STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Masalah. Semakin banyaknya pertumbuhan menara telekomunikasi oleh para



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Semakin banyaknya pertumbukan menara telekomunikasi oleh para

BAB IV PEMBAHASAN. Semakin banyaknya pertumbuhan tower tower telekomunikasi oleh para

ABSTRAK. peran pemerintah khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika. (DINKOMINFO) kota Surabaya. Dengan semakin pesatnya industri

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

PENYELENGGARAAN SALURAN SERAT OPTIK BERSAMA BAWAH TANAH DI JAWA BARAT JAKARTA, 16 SEPTEMBER Dr. H. Dudi Sudradjat Abdurachim, MT

BAB III LANDASAN TEORI. infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain (Sunomo,2008). Dalam

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Instalasi Antenna Smart

TEKNOLOGI KOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK)

DasarJaringan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terhubung dengan PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) di area Gresik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone

Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2016

Peta Ovi untuk ponsel. Edisi 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA

9/6/2014. Mengenal standarisasi IEEE. Sesi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

BAB III LANDASAN TEORI. Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi,

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi. Jaringan ini tentunya harus memiliki bandwidth yang lebar,

Membangun Jaringan POP daerah dan Potensinya oleh: Pujo Mulyono

JARINGAN. Adri Priadana. Page 1

BAB 3 METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Usulan Pemecahan Masalah. Merancang Jaringan VPN menggunakan OpenVPN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN UJI COBA. penempatan yang cocok untuk IP Camera tersebut. penempatan IP Camera ini sangat

Pengantar Teknologi Informasi

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

Pokok Bahasan 1. Pendahuluan

Topologi Jaringan Komputer Ciri Kelebihan Jenis Topologi Jaringan

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV INSTALASI ELECTRICAL BTS DI PT GCI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

KONSEP DASAR JARINGAN KOMPUTER

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Indonesia. (sumber :

Transmisikan Datamu. Kirim data dulu, ah!

BAB IV PENGUJIAN HASIL DAN ANALISA

Gambar I. 1 Jumlah dan penetrasi pengguna internet di Indonesia (APJII, 2014)

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI. Pokok bahasan perkembangan teknologi pada era telekomunikasi.

Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan tata kota yang benar mulai digantikan dengan ide membuat kota

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

Jenis media transmisi

Penentuan Posisi. Hak Cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang.

PROSES PENYAMBUNGAN FO Di Bidang Zoologi yang sudah sekian lama terputus

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

PENGANTAR PENGKABELAN (WIRING)

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Topologi Jaringan. 1. Topologi BUS

BAB III METODE PERENCANAAN

layanan telekomunikasi, sehingga diperlukan bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana Mengingat : l. Menimbang : a.

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk

PERANCANGAN ANTENNA STAR BOLIC SOLUSI MENERIMA SIGNAL WIFI JARAK JAUH

DAHLAN ABDULLAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pemanfaatan jaringan di kantor di Departemen Pekerjaan Umum Bidang Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

I. Soal Teori Sebutkan beberapa penyebab umum terjadinya masalah koneksi jaringan

SEKILAS JARINGAN KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENGUKURAN PENTANAHAN Blok Diagram Perancangan Pengukuran Pentanahan. Dibuat Berpetak

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

JARINGAN. berhubungan untuk melakukan komunikasi data. Tahun 1940-an : di Amerika dibuatlah proses beruntun (Batch Processing)

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tujuan tertentu. Sebuah sistem terdiri dari berbagai unsur yang salin

BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT. Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancang Bangun Antena Omnidirectional Untuk Repeater Wifi

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Semakin banyaknya pertumbuhan menara telekomunikasi oleh para provider telekomunikasi tersebut menjadikan ancaman bagi keindahan tatanan suatu kota sehingga jika dilihat dari atas gedung banyak sekali terlihat berdirinya menara bahkan yang diatas gedung dan yang di atas tanah. Untuk mengatasi hal ini pemerintah mempunyai suatu rencana rancangan yang akan diterapkan di Kota Surabaya untuk mengurangi pertumbuhan menara tersebut dengan layanan yang memuaskan. Dalam tahap pembahasan ini yang dilakukan adalah menunjukan hasil kerja dari studi yang dilakukan di DINKOMINFO Surabaya. Dalam kasus ini hasil yang didapat adalah melakukan pemotretan untuk wilayah-wilayah tertentu yang akan menjadi perencanaan penerapan teknologi microcell. Pemotretan dilakukan disepanjang jalan Ahmad Yani, diponegoro, basuki rahmad, praban, panglima sudirman, dan H.R Muhammad. 30

