yang ditetapkan sebanyak 33 unit atau 113,79 % dari yang ditargetkan. Ada penambahan unit usaha pengolahan hasil yang dibina sebanyak 4 unit, yaitu Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuntan Singingi. Pada ke-4 unit usaha tersebut selain pembinaan, juga diberikan bantuan alat pengolahan hasil perkebunan. C. Akuntabilitas Keuangan 1. APBD 1.1 Pagu Anggaran Berdasarkan DPA tahun 2015 No.2.01.2.01.02 tanggal 27 Februari 2015, Dinas Perkebunan mendapatkan alokasi anggaran belanja sebesar Rp 87.469.473.086,- terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp 18.278.473.086 dan Laporan Kinerja 2015 19
belanja langsung sebesar Rp 69.191.000.000,- yang digunakan untuk membiayai 10 program dan 64 kegiatan Dinas Perkebunan. Melalui DPPA Dinas Perkebunan tahun 2015 No.2.01.2.01.02 tanggal 15 Desember 2015 jumlah anggaran belanja Dinas Perkebunan menjadi Rp 37.676.506.086,- terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp 18.278.473.086,- dan belanja langsung sebesar Rp 19.398.033.000,- untuk membiayai 66 kegiatan dari 10 program. 1.2 Penyerapan Anggaran Dari pagu anggaran yang ditetapkan, penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp 28.181.627.892,- (74,80 %) terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp 16.472.400.046,- (90,12 %) dan belanja langsung sebesar Rp 11.709.227.846,- (60,36 %). Dengan demikian anggaran yang telah dialokasikan terdapat sisa anggaran sebesar Rp 9.494.878.194,- (25,20%) yang merupakan anggaran yang tidak digunakan karena adanya kegiatan yang tidak dilaksanakan, adanya efisiensi penggunaan anggaran terutama pada kegiatan yang pekerjaannya dilaksanakan oleh pihak ke-3 dan efisiensi dalam pelaksanaan perjalanan dinas. Realisasi fisik dan keuangan per kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. APBN 1.1 Pagu Anggaran Dinas Perkebunan Provinsi mendapatkan alokasi anggaran program/kegiatan APBN tahun 2015 melalui 5 DIPA, yaitu: DIPA- 018-05.3.099270/2015 tanggal 14 Nopember 2014 dari Ditjen Perkebunan (Dekonsentrasi) dengan alokasi anggaran Laporan Kinerja 2015 20
belanja sebesar Rp 6.740.701.000, No. DIPA-018-05.4.099316/2015 tanggal 14 Nopember 2014 dari Ditjen Perkebunan (Tugas Pembantuan) dengan alokasi anggaran belanja sebesar Rp 30.435.438.000, No. DIPA- 018.07.3.099030/2015 tanggal 14 Nopember 2014 dari Ditjen P2HP (Dekonsentrasi) dengan alokasi anggaran belanja sebesar Rp1.031.125.000, No. DIPA-018.07.4.099319/2015 tanggal 14 Nopember 2014 dari Ditjen P2HP (Tugas Pembantuan) dengan alokasi anggaran belanja sebesar Rp 1.280.000.000, No. DIPA-018.08.3.099032/2015 tanggal 14 Nopember dari Ditjen PSP (Dekonsentrasi) dengan alokasi anggaran belanja sebesar Rp 300.000.000, Total anggaran dekonsentrasi sebesar Rp 8.071.826.000,- dan anggaran tugas pembantuan sebesar Rp 31.715.438.000. 2.2 Penyerapan Anggaran Dari pagu anggaran yang ditetapkan, realisasi penyerapan anggaran dekonsentrasi sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp 7.526.491.220,- (93,24 %) dan anggaran tugas pembantuan sebesar Rp 29.660.126.295,- (93,52 %). Realisasi fisik dan keuangan per kegiatan baik dekonsentrasi maupun tugas pembantuan dapat dilihat pada Lampiran 2. Laporan Kinerja 2015 21
PENUTUP Laporan akuntabilitas kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2015 yang disusun ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang diemban oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau selama periode tahun 2015. Pada tahun 2015 kegiatan dengan sumber dana APBD yang diselenggarakan merupakan penjabaran dari kebijaksanaan yang ditetapkan meliputi 5 program, yaitu:1). Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, 2). Program Peningkatan Ketahanan Pangan, 3). Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan, 4). Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan, 5). Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan. Sedangkan kegiatan dengan sumber dana APBN merupakan penjabaran dari program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan, program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian, program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebanyak 38 kegiatan utama dan 28 kegiatan pendukung dari pembiayaan APBD dan 13 kegiatan dekonsentrasi dan 7 kegiatan tugas pembantuan dari pembiayaan APBN. Pencapaian pelaksanaan kegiatan APBD secara fisik sebesar 85,43 % dan keuangan 74,80 %, sedangkan realisasi fisik kegiatan APBN mencapai 98,46% (DK) dan 100,00% (TP) serta keuangan 93,24% (DK) dan 93,52% (TP) Pencapaian fisik kegiatan APBD tahun 2015 yang dapat dicapai sebesar 85,43%, sedangkan tahun 2014 tingkat capaian fisik sebesar 38,68 %. Sedangkan pencapaian fisik kegiatan APBN terjadi fluktuasi Laporan Kinerja 2015 22
terhadap capaian kinerja yaitu dari 99,25% pada tahun 2014 menjadi 98,46 % pada tahun 2015 (DK), sedangkan tugas pembantuan sebesar 93,85% pada tahun 2014 menjadi 100,00% pada tahun 2015. Dari hasil yang telah dicapai Dinas Perkebunan pada tahun 2015 dapat dikatakan kinerja Dinas Perkebunan harus lebih ditingkatkan dan memaksimalkan potensi yang ada dari tahun sebelumnya. Masih belum dapat dicapainya hasil yang maksimal pada capaian kegiatan APBD disebabkan adanya kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan. Sangat disadari bahwa pelaksanaan kegiatan belum optimal dilakukan dan masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi, baik kegiatan APBD maupun kegiatan APBN antara lain keterbatasan SDM baik kualitas maupun kuantitas, ketersediaan bahan tanaman dan lain-lain. Agar tercapai kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang lebih baik pada tahun-tahun yang akan datang, perlu adanya konsolidasi mulai dari penyusunan rencana kegiatan sampai dengan pelaksanaan oleh semua unsur dalam organisasi Dinas Perkebunan, memperkuat SDM, serta diikuti dengan pengendalian kegiatan secara ketat dan intensif melalui peningkatan monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Diharapkan laporan akuntabilitas kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat disempurnakan penulisannya pada tahun-tahun berikutnya. Pekanbaru, Februari 2016 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU Laporan Kinerja 2015 23