PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK PEREKAT BATA RINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERSENTASE PENAMBAHAN FLYASH TERHADAP KUAT TEKAN BATA RINGAN JENIS CLC

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

STUDI KASUS PERBANDINGAN BERBAGAI BATA RINGAN DARI SEGI MATERIAL, BIAYA, DAN PRODUKTIVITAS

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN TEGANGAN-REGANGAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM TERTAHAN SARINGAN NO.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas kinerja beton dengan meningkatkan kualitas campuran beton.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa batu kerikil dan agregat halus yang berupa pasir yang kemudian

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR PADA BATU BATA RINGAN YANG TERBUAT DARI FLY ASH DAN ABU PENGERGAJIAN BATU ANDESIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas PT.Adiprima Suraprinta dalam Pembuatan Batako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN BUIH DAN SERAT ALAM

B1 AB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENAMBAHAN LIMBAH ABU BATU BARA PADA BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK PEREKAT BATA RINGAN Michael Aditya Karijanto 1, Andre Rachman Wijaya 2, Ir. Handoko Sugiharto, M.T. 3 ABSTRAK : Perekat bata ringan adalah hasil inovasi dari perekat bata konvensional. Fly ash adalah pengganti semen karena sifat pozzolanik yang dimilikinya sama seperti semen dengan ukuran partikel yang kecil dan bulat. Pada penelitian ini penulis mencoba menggantikan semen dengan fly ash dengan beberapa variabel persentase fly ash dimana diharapkan akan didapatkan hasil yang lebih baik dan juga lebih murah dari segi ekonomi. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan compressive test dan pull off test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan fly ash dengan kadar 30% dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dan ekonomis dibandingkan dengan perekat bata ringan standar tanpa fly ash. KATA KUNCI : pengaruh penambahan fly ash, persentase fly ash, fly ash sebagai solusi 1. PENDAHULUAN Pada saat ini dunia konstruksi telah berkembang pesat, kemajuan teknologi memungkinkan banyak bahan konstruksi baru yang dapat diciptakan. Hal ini juga memungkinkan pengembangan bahan konstruksi yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah pengembangan bata merah konvensional menjadi bata ringan yang akhirakhir ini bukan hanya digunakan pada bangunan high rise building tetapi juga mulai digunakan pada perumahan. Bata ringan sendiri memiliki beberapa kelebihan yaitu beratnya yang ringan memudahkan pekerja untuk memindah dan memasang bata, bentuknya yang sangat homogen antar satu dengan yang lain sehingga diperlukan lebih sedikit perekat bata, dan juga bata ringan memiliki kekuatan yang paling tinggi dibanding batako maupun bata merah konvensional. Oleh karena itu, di sini akan dibahas mengenai efek daripada penambahan fly ash pada perekat bata ringan, dalam hal ini menggunakan mortar, baik pada kuat tekan dan kuat tariknya. Mortar atau spesi merupakan salah satu bahan bangunan yang berfungsi untuk merekatkan pasangan batu bata, batako, plesteran dan sebagainya. Selama ini mortar masih menggunakan semen portland dan kapur sebagai bahan ikat utama yang harganya cukup mahal. Pada sisi lain penggunaan mortar tidak memerlukan persyaratan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu diperlukan alternatif bahan ikat lain yang memiliki harga lebih murah dan diprediksikan dapat meningkatkan kuat tekan dan tarik mortar. Bahan ikat alternatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah sisa pembakaran batu bara, yaitu fly ash. Penggunaan fly ash diharapkan dapat menambah kekuatan perekat bata ringan, karena bentuk partikelnya yang sangat kecil 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, michael_mak7@yahoo.com. 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, andre.rachman@hotmail.com. 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, hands@peter.petra.ac.id. 1