31 Berikut ini adalah gambaran dari flowchart yang dikerjakan di DINKOMINFO Surabaya : Gambar 4.1 Flowchart yang dikerjakan Pada gambar 4.1 menjelaskan tentang proses dari seluruh pembahasan pekerjaan yang terdapat pada bab IV. Dimana pada bab IV ini membahas mengenai seluruh proses pengerjaan yang dilakukan di DINKOMINFO Surabaya. Berikut penjelasannya :

32 1. Identifikasi masalah disini membahas tentang masalah yang terjadi, sehingga dari permasalahan tersebut di dapatkan suatu solusi untuk diselesaikan. Pada studi literature ini masalah yang timbul adalah jumlah menara telekomunikasi yang semakin lama semakin meningkat. Untuk lebih jelasnnya di bahas pada sub bab 4.1 2. Penggunaan microcell membahas bagaimana menerapkan teknologi microcell yang akan di terapkan di Surabaya. Untuk lebih jelasnnya di bahas pada sub bab 4.2.1 3. Metode yang akan diterapkan membahas tentang bentuk dari antena microcell dan keinginan dari provider untuk ketinggian dari antena microcell. Untuk lebih jelasnnya di bahas pada sub bab 4.2.2 4. Hasil adalah total dari pengeditan foto dari yang telah dikerjakan di DINKOMINFO Surabaya. Untuk lebih jelasnnya di bahas pada sub bab 4.2.3

33 4.1.1 Peta Surabaya Dengan Jumlah Menara. Gambar 4.2 Peta Surabaya dengan jumlah menara. (www.dinkominfo.surabaya.go.id) Gambar 4.1 menggambarkan peta Surabaya yang terdiri dari 31 kecamatan dan 163 kelurahan dengan luas kota 374,8 km² dan lebih dari 460 BTS eksisting di Kota Surabaya. Dengan banyaknya menara yang berdiri di daerah protokol mengganggu pemandangan apabila dilihat dari atas gedung. Dengan ini pemerintah mempunyai trobosan untuk memanfaatkan teknologi microcell yang yang sudah diterapkan oleh kota Jakarta dan bandung. 4.1.2 Kondisi Jalan saat ini. Ada 10 lokasi yang menjadi titik yang rencananya akan menjadi tempat penempatan antena microcell yang dijadikan satu dengan PJU, dan juga beberapa kondisi bentuk dan lokasi menara saat ini yang ada di kota Surabaya. Saya tunjukkan sebagian, berikut kondisi jalannya.

34 Gambar 4.3 Lokasi jalan basuki rachmad depan bumi Surabaya. Pada Gambar 4.3 berlokasi di pusat Kota Surabaya dengan bentuk trotoar jalan yang telah dibangun sehingga terlihat bagus dan luas bagi pejalan kaki. Pada trotoar ini lah nantinya akan ditempatkan PJU dengan antena microcell nya. Gambar 4.4 Lokasi jalan diponegoro. Pada gambar 4.4 ini berlokasi di jalan diponegoro dijalan ini bentuk karakteristik jalanya ada dua sisi yang di pisah dengan pohon-pohon. Pada jalan ini bentuk trotoarnya terlihat tidak terawat sehingga tidak ada jalur bagi pejalan

35 kaki sehingga kesulitan untuk menerapkan tiang PJUnya, tetapi saat ini sedang ada pembangunan untuk melebarkan trotoar di daerah jalan diponegoro ini. Selanjutnya akan dijelaskan pada pembahasan 4.2 4.2 Pembahasan 4.2.1 Penggunaan Microcell Untuk menerapkan teknologi mikrocell yang akan di terapkan di Surabaya, tentu harus ada prosesur dan cara menerapkan teknologi tersebut. Pemerintah Kota Surabaya bersama DINKOMINFO bagian POSTEL menimbang-nimbang penuh dengan apa yang akan di terapkan di Surabaya. Pemerintah Kota pada akhirnya memilih dan berkonsentrasi penuh menerapakan seperti diluar negeri yaitu Korea Selatan yang sudah terapkan dan di indonesia sendiri yaitu Jakarta Dan Bandung. Penerapnya melalui beberapa urutan antara lain : 1) standar tinggi antena, 2) bentuk antena microcell, 3) koneksi dengan menggunakan serat optic, dan 4) perencanaan penggantian kabel fiber optic.

