II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani Istoria yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar konsep tinjauan historis terdiri atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Dalam kamus

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENGANTAR. tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

II. TINJAUAN PUSTAKA. kesimpulan. Kata Historis berasal dari bahasa Yunani Istoris yang berarti ilmu

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN PARADIGMA. Secara etimologi konsep tinjauan pustaka terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

BAB I PENDAHULUAN. Jika ditanya mengenai Kerajaan Arab Saudi pada saat ini maka penulis

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsepkonsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini antara lain : 1. Konsep Tinjauan Historis Pada dasarnya konsep tinjauan historis terdiri atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang memiliki arti menjenguk, melihat, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1997:554). Sedangkan kata Historis berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti ilmu biasanya diperuntukan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis (H. Rustam E Tamburaka, 1999:2). Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris dengan perubahan fonem menjadi history atau histories yang dipergunakan sebagai istilah untuk menyebut suatu peristiwa yang terjadi dan kejadian yang dialami manusia pada

10 masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histories dikenal dengan istilah sejarah. Adapun beberapa definisi atau batasan sejarah. Sejarah merupakan gambaran tentang perubahan-perubahan peristiwa pada masa lampau (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1987: 9-10). Menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya Mukkadimah menjelaskan bahwa sejarah adalah catatan tentang masayarakat umat manusia atas peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti: Kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan, tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain, akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara lain dengan tingkat bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencampai penghidupannya, berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri (H. Rustam, 1999:10). Sedangkan pendapat lain menyatakan sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu (Sidi Gazalba, 1981:13). Menurut Wilhelm Buer, sejarah ialah ilmu yang meneliti gambaran dengan penglihatan yang singkat untuk merumuskan fenomena kehidupan, yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi karena hubungan manusia dengan masyarakat, memilih fenomena tersebut dengan memperhatikan akibat-akibat pada zamannya serta bentuk kualitasnya dan memusatkan perubahan-perubahan itu sesuai dengan waktunya serta tidak akan terulang lagi (irreproducible) (Hugiono dan Poerwantana, 1987:5). Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis-sistematis dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Dengan demikian

11 konsep tinjauan historis adalah suatu penelitian terhadap segala peristiwaperistiwa yang terjadi pada manusia dimasa lampau, kemudian disusun secara sistematis, ilmiah, dan kritis. Sehingga, memiliki penjelasan yang jelas terhadap suatu peristiwa tersebut. 2. Konsep Faktor Faktor dalam bahasa Inggris adalah factor. Faktor adalah pelaksana, pembuat, pencipta, factum, tindakan pekerjaan, prestasi, perbuatan, pengamatan peristiwa, kenyataan. Suatu kondisi penyebab atau antiseden yang menimbulkan suatu gejala (Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, 2000:15-16). Sedangkan pendapat lain menjelaskan faktor adalah suatu hal (keadaan, peristiwa dan sebagainya) yang ikut memepengaruhi atau menyebabkan terjadinya sesuatu (Hugiono dan Poerwantana, 1987: 109). Dari berbagai pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan faktor ialah suatu hal yang mempengaruhi terjadinya suatu kejadian atau dorongan adanya suatu prestasi. Didalam suatu peristiwa yang terjadi pasti memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga peristiwa itu dapat terjadi. Termasuk dalam suatu perang yang terjadi memiliki beberapa hal yang menyebabkan dan hal tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan itu dapat berakhir berupa suatu kemenangan, kekalahan maupun imbang antara yang berperang. Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor dari suatu peristiwa.

12 Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pertempuran, sehingga ia dapat memahami keadaan dan situasi saat bertempur melawan musuh, serta dapat memenangkan perang tersebut: 1. Keadaan Alam 2. Keadaan Senjata 3. Keadaan Orang 4. Keadaan Tempo (Tan Malaka, 2012: 29). Dari hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pertempuran saat melawan musuh yang dapat memenangkan dalam sebuah pertempuran atau perang, ada beberapa yang diterapkan oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II saat melawan pasukan Belanda yaitu, dukungan masyarakat Palembang, siasat perang, keadaan alam, dan keadaan pihak musuh yang melelah. Jadi beberapa faktor yang menjadi kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam melawan Belanda adalah keadaan alam, keadaan senjata, keadaan orang dan keadaan tempo. 3. Konsep Kemenangan Kemenangan dalam bahasa Inggris adalah victory. Makna kemenangan adalah hal menang itu diperolehnya dengan perjuangan berat; keunggulan; kelebihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 644). Kemenangan suatu perjuangan bukan ditentukan hanya pada persenjataan yang canggih, akan tetapi faktor manusia, motivasi dan semangat juang ikut memberi andil (H. Asnawi Mangku Alam, 1992:17)