sehingga dapat mengisi rongga-rongga kosong di dalam perekat bata ringan dan juga fly ash memiliki sifat pozzolan sama seperti semen. Konsep penambahan fly ash ini sama seperti penambahan fly ash pada campuran beton basah sehingga dapat mengurangi penggunaan semen, sehinga dapat menekan biaya yang dikeluarkan. Konsep ini diperlukan trial dengan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persentase fly ash yang digunakan dalam mortar. Sedangkan variabel terikatnya adalah kuat tekan, tarik dan serapan air pada mortar. 2. STUDI LITERATUR 2.1. Bata Ringan Ada 2 macam jenis bata ringan Aerated Lightweight Concrete /ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete / AAC) dan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu ketika bubuk aluminium atau aluminium pasta mengembang seperti pada prosess pembuatan roti saat penambahan ragi untuk mengembangkan adonan. Material pembuatan bata ringan AAC memakai pasir khusus yaitu silika (> 95% SiO2) dan harus digiling sampai ukuran mikro. Sama halnya seperti pada pembuatan roti pada AAC tingkat ekspansi adonan juga tidak bisa di kontrol secara tepat sehingga biasanya akan mengembang keluar dari cetakan. Oleh karena itu harus dipotong untuk mendapatkan dimensi yang dibutuhkan.gelembung udara yang relatif banyak memungkinkan dihasilkannya AAC dengan kerapatan yang rendah yaitu sekitar 700 800 kg / m³. Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa berfungsi sebagai media untuk membungkus udara. Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan dan kepadatan yang didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 sampai 1.800 kg / m³ dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N / mm ². Spesifikasi Bata Ringan : Berat jenis kering : 520 kg/m3 Berat jenis normal : 650 kg/m3 Kuat tekan : > 4,0 N/mm2 Konduktifitas termis : 0,14 W/mK Tebal spesi : 3 mm Ketahanan terhadap api : 4 jam Jumlah per luasan per 1 m2 : 22-26 buah. 2.2. Perekat Bata Ringan Thin bed adhesive merupakan perekat yang digunakan khusus untuk bata ringan. Hal ini dikarenakan kemampuan thin bed adhesive untuk merekatkan bata ringan satu dengan yang lain dengan ketebalan hanya 3mm. Berbahan dasar semen, pasir pilihan, filler dan aditif yang tercampur secara homogen. Standar Acuan Produk yaitu EN 998:2003. Biasanya berwarna abu. Pasir yang digunakan adalah campuran pasir pilihan dengan besar butiran maksimum 0,6 mm. Semen yang digunakan semen Portland. Dengan Polymers sebagai zat adiktif. Dengan ketebalan 3mm itu maka dapat menghasilkan suatu 2

konstruksi bata ringan yang sesuai dengan konsep awalnya. Dan juga pengerjaan di lapangan menjadi lebih rapi dan terkontrol sehingga dapat menekan terjadi waste pada pekerjaan pemasangan batu bata ringan. 2.3. Fly Ash Fly ash merupakan bahan sisa buangan yang berasal dari pembakaran batu bara yang biasanya digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap. Saat suhu pembakaran antara 1250ºC sampai 1600ºC, materialmaterial yang tahan terhadap api akan bergabung membentuk butiran-butiran berbentuk bola seperti kaca dengan komposisi silica (SiO 2 ), alumina (Al 2 O 3 ), iron oxide (Fe 2 O 3 ), dan unsur-unsur minor lainnya. (Hidayat, 1986) Komposisi dari fly ash bermacam-macam tergantung sumber pembakaran dan jenis batu bara yang digunakan. Berdasarkan ASTM C618, fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas C dan fly ash kelas F, dimana komposisi peyusunnya berbeda seperti terlihat pada tabel 2.1 dan 2.2. Standar yang ditetapkan oleh ASTM adalah 75% dari fly ash harus berukuran lebih kecil dari 45µm dan memiliki kandungan karbon serta loss of igniton dibawah 4%. (Hadi, 2000) Pada Tabel 1. dicantumkan senyawa yang terkandung dalam fly ash tipe F, N dan C. Pada Tabel 2. dicantumkan perbandingan komposisi portland cement, class f fly ash, class c fly ash, dan silica fume. Tabel 1. Fly Ash Standar ASTM Sumber: ASTM C618 96 Volume 04.02 Tabel 2. Perbandingan Komposisi Portland Cement, Class F Fly Ash, Class C Fly Ash, dan Silica Fume Sumber: Anon, Fly ash. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/fly_ash. Property Portland Cement Class F Fly ash Class C Fly ash Silica fume SiO 2 (%) 21 52 35 85 to 97 Al 2 O 3 (%) 5 23 18 Fe 2 O 3 (%) 3 11 6 CaO(%) 62 5 21 <1 Fineness as surface area 370 420 420 000 to 30000 (m²/kg) Specific Gravity 3, 2,38 2,65 2,22 General use in Cement Cement property primary binder concrete replacement replacement enhancer 3

