INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI SMA I TERAS BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL


BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku mereka (Chaffe dalam el-hakim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional yang bersifat kasuistik. Arikunto (2002) berpendapat, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seks pra-nikah. remaja Pondok Pesantren Modern sangat rendah.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI SMA I TERAS BOYOLALI Oleh: Lina Wahyu Susanti 1, Siti Farida 2 AKBID Citra Medika Surakarta Email: lien_ndhut@yahoo.co.id ABSTRAK Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seks bebas pada remaja. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas, untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja, untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. Pengetahuan remaja tentang seks bebas diukur dengan kuesioner yang terdiri atas 30 butir pertanyaan. Dengan skala Guttman (0 dan 1) maka kemungkinan skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 0. Dari 45 responden terdapat 43 siswa (95,6%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan 2 siswa (4,4%) yang memiliki tingkat pengetahuan sedang. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. dari 45 responden terdapat 34 siswa (75,6%) yang memiliki perilaku baik dan 11 siswa (24,4%) yang memiliki perilaku cukup baik. Tidak ada siswa yang memiliki perilaku kurang baik. Dari distribusi ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas XI SMA I Teras Boyolali memiliki perilaku seks pranikah yang baik. Kata Kunci: Pengetahuan remaja, perilaku seks bebas. JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 94

PENDAHULUAN Masa remaja merupakan tahap dimana seseorang sedang mengalami periode penting dalam hidupnya yakni transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seks bebas. Remaja dalam berhubungan dengan lawan jenis melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan, kissing, dan sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis (Taufik, 2005). BKKBN tahun 2008 menyebut 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks sebelum menikah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan semakin terbukanya akses terhadap media pornografi yang mendorong remaja melakukan seks bebas. Siswa di SMA I Teras sebagian besar mengatakan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap seks bebas, padahal pengetahuan akan menentukan perilaku seksualnya. Oleh karena itu penulis tertarik membuat penelitian yang berjudul Gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual di SMA I Teras Boyolali. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas, bagaimana perilaku remaja tentang seks bebas dan bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas, untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja, untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan terbentuknya suatu perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalm suatu kondisi ia tidak mampu mengenal, menjekaskan, dan menganalisis suatu keadaan (Dewanti, 2012). Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 95

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Síntesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation), Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Remaja Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004). JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 96

Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, 2002). Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagiremaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekaryang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dansundari, 2004).Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangatpenting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongandorongan dan keinginankeinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004). Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matangdari pada remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-lakilebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja lakilaki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orangorang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003). Perilaku Seks Bebas Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu tadin, 2002). Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexualintercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampaknegatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut : JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 97

1. Dampakpsikologis Dampakpsikologisdariperilaku seksual pranikah pada remaja diantaranyaperasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. 2. DampakFisiologis Dampakfisiologisdariperilaku seksual pranikah tersebut diantaranyadapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. 3. Dampaksocial Dampaksosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukansebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remajaperempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagitekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut(sarwono, 2003). 4. Dampakfisik Dampakfisiklainnyasendiri menurut Sarwono (2003) adalahberkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, denganfrekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggiantarausia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkankemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkanrisikoterkena PMSdan HIV/AIDS. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA I Teras Boyolali pada bulan Januari 2015. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA I Teras Boyolali putra maupun putri yang duduk di kelas XI yang berjumlah 180 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas. Penghitungan besarnya sampel yaitu jika > 100 maka besarnya sampel diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Jumlah sampel diambil 25% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 45 responden. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan 30 pertanyaan tentang pengetahuan seks bebas dengan nilai 1 bila jawaban betul dan nilai 0 bila jawaban salah dan 20 pernyataan tentang perilaku seks bebas pada remaja dimana jawaban Selalu diberi nilai 3, jarang diberi nilai 2 dan tidak pernah diberi nilai 1. Validitas menggunakan Produck Moment, didapatkan 30 item soal tingkat pengetahuan dinyatakan valid setelah dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5 % dari n = 30 responden diperoleh r tabel (0,361). 30 item soal tersebut mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel maka30 item soal instrumen tersebut validdengan rentang nilai r hitung dari 0,410 sampai 0,511. Sedangkan untuk kuesioner perilaku, setelah dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. 20 soal yang valid mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel dengan rentan nilai 0,457 sampai 0,560. Reliabilitas dari tingkat pengetahuan dan perilaku seks bebas menggunakan rumus Alpha Cronbach s. Hasil pengujian reliabilitas dengan 30 responden menggunakan SPSS didapatkan hasil reliabilitas untuk tes obyektif tingkat pengetahuan sebesar 0,875 sedangkan untuk angket perilaku seks bebas sebesar JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 98