36 4.2.2 Metode Yang Akan Diterapkan 1) Antena microcell ini akan digunakan oleh perusahaan provider, mereka menginginkan tinggi antenanya setinggi kurang lebih 18 20 meter, dengan tinggi tersebut coverage yang dipancarkan tidak sejauh macrocell yaitu sekitar 500 meter. Maka dari itu akan banyak dipasang antena tersebut dalam satu lokasi. Berikut gambarnya. Gambar 4.5 Desain tinggi PJU Microcell. Pada gambar 4.5 adalah desain pekerjaan selama KP dengan pertimbangan bimbingan dari penyelia di POSTEL, yaitu tinggi PJU dengan antena microcell 18 meter. Paling atas sebagai antenanya, tinggi penerangan jalannya sendiri 9 meter, standar PJU di kota Surabaya.

37 2) Bentuk antena dari microcell ini sendiri kami desain berbentuk melingkar seakan-akan antena ada pada semua sisi dari tiangnya, hal ini dilakukan agar antena yang sifatnya sectoral mencakup seluruh area. Berikut gambarnya. Gambar 4.6 Bentuk tiang. Gambar 4.7 Pancarannya

38 Penjelasan dari gambar 4.6 bentuk antenanya seharusnya seperti antena sectoral yang ada pada menara yang sebelumnya, tetapi pada desain digambarkan melingkar dikarenakan agar selah-olah antena melingkar pada tiang. Warna yang ada pada tiang ini dimaksutkan dari jenis-jenis provider, misalnya provider telkomsel ditandakan dengan warna merah, indosat dengan warna kuning. Pada satu tiang dugunakan oleh 4 provider sedangkan ada 9 provider di kota Surabaya. Pada gambar 4.7 itu maksudnya coverage yang di dapatkan, melingkar sehingga mencakup semua sudut, sifat antena sectoral adalah mengirimkan sinyal sebanding lurus dengan arah antennya. 3) Penggalian untuk tempat kabel serat optik. Ada dua metode yaitu dengan kendaraan yang dikendalikan dengan remot kontrol untuk menggali tanah agar bentuk galian lurus simetris. Yang kedua dengan manual yaitu mesin pengalian yang didorong lurus sehingga terbentuk lurus simetris Serat optik dimanfaatkan sebagai koneksi data dari pusat BTS ke antena microcell, kenapa menggunakan serat optik karena dengan serat kaca data dapat dikirimkan dengan sangat cepat dengan kecepatan kurang lebih mencapai 200.000 Mbps (200 Gbps). 4 ) Perencanaan Penggantian Kabel Fiber Optic Untuk menanangani permasalahan seperti gambar 4.6 (gambar bawah) pemerintah Kota Surabaya mempunyai beberapa wacana mengenai penggantian fiber optic yang dianggap mempunyai dampak seperti gambar 4.6 pemerintah Kota Surabaya mempunyai perencanaan penggunaan teknologi dari Korea Selatan yaitu microduct sebagai pengganti kabel fiber optic

39 Microducts adalah saluran kecil untuk instalasi serat optik. Microduct memiliki ukuran mulai dari biasanya 3 sampai 16 mm dan dipasang sebagai tempat dalam saluran yang lebih besar. Gambar 4.8 Foto kiri. jl.mulyorejo.foto kanan jl.ngagel jaya Gambar 4.8 foto kiri menggambarkan kondisi jalan di jl.mulyorejo Surabaya, yaitu kondisi ketika kabel fiber optic belum di tanam. Proses penggalian ini sangatlah merusak pemandangan dan estetika kota Surabaya. Gambar 4.7 foto kanan menggambarkan kondisi di jl.ngagel Jaya, ini adalah proses penggalian ulang kabel fiber optic untuk penambahan serat kabel fiber optic. Ini juga di anggap merusak pemandangan dan estetika kota Surabaya.

40 Gambar 4.9 Microduct (www.e-knet.com) Microduct sudah banyak di gunakan di negara-negara berkembang seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang, dan Korea Selatan. (Perwakilan dari e-knet pada saat rapat terbuka bersama Mahasiswa Stikom yang sedang Kerja Praktek di Dinkominfo ). Microduct yang akan digunakan di Indonesia adalah microduct yang dikubur /ditanam dan serat kabel fiber optik ditambahkan dengan metode blowing (peniupan). Jadi penambahan tiap operator serat optik cukup ditambahkan dengan metode tiup. Hal ini memudahkan karena tanpa harus membongkar badan jalan lagi yang telah di tanam microduct. Bahan microduct ini dikelilingi oleh pita/isolasi metallic atau non metallic yang berfungsi sebagai penghalang kelembaban dan dilindungi oleh lapisan luar yang fleksibel terbuat dari bahan (High density polyethylene) HDPE, Polietilena berdensitas tinggi. Lapisan luar ini biasanya dibuat berwarna orange, berbahan polietelina kasar, guna memberikan perlindungan yang baik dari lingkungan sekitar. Berkat karakteristiknya ini, potensi kerusakan dapat dicegah (seperti pecah, deformasi bentuk, dll).

