Tingkat Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012 NURHASMAWATI Mahasiswa Kebidanan STIKes U Budiyah Intisari Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Di Indonesia angka kejadian KPD setiap bulannya 20%, di provinsi Aceh sebanyak 6.2% terjadi kematian perinatal. Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda seluruh bidan yang bekerja sebanyak 20 orang. Untuk mengetahui Tingkat Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda, Populasi dalam penelitian ini seluruh bidan yang bekerja di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda sebanyak 20 responden, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Agustus sampai 14 Agustus 2012. Teknik pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat penanganan infeksi pada bayi akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012 dengan jumlah responden 20 orang. pada kategori rendah yaitu 12 respoden (60,0%). Pendidikan pada k atagori D-III yaitu 19 responden (95,0%), Masa Kerja pada kategori lama yaitu 17 responden (85,0%), Pelatihan pada kategori pernah yaitu 11 responden (55,0%) dan pengalaman pada kategori berpengalaman yaitu 11 responden (55,0%). Kata Kunci :, Penanganan Infeksi, Ketuban Pecah Dini PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dan semua persalinan pada umur kehamilan dari 34 minggu, kejadiannya sekitar 4%. Ketuban merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecah ketuban sebelum terdapat tanda persalinan. Bahaya ketuban pecah dini adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Manuaba, 1998). Pecah ketuban sebelum persalinan adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai. Pecah ketuban sebelum persalinan dapat terjadi pada 1
janin imatur (premature atau gestasi kurang dan 37 minggu) maupun janin matur (term) (Yulianti, 2005). Insiden korioamnionitis 0,5% sampai 1% pada semua kehamilan. 3% sampai 25% pada kasus-kasus PROM aterm yang berlangsung lama 15% sampai 25% pada kasus-kasus PROM preterm. Sepsis neonates lebih mungkin terjadi pada janin preterm. Bayi aterm biasanya 1/500:3% pada kasusu konioamnionitis. Dan gawat janin, prolapsus talu pusat lebih sering terjadi pada kasus PROM (1,1%) prom preterm yang inpartu mempunyai 8,5% insiden gawat janin dibandingkan 1,5% pada persalinan preterm tanpa prom. Kenaikan angka lahir mati pada pasien PROM preterm yang tidak termonitor ditangani secara konservatif. Dilahirkan adalah pilihan tergantung kepada analisa untung/rugi, Prematuritas atau gawat janin intra uterin (Scott, 2002). Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009). Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu Bagaimanakah Tingkat Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat pecah dini di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh di tinjau dari Pendidikan b. Untuk mengetahui tingkat pecah dini di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh di tinjau dari Masa Kerja c. Untuk mengetahui tingkat pecah dini di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh di tinjau dari Pelatihan d. Untuk mengetahui tingkat pecah dini di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh di tinjau dari Pengalaman Manfaat Penelitian 1. Bagi Tempat Penelitian Dapat menjadi tambahan pengetahuan dan informasi kepada 2
masyarakat dan tenaga medis tentang gambaran terjadinya infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam menangani kasus-kasus infeksi pada neonates akibat ketuban pecah dini untuk meningkatkan kesehatan bayi baru lahir. 2. Bagi Institusi Dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswi STIKes U Budiyah dalam pembuatan penelitian sederhana mengenai penanganana infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini. 3. Bagi Peneliti lain Dapat menambah wawasan bagi mahasiswi STIKes U Budiyah tentang gambaran infeksi neonates akibat dari ketuban pecah dini. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sendiri. METODE PENELITIAN Kerangka Penelitian Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang lain dari masalah yang ingin diteliti, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan diukur maka konsep tersebut harus digambarkan kedalam sub-sub variabel (Notoatmodjo, 2002). Maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Variabel Independen Pendidikan Masa Kerja Pelatihan Pengalama n Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui perkembangan dan frekuensi sarana fisik tertentu, dengan desain cross-sectional dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan bidan tentang penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Tempat dan waktupenelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh pada tanggal 5-14 Agustus 2012 Populasi Dan Sampel Variabel Dependen Bidan tentang KPD Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh berjumlah 20 orang. Teknik penggambilan sampel dengan cara total sampling yaitu semua populasi di jadikan sampel yaitu berjumlah 20 orang. 3
Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Yaitu data yang langsung diperoleh dari objek yang akan diteliti. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian yang diambil di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Instrumen Penelitian Adapun Instrumen penelitian data yang digunakan adalah berupa kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 19 item petanyaan antar lain: 6 item pertanyaan tentang karakteristik responden, 10 item tentang pengetahuan, 3 item pertanyaan tentang pengalaman. Pengolahan Data Analisa Data Pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan yaitu editing, coding, transferring dan tabulating. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Frekuensi Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini No f % 1 Tinggi 8 40 2 Rendah 12 60 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel 1 diatas dari 20 responden mayoritas pada kategori rendah sebanyak 12 responden (60,0%). Tabel 2 Frekuensi Pendidikan Bidan No Pendidikan f % 1 D-I 1 5,0 2 D-III 19 95,0 Total 20 100 Berdasarkan tabel 2 diatas dari 20 responden menunjukan bahwa Frekuensi mayoritas pada pendidikan kategori D-III sebanyak 19 responden (95,0% Tabel 3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Bidan No Sikap f % 1 Lama 17 85,0 2 Baru 3 15,0 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel 3 diatas dari 20 responden menunjukan bahwa Frekuensi Masa Kerja bidan mayoritas pada kategori Lama sebanyak 17 responden (85,0%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pelatihan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini No Sikap f % 1 Pernah 11 55,0 2 Tidak 9 45,0 Pernah Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel 4 diatas dari 20 responden menunjukan bahwa frekuensi pelatihan bidan mayoritas pada kategori pernah sebanyak 11 responden (55,0%). 4
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengalaman Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini No Sikap f % 1 Berpengalaman 11 55 2 Tidak 9 45 Berpengalaman Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel 5 diatas dari 20 responden menunjukan bahwa frekuensi mayoritas pada kategori berpengalaman sebanyak 11 responden (55,0%). Tabel 6 Bidan Ditinjau Dari Pengalaman Bidan No Pengalaman Tinggi Rendah Total f % f % f % 1 Berpengalaman 5 45,5 6 54,5 17 100 2 Tidak Berpengalaman 3 33,3 6 66,7 9 100 Total 8 40,0 12 60,0 20 100 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 17 bidan yang berpengalaman sebagian besar memilki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 6 responden (54,5%), sedangkan dari 9 bidan yang berpengalaman sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 6 responden (6 6,7%). Tabel 7 Bidan Ditinjau Dari Pendidikan Bidan No Pendidikan Tinggi Rendah Total f % f % f % 1 D-I 0 0 1 100 1 100 2 D-III 8 42,1 11 57,9 19 100 Total 8 40,0 12 60,0 20 100 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 1 bidan yang pendidikan D-I memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 1 bidan (100%), sedangkan dari 19 bidan yang berpendidikan D-III sebagian besar memeilki pengetahuan yang rendah yaitu sebesar 11 bidan (57,9%). 5
Tabel 8 Bidan Ditinjau Dari Pelatihan Bidan Total No Pelatihan Tinggi Rendah f % f % f % 1 Pernah 3 27,3 8 72,7 11 100 2 Tidak Pernah 5 55,6 4 44,4 9 100 Total 8 40,0 12 60,0 20 100 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 11 bidan yang pernah mengikuti pelatihan sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 8 bidan (72,7%), sedangkan dari 9 bidan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebagian besar memiliki pengtahuan yang tinggi yaitu sebesar 5 bidan (55,6%). Tabel 9 Bidan Ditinjau Dari Masa Kerja Bidan Total No Masa Kerja Tinggi Rendah f % f % f % 1 Lama 6 35,3 11 64,7 17 100 2 Baru 2 66,7 1 33,3 3 100 Total 8 40,0 12 60,0 20 100 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 17 bidan yang sudah lama bekerja sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebesar 11 bidan (64,7%), sedangkan dari 3 bidan PEMBAHASAN Bidan Ditinjau dari Pengalaman Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 17 bidan yang berpengalaman sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 6 responden (54,5%), sedangkan dari 9 bidan yang berpengalaman sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 6 responden (66,7%). yang baru bekerja sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebesar 2 bidan (66,7%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar bidan yang bekerja di rumah sakit Kesdam Iskandar Muda sebagian sudah berpengalaman namun masih memiliki pengetahuan yang rendah. Sesuatu yang pernah dilakukan seseorang dapat menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal. Pengalaman secara langsung berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, makin banyak pengalaman yang ditemui dalam hidup maka akan memberi pengaruh langsung pada 6
pengetahuan seseorang. Seorang bidan yang sering menolong pasien dan melakukan pengisian partograf akan mempengaruhi pengetahuannya secara langsung (Azwar, 2005) Peneliti berasumsi, seseorang dengan pengalaman yang banyak akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Begitupula dengan seorang bidan yang sudah berpengalaman dalam menangani infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini, dia dapat menagani kasus tersebut dengan lebih baik. Namun pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pengetahuan bidan rendah meskipun sudah berpengalaman, karena dipengaruhi oleh faktor alat ukur yang sangat lemah atau kurang sempurna. Bidan ditinjau Pendidikan Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 1 bidan yang pendidikan D-I memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 1 bidan (100%), sedangkan dari 19 bidan yang berpendidikan D-III sebagian besar memeilki pengetahuan yang rendah yaitu sebesar 11 bidan (57,9%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan responden sebagian besar berpendidikan D-III. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, dan sebaliknya semakin rendah pendidikan maka semakin sulit dalam mengambil keputusan Notoatmodjo (2003). Peneliti berasumsi bahwa pendidikan bidan yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja bidan tersebut terutama dalam menangani infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pula ilmu dan pengalaman yang dimilikinya. Namun pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pengetahuan bidan rendah meskipun sudah berpeendidikan D-III, karena dipengaruhi oleh faktor alat ukur yang sangat lemah atau kurang sempurna. Bidan ditinjau dari Pelatihan Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 11 bidan yang pernah mengikuti pelatihan sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebanyak 8 bidan (72,7%), sedangkan dari 9 bidan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebagian besar memiliki pengtahuan yang tinggi yaitu sebesar 5 bidan (55,6%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar bidan yang bekerja di rumah sakit Kesdam Iskandar Muda sudah pernah mengikuti pelatihan tentang penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini. Menurut Depkes RI (2005) pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pekerjaan tertentu, terinci dan rutin untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Dengan demikian pelatihan mempunyai ruang lingkup yang luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap seseorang dengan perspektif waktu pada masa yang akan datang. Peneliti berasumsi bahwa pelatihan sangat dibutuhkan oleh petugas kesehatan terutama bidan, dengan mengikuti pelatihan maka bidan akan memperoleh pengetahuan dan dapat 7
meng-update ilmu-ilmu terbaru. Bidan yang sering mengikuti pelatihan cenderung akan lebih banyak mengetahui terutama tentang infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini dibandingkan dengan bidan yang jarang bahkan tidak pernah mengikuti pelatihan. Selain itu pelatihan juga dapat mengasah pengetahuan yang dimiliki sebelumya, sehingga dengan mengikuti pelatihan maka ilmu yang telah diperoleh dapat di aplikasikan lebih baik lagi. Bidan ditinjau dari Masa Kerja Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 17 bidan yang sudah lama bekerja sebagian besar memiliki pengetahuan yang rendah yaitu sebesar 11 bidan (64,7%), sedangkan dari 3 bidan yang baru bekerja sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebesar 2 bidan (66,7%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar bidan yang bekerja di rumah sakit Kesdam Iskandar Muda sudah lama bekerja. Masa kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang dan tu gasnya. Pada umumnya petugas dan pengalaman tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang berpengalaman kerjanya sedikit, semakin lama seorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin kuat. (Dimas S, 2005). Peneliti berasumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja maka semakain banyak pula pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan oleh bidan, sehingga dalam menanganai kasus infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini pun akan semakain mudah diatasi. PENUTUP Kesimpulan 1. Tingkat Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini berada pada kategori rendah sebanyakt 12 orang (60,0%). 2. Tingkat Pendidikan Bidan di Rumah sakit Kesdam Iskandar Muda berada pada kategori D-III sebanyak 19 orang (95,0%). 3. Tingkat Masa Kerja Bidan di Rumah sakit Kesdam Iskandar Muda berada pada kategori Lama sebanyak 17 orang (85,0%). 4. Tingkat Pelatihan Bidan tentang penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini di Rumah sakit Kesdam Iskandar Muda berada pada kategori pernah sebanyak 11 orang (55,0%). 5. Tingkat Pengalaman Bidan tentang penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini di Rumah sakit Kesdam Iskandar Muda berada pada kategori berpengalaman sebanyak 11 orang (55,0%). Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan tentang penanganan pecah dini. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk meningkatkan ilmu pengetahuan 8
penelitian tentang penanganan infeksi pada bayi akibat ketuban pecah dini. 3. Bagi Lahan Penelitian Sebagai bahan informasi bagi bidan dan masyarakat tentang penanganan pecah dini. 4. Bagi peneliti lain Diharapkan agar hasil penelitian ini bisa menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dan diharapkan agar peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta. Depkes RI. 2005. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA), Jakarta, Depkes R.I, 2005 Dimas.S, 2005. Manajemen Kinerja, Pustaka Pelajar. Yogyakarta Manuaba, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan, Jakarta: EGC. Nazriah, 2009. Konsep Dasar Kebidanan, Banda Aceh : Yayasan Pena. Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta. Scott, 2002. Know The User before Implementing A System. Computing CaAceha. ABI/INFORM Global. CaAceha Sualman, 2009. Penatalaksanaa Ketuban Pecah Dini Preterm. Pekanbaru: FakultasKedokteran Universitas Riau Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Yulianti, 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan. Jakarta: EGC 9