2.4. Air Air adalah salah satu material penyusun beton yang penting yang berfungsi untuk memicu proses kimiawi. Dalam penggunaannya, air yang dapat di minum dan tidak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti minyak, garam, dan gula dapat dipakai. 3. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahapan persiapan alat dan bahan, tahap pembuatan benda uji dan tahap pengujian. 3.1. Tahap Persiapan Alat dan Bahan Alat yang dipersiapkan adalah bekisting kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm, bekisting silinder diameter 5 cm, compression machine, pull off machine, mixer, timbangan digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah perekat bata ringan, fly ash, air, lem epoxy, paving block. 3.2. Penelitian 1 (Compressive Test) Benda uji dibuat dengan bekisting kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm dengan rasio berat air : powder = 1 : ±3.5. Sembilan benda uji akan dibagi untuk diuji pada umur 3, 7, dan 28 hari. Ini digunakan untuk mencari kekuatan tekan perekat bata ringan tiap variabel. Untuk proses pembuatan campuran, pertama-tama akan dilakukan pencampuran material-material kering, yaitu perekat bata ringan dan fly ash. Material-material kering ini akan diaduk selama 5 menit hingga tercampur secara merata. Lalu air ditambahkan ke dalam campuran dan diaduk lagi hingga rata. Dalam penelitian ini digunakan 6 variabel jumlah fly ash pada perekat bata ringan, yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Setelah proses pembuatan campuran selesai, campuran dicetak ke dalam bekisting. Cetakan disimpan selama 24 jam hingga campuran mengeras dan setelah mengeras dapat dikeluarkan dari cetakan. Benda uji lalu siap untuk diuji dengan menggunakan compression machine. 3.3. Penelitian 2 (Pull Off Test) Benda uji dibuat dengan bekisting silinder berdiameter 5 cm dengan rasio berat air : powder = 1 : ±3.5. Sembilan benda uji akan dibagi untuk diuji pada umur 3, 7, dan 28 hari. Ini digunakan untuk mencari kekuatan tarik perekat bata ringan tiap variabel. Untuk proses pembuatan campuran, pertama-tama akan dilakukan pencampuran material-material kering, yaitu perekat bata ringan dan fly ash. Material-material kering ini akan diaduk selama 5 menit hingga tercampur secara merata. Lalu air ditambahkan ke dalam campuran dan diaduk lagi hingga menyatu. Dalam penelitian ini digunakan 6 variabel jumlah fly ash pada perekat bata ringan, yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Setelah proses pembuatan campuran selesai, campuran dicetak ke dalam bekisting. Cetakan disimpan selama 24 jam hingga campuran mengeras dan setelah mengeras dapat dikeluarkan dari cetakan. 1 hari sebelum ditest kuat tariknya, perekat bata ringan yg telah mengeras ditempelkan ke substrat yaitu paving block dengan menggunakan lem epoxy di bagian bawah dan dibagian atasnya ditempelkan ke doli dengan menggunakan lem epoxy. Benda uji lalu siap diuji dengan menggunakan pull off machine. 4. HASIL DAN ANALISA Dijelaskan hasil pengujian serta analisa hasil dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan untuk menjawab permasalahan mengenai pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan gaya tarik dan tekan perekat bata ringan serta persentase terbaik penambahan fly ash terhadap kekuatan gaya tarik dan tekan perekat bata ringan. 4

Pengujiann compressivee test dilakukan di Laboratorium Konstruksi Beton Universitas Kristen Petra, sedangkann pengujian pull off test dilakukan dengan alat yang dipinjam dari Sika Indonesia, Surabaya. Hasil pengujian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik agar pengaruh dari pembedaan persentase fly ash pada penelitian yang dilakukan dapat terlihat dengan jelas dan akurat, sehingga dapat mempermudah dalam menganalisa data dan pengambilan keputusan langkah penelitian selanjutnya. 4.1. Compressive Test Berikut dilampirkan hasil compressive test dan grafik perbandingan pada benda uji berumur 3, 7, 28 hari dengan variable persentase fly ash sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Tabel 3. Adalah hasil dari berat dan test tiap sample yang telah diuji. Di Gambar 1. hasil compressive test disajikan dalam bentuk grafik agar lebih mudah membandingkan tiap jenis sample. Tabel 3. Hasil Compressivee Test Sample Berumur 3, 7, 28 hari Compressive Test 3 Hari Jenis Berat 218.021 Test (kn) 11 0% 230.199 224.493 13 13 219.885 13 10% 2.120 224.228 13 12 230.184 12 20% 227.044 223.348 14 231.564 14 30% 229.630 230.665 16 17 217.722 12 40% 222.831 217.085 13 12 223.980 12 50% 221.536 11 223.608 11 Compressive Test 7 Hari Jenis Berat 223.2 Test (kn) 0% 233.317 221.2 14 229.751 10% 223.998 224.371 233.797 16 20% 236.080 231.475 16 14 234.935 18 30% 228.902 227.547 17 18 216.625 14 40% 226.004 14 219.482 12 223.275 13 50% 227.348 12 227.999 12 Compressive Test 28 Hari Jenis Berat Test (kn) 216.516 20 0% 234.400 20 217.302 21 236.121 20 10% 226.991 22 224.480 20 230.250 20 20% 233.050 22 233.043 21 225.556 22 30% 226.050 22 230.890 23 232.631 21 40% 228.865 21 224.380 20 238.096 19 50% 235.134 20 238.057 19 Gambar 1. Grafik Compressive Test Sample Berumur 3, 7, 28 hari 5