41 DINKOMINFO POSTEL ingin menerapkan microduct karena beberapa alasan yaitu : 1. Cabang dapat dibuat sederhana, setiap tempat setiap saat. 2. Biaya awal yang rendah. 3. Jaringan dapat tumbuh pada permintaan. 4. Mudah untuk menginstal rute microduct di saluran diduduki. 5. Mudah untuk mengganti kabel lama melalui jaringan. 6. Kemungkinan untuk bermigrasi dari kabel tembaga seimbang untuk serat optik kabel. 4.2.3 Metode Yang Akan di Terapkan 1. Penggalian untuk tempat kabel. Gambar 4.10 Alat yang digunakan untuk menggali tanah. (www.eknet.com) Gambar 4.10 menjelaskan itu adalah alat yang digunakan untuk menggali tanah agar bentuk galian lurus simetris.

42 Gambar 4.11 Hasil penggalian menggunakan alat (Difoto dari jarak jauh). (www.a2bfiber.com).gambar 4.12 Penggalian menggunakan alat (Difoto dari jarak dekat). (www.a2bfiber.com) Pada Gambar 4.11 dan 4.12 adalah hasil dari penggalian menggunakan alat seperti gambar 4.10 gambar di atas di ambil di situs internet karena sulit di dapatkanya foto hasil penggalian di kota percobaan di Indonesia yaitu Bandung.

43 Hasil galian yang simetris ini sangat mendukung di terapkannya fiber microduct. 2. Pemasangan Kabel Gambar 4.13 Contoh bagaimana cocoknya ukuran hasil galian dari sebuah mesin (Diambil dari jarak dekat) (www.e-knet.com) Gambar 4.14 Contoh bagaimana cocoknya ukuran hasil galian dari sebuah mesin (Diambil dari jarak jauh) (www.e-knet.com) Pada gambar 4.11 adalah contoh bagaimana cocoknya ukuran hasil galian dari sebuah mesin. Pada gambar 4.12 menunjukkan petugas sedang memasang kabel duct yang panjang untuk dimasukkan ke dalam galian yang telah di buat. Foto pada gambar 4.11 dan 4.12 saya ambil di situs resmi penyedia jasa microduct

44 yaitu www.e-knet.com karena tidak tersedianya foto di tempat percontohan penerapan microduct di Bandung. Gambar 4.15 Tempat sambungan untuk kabel duct (www.metrofibrewerx.com) Pada Gambar 4.15 disini menjelaskan bahwa disitu adalah tempat sambungan untuk kabel duct. Handhole tersebut digunakan petugas untuk pengecekan jika ada sambungan yang lepas maupun bocor 3. Pemasangan Serat Fiber menggunakan metode blowing Gambar 4.16 Persiapan simulasi pemasangan serat fiber. (Diambil dari jauh). (www.diskominfo.jabarprov.go.id)

45 Gambar 4.17 Persiapan simulasi pemasangan serat fiber. (Diambil dari jarak dekat). (www.diskominfo.jabarprov.go.id) Gambar 4.16 dan 4.17 adalah persiapan simulasi pemasangan serat fiber dengan metode blowing. Terlihat kabel di bentangkan memanjang. 4.2.3 Hasil Editan Foto Setelah semua konsep-konsep penerapan microcell di pelajari, selanjutnya yaitu pemilihan tempat dimana microcell akan ditempatkan di jalan-jalan Kota Surabaya. DINKOMINFO Kota Surabaya berkeinginan menerapkan di pusat kota terlebih dahulu. Untuk merealisasikan di pusat kota, berarti penerapan penggalian dan pemasangan kabel di lakukan di jalan protokol kota Surabaya. Berikut adalah beberapa jalan protokol di Surabaya yang sudah di foto dan di desain beserta microcell nya oleh kami selaku Mahasiswa yang melakukan kerja praktek di DINKOMINFO Kota Surabaya.

46 Gambar 4.18 Hasil desain, lokasi Jalan A.Yani. Penjelasan pada gambar 4.18 tiang PJU microcell berada pada tengah-tengah pembatas jalan. Gambar 4.19 Hasil desain, lokasi Jalan Raya Darmo. Penjelasan pada gambar 4.19 tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan dan kiri jalan.

47 Gambar 4.20 Hasil desain, lokasi Jalan Mayjen Sungkono. Penjelasan pada gambar 4.20 tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan dan kiri jalan. Gambar 4.21 Hasil desain, lokasi jalan wonokromo. Penjelasan pada gambar 4.21 tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan dan kiri jalan.