0.822. Sehingga kuesioner dari dua variabel diatas dinyatakan reliabel karena nilai α > 0,6. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Pengetahuan Remaja Pengetahuan remaja tentang seks bebas diukur dengan kuesioner yang terdiri atas 30 butir pertanyaan. Dengan skala Guttman (0 dan 1) maka kemungkinan skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 0. Untuk mempermudah deskripsi, pengetahuan dikelompokkan ke dalam 3 tingkatan yaitu tinggi (skor 21 30), sedang (skor 11 20), dan rendah (skor 0 10). Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Seks bebas. Pengetahuan Frekuensi Prosentase Tinggi Sedang 43 2 95,6% 4,4% Total 45 100,0% Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden terdapat 43 siswa (95,6%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan 2 siswa (4,4%) yang memiliki tingkat pengetahuan sedang. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Dari distribusi ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas XI SMA I Teras Boyolali memiliki pengetahuan tinggi tentang seks bebas. Perilaku Seks Bebas Remaja Perilaku seks pranikah remaja diukur dengan kuesioner yang terdiri atas 20 butir pertanyaan. Dengan skala Likert (1 sampai 3) maka kemungkinan skor tertinggi adalah 60 dan skor terendah adalah 20. Untuk mempermudah deskripsi, perilaku dikelompokkan ke dalam 3 tingkatan yaitu kurang baik (skor 48 60), cukup baik (skor 34 47), dan baik (skor 20 33). Tabel 2.Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Seks Pranikah JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 99

Perilaku Frekuensi Prosentase Baik CukupBaik 34 11 75,6% 24,4% Total 45 100,0% Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden terdapat 34 siswa (75,6%) yang memiliki perilaku baik dan 11 siswa (24,4%) yang memiliki perilaku cukup baik. Tidak ada siswa yang memiliki perilaku kurang baik. Dari distribusi ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas XI SMA I Teras Boyolali memiliki perilaku seks pranikah yang baik. Tingkat Pengetahuan Remaja Jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 43 siswa (95,6%) dari total 45 responden, siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebanyak 2 siswa (4.4%), sedangkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah adalah 0 siswa artinya tidak ada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap seks pranikah. Remaja di SMA I Teras Boyolali yang menjadi sampel dalam penelitian ini ratarata berusia tujuh belas tahun dimana terjadi kematangan organ serta peningkatan hormon reproduksi atau hormon seks baik laki-laki maupun perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja. Sebagian remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk berpacaran. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan terkadang mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Kurangnya informasi tentang seks yang benar akan membuat remaja mencari informasi dari berbagai sumber yang belum tentu akurat kebenarannya, hal inilah yang memicu perilaku seks bebas pada remaja. Perilaku Remaja Dari 45 responden terdapat 34 siswa (75,6%) yang memiliki perilaku baik dan 11 siswa (24,4%) yang memiliki perilaku cukup baik, sedangkan yang memiliki perilaku kurang baik 0 siswa artinya tidak ada siswa yang memiliki perilaku kurang baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas XISMA I Teras Boyolali memiliki perilaku seks pranikah yang baik. Perilaku seks pada remaja didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seks bebas dilakukan oleh remaja karena ketidak tahuannya atau pengetahuan yang rendah tentang seks pranikah tersebut. JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 100

KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 43 siswa (95,6%) dari total 45 responden, siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebanyak 2 siswa (4.4%), sedangkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah adalah 0 siswa. Hal ini berarti bahwa siswa dari SMA I Teras Boyolali mempunyai pengetahuan yang baik tentang seks bebas. Sedangkan dari 45 responden terdapat 34 siswa (75,6%) yang memiliki perilaku baik dan 11 siswa (24,4%) yang memiliki perilaku cukup baik, sedangkan yang memiliki perilaku kurang baik 0 siswa artinya tidak ada siswa yang memiliki perilaku kurang baik. Hal ini mempunyai arti bahwa perilaku siswa SMA I Teras mempunyai perilaku yang baik terkait dengan seks bebas. DAFTAR PUSTAKA Anton. 2010. Wanita Indonesia.http://www.hanyawanita.com Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. Azwar. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2012. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar BKKBN. 2007. Remaja dan SPN (Seks Pranikah).http://www.bkkbn.go.id BKKBN. 2012. Lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Lakukan Seks Pranikah. http://wwwdepkesri.com.html. Dewanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah. http://www.fikui.ac.id Fitriana.2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Seks Pranikah dengan Perilaku Seksual pada Siswa SMK XX Semarang. http://www.journal.ui.ac.id/index.php/health/article Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP Green L.W.,Kreuter M.W., 2000. Health Promotion Planning An educational adn Environmental Approach. Maylield Publishing Company. Gujarati, Damodar. 2004. Dasar-Dasar Ekonometrika.Jakarta: Erlangga. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Hidup. Jakarta: Erlangga Irawati. 2002. Faktor-Fakyor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Indonesia. BKKBN. Monk. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Mu tadin. 2002. Pendidikan Seksual Pada Remaja. http//.www.e-psikologi.com Nitya. 2009. Sejak Penyebab Seks Pranikah.http://www.nityabersama.co.cc Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmojdo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan 101