Dari Gambar 1. yang merupakan grafik hasil compressive test. Dapat dilihat dengan jelas bahwa sample dengan kadar fly ash 30% memiliki nilai rata-rata tekan yang paling tinggi mencapai,667 kn pada umur 3 hari, 17,667 kn pada umur 7 hari, dan 22,333 kn pada umur 28 hari. Sedangkan nilai rata-rata terendah dihasilkan melalui kadar fly ash sebesar 50% yaitu 11,333 kn pada umur 3 hari, 12,333 kn pada umur 7 hari, dan 19,333 kn pada umur 28 hari. Dibandingkan dengan sample dengan kadar 0% fly ash yang merupakan sample perekat bata ringan standar yang memiliki nilai rata-rata tekan yaitu 12,333 kn pada umur 3 hari, 14,667 kn pada umur 7 hari, dan 20,333 kn pada umur 28 hari, sample dengan kadar 30% fly ash memiliki nilai tekan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena tekstur fly ash yang sangat kecil dan bulat sehingga dapat mengisi rongga yang ada di dalam adonan sehingga sample menjadi lebih padat. Sample dengan kadar fly ash 50% memiliki nilai rata-rata tekan yang paling rendah dengan nilai rata-rata tekan yaitu sebesar 11,333 kn pada umur 3 hari, 12,333 kn pada umur 7 hari, dan 19,333 kn pada umur 28 hari, hal ini disebabkan karena terlalu banyak jumlah fly ash melebihi jumlah maksimum yang dapat mengisi rongga kosong diantara partikel yang lain, hal ini juga disebabkan karena fly ash memiliki kemampuan pozzolanik yang lebih rendah daripada semen. 4.2. Pull Off Test Berikut dilampirkan hasil test pull off dan grafik perbandingan pada benda uji berumur 3, 7, 28 hari dengan variable persentase fly ash sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Tabel 4. adalah tabel untuk hasil tes pull off setiap sample. Sedangkan Gambar 2. adalah hasil tes tes pull off dalam bentuk grafik. Tabel 4. Hasil Pull Off Test Sample Berumur 3, 7, 28 hari Pull Off 3 Hari Pull Off 7 Hari Pull Off 28 Hari Jenis Test (kn) Jenis Test (kn) Jenis Test (kn) 0.5 1.7 1.9 0% 0.5 0% 1.7 0% 1.8 0.4 1.8 1.9 0.4 1.7 1.7 10% 0.5 10% 1.6 10% 1.7 0.3 1.6 1.7 0.4 1.5 1.6 20% 0.4 20% 1.6 20% 1.5 0.4 1.5 1.6 0.3 1.3 1.4 30% 0.4 30% 1.4 30% 1.3 0.3 1.3 1.3 0.3 1.2 1.2 40% 0.3 40% 1.2 40% 1.3 0.3 1.3 1.3 0.2 1.1 1.2 50% 0.3 50% 1.3 50% 1.2 0.2 1.2 1.2 6

Gambar 2. Grafik Pull Off Test Sample Berumur 3, 7, 28 hari Dari Gambar 2. yang merupakan grafik hasil pull off test. Dapat dilihat bahwa sample dengan kadar fly ash 0% memiliki nilai rata-rata tarik yang paling tinggi mencapai 0,467 kn pada umur 3 hari, 1,733 kn pada umur 7 hari, dan 1,867 kn pada umur 28 hari. Sedangkan nilai rata-rata terendah dihasilkan melalui kadar fly ash sebesar 50% yaitu 0,233 kn pada umur 3 hari, 1,2 kn padaa umur 7 hari, dan 1,2 kn pada umur 28 hari. Sample dengan kadar 0% fly ash yang merupakan sample perekat bata ringan standar yang memiliki nilai rata-rata tarik tertinggi yaitu 0,467 kn pada umur 3 hari, 1,733 kn pada umur 7 hari, dan 1,867 kn pada umur 28 hari, dibandingkan dengann sample dengan kadar fly ash 50% memiliki nilai rata-rata tekan yang paling rendah dengan nilai rata-rata tarik yaitu sebesar yaitu 0,233 kn padaa umur 3 hari, 1,2 kn padaa umur 7 hari, dan 1,2 kn padaa umur 28 hari. Hal ini disebabkan karena fly ash memiliki sifat pozzolan yang lebih rendah daripada semen, sehingga tidak membuat hasil test uji tarik menjadi lebih baik. 4.4. Analisa Keseluruhan Dari hasil compressive test dan pull off test didapatkan hasil yang terbaik yaitu : 1. Sample dengan kadar fly ash 30% memiliki nilai rata-rataa tekan yang paling tinggi mencapai,667 kn pada umur 3 hari, 17,667 kn pada umur 7 hari, dan 22, 333 kn pada umur 28 hari. 2. Sample dengan kadar fly ash 0% memiliki nilai rata-rata tarik yang paling tinggi mencapai 0,467 kn pada umur 3 hari, 1,,733 kn padaa umur 7 hari, dan 1,867 kn pada umur 28 hari. Dari hasil ini untuk mendapatkan produk perekat bata ringann yang terbaik adalah dengan menyocokkan data hasil compression test dan pull off test. Dalam analisa ini perekat bata ringan dengan kadar 30% fly ash sebagai yang terbaik dari pencocokan hasil dua test. Hal ini dikarenakan perekat bata ringan inii yang merupakan mortar dimana kekuatan tekan lebih diutamakan daripada kekuatan tarik sama seperti beton lainnya. Dan juga hasil pull off testt daripada perekat bata ringan dengan kadar fly ash 30% tidak terpaut jauh daripada hasil terbaik yang dihasilkan oleh perekat bata ringan dengann kadar fly ash 0%. Dalam hal harga, fly ash juga memiliki harga yang jauh lebih murah daripada harga semen, sehingga dapat menghasilkan produk perekat bata ringan yang lebih ekonomis dengan kekuatan yang baik. Penelitiann ini memilih perekat bata ringan dengan kadar fly ash 30% sebagai yang terbaik baik dari segi kekuatan dan segi ekonomi. 7

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisa yang didapat dengan melakukan pengujian pada benda uji yang dibuat, secara umum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Melalui penelitian ini dapat dihasilkan perekat bata ringan yang memiliki kekuatan tekan yang lebih baik daripada perekat bata ringan standard. Dalam hal ini adalah perekat bata ringan dengan kadar fly ash 30% merupakan yang terbaik nilai tekannya dibanding persentase yang lain. 2. Melalui penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fly ash tidak menambah kekuatan tarik daripada perekat bata ringan dan bahkan membuat kekuatan tarik perekat bata ringan turun. Dikarenakan fly ash memiliki sifat pozzolanik yang lebih rendah daripada sifat pozzolanik semen. 3. Penggunaan fly ash dalam compressive test maksimal diberikan dalam jumlah 30% dari jumlah semen untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemberian fly ash diatas 30% akan mengurangi kekuatan tekan perekat bata ringan dikarenakan tidak adanya sisa rongga kosong didalam perekat bata ringan dan sifat pozzolanik fly ash yang masih lebih rendah daripada sifat pozzolanik semen. 5.2. Saran Saran untuk penelitian berikutnya mengenai pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan gaya tarik dan tekan perekat bata ringan adalah : 1. Penelitian ini akan menjadi lebih baik apabila didukung dengan peralatan yang lebih memadai. Dikarenakan pembacaan pada alat Pull Off masih analog tanpa digit desimal sehingga tidak dapat dibaca lebih detail. 2. Dalam pembuatan perekat bata ringan dengan fly ash ini, pemadatan dilakukan secara manual sehingga lebih baik pada penelitian berikutnya dilakukan dengan bantuan alat pemadat yaitu vibrator untuk menghindari rongga di dalam benda uji. 3. Ruang lingkup penelitian ini masih bisa dikembangkan, yaitu dengan persentase jumlah fly ash dan jenis fly ash yang lainnya. 6. DAFTAR REFERENSI Hadi, S. (2000). Pengaruh Ukuran Butir dan Komposisi Abu Terbang PLTU sebagai Pengisi dan Pozolan. Surabaya. Hidayat, S. Y. (1986). Penelitian Pendahuluan Pemanfaatan Abu Terbang (Fly ash) untuk Campuran Beton di Indonesia. Jurnal Litbang Vol. III No. 4-5April dan Mei 1986, Jakarta. Anon, Fly ash. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/fly_ash. http://www.rudydewanto.com/2012/01/antara-bata-merah-dengan-bata-ringan.html http://pradinipus.wordpress.com/2012/01/27/batako-vs-bata-merah-vs-bata-ringan/ 8