13 Sedangkan pendapat lain menyatakan kemenangan adalah satu perkara yang senantiasa menjadi matlamat dalam setiap perjuangan. Tidak dikira perjuangan itu benar (haq) atau batil, perjuangan itu muslim atau tidak, masing-masing meletakkan harapan untuk mencapai kemenangan dengan berusaha untuk mengatasi yang lain (Firdaus Arshad, http://firdausarshad.blogspot.com/2010/01/konsep-kemenanganislam.html, di-akses pada 28/01/2013 pukul 15.30 WIB). Menurut Sun Zi menyatakan pertahanan itu tidak dapat menjamin kemenangan atas musuh. Agar dapat mengalahkankan musuh, ada kebutuhan untuk melancarkan serangan. Disini Sun Zi mengajarkan orang tidak bisa menang dengan cara bertahan saja, sementara bisa menang harus menyerang (Chow-Hou Wee, 2006: 135). Sama halnya kemenangan yang diraih oleh pasukan Sultan Mahmud Badruddin II dapat diraih tidak hanya melakukan pertahanan tetapi adanya serangan melawan pasukan Belanda. Seperti yang diungkapkan oleh Soetadji dan Hanafiah: Pada perang babak pertama serang-menyerang terus berlangsung. Perang berlangsung dari terbitnya matahari pagi hingga berakhir waktu maghrib. Pertempuran berlangsung dari tanggal 11 dan 15 Juni 1819, pasukan Muntinghe dihancurkan, dari semula 500 orang pasukan tinggal 350, Muntinghe bersama sisa pasukan ini lari ke Batavia. Sedangkan pada perang babak kedua yang berlangsung pada 30 Agustus 1819 sampai 30 Oktober 1819 pasukan Belanda berhasil dipukul mundur dengan korban kira-kira 500 orang sepertiga dari seluruh kekuatan semula (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 16-17). Berdasarkan definisi diatas, maka kemenangan adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh dengan cara perjuangan dan berbagai usaha yang dilakukan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang telah diupayakan. 4. Konsep Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Pasukan dalam bahasa Inggris adalah troops. Makna pasukan adalah kelompok atau golongan prajurit (laskar, dsb): berani mati (Kamus Besar Bahasa Indonesia:

14 735). Pasukan ialah sekumpulan orang yang dikaitkan dengan matlamat yang sepunya. Ia biasanya amat sesuai untuk menjalankan tugas yang sangat rumit serta memiliki banyak subtugas yang saling bersandaran (http://ms.wikipedia.org/wiki/pasukan. di-akses 01/01/2014 pada pukul 20.10 WIB). Pasukan (Francis dan Young, 1979) terdiri dari pada sekumpulan orang sekurang-kurangnya dua orang ahli, yang komited untuk menghasilkan kerja yang berkualiti (http://www.management.utm.my, di-akses pada Selasa 08/04/2014 pukul 07.00 WIB). Berdasarkan definisi diatas, maka pasukan adalah sekelompok orang yang berkumpul menjadi satu yang memiliki suatu hal atau tugas untuk mencapai satu tujuan yaitu untuk menang. Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II ini terdiri dari para petinggi hingga bawahan Kesultanan Palembang, yaitu hulubalang, pembantu, tentara, rakyat, para menteri (Akib, 1979: 51). Maka Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari para petinggi Kesultanan Palembang hingga bawahannya yang memiliki tugas untuk mencapai suatu yang dituju yaitu sebuah kemenangan melawan pasukan Belanda. 5. Konsep Perang Palembang Perang dalam bahasa Inggris adalah war. Menurut Clausewitz perang adalah suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk kepada kehendak kita

15 (Sayidiman Suryohadiprojo, 1981: 6). Sedangkan pendapat lain menyatakan perang adalah sengketa bersenjata sebagai suatu keadaan legal yang memungkinkan dua atau lebih gerombolan manusia yang sederajat menurut hukum internasional untuk menjalankan persengketaan bersenjata (Mansyur Efendi,http://mukahukum.blogspot.com/2009/04/pengertian-perangatau-sengketa.html, di- akses 01/01/2013 pada pukul 07.15 WIB). Meskipun faktor penyebab terjadinya perang dari zaman dahulu sampai sekarang sangat luas dan kompleks, namun dapat disederhanakan dalam beberapa alasan, yaitu: 1. Perbedaan Ideologi Ideologi merupakan suatu konsep yang bersistem atau sesuatu paham tertentu yang dianut oleh seseorang. Dalam skala yang lebih luas, paham tersebut menjadi kepercayaan dalam sebuah bangsa dan akan melawan siapa saja yang menentangnya. 2. Keinginan untuk Memperluas Wilayah Kekuasaan Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan merupakan faktor penting bagi suatu bangsa yang ingin memperluas pengaruh dan dominasi kekuatannnya dalam berbagai bidang. Ini adalah alasan klasik yang muncul pada era prasejarah sampai sekarang, meskipun dengan bidang yang berbeda 3. Perbedaan Kepentingan Orang yang berselisih, biasanya disebabkan adanya perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan sebagai faktor penyebab perang ini bisa terjadi dalam segala bidang, seperti kepentingan ekonomi, politik, agama, dan sebagainya. 4. Perampasan Sumber Daya Alam Sebuah bangsa yang makmur, biasanya identik dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Bangsa yang berhasil menggali dan memanfaatkan kekayaan alamnya tersebut dapat membuat bangsanya makmur dan sejahtera. Akan tetapi, ternyata kekayaan alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak atau bangsa lain untuk merebutnya. Akhirnya, banyak peperangan yang timbul karena ingin merampas kekayaan alam yang dimiliki bangsa lain (Cahyo, 2012:16-17). Perang Palembang adalah perang yang mempertahankan wilayah Kesultanan Palebang dari bangsa asing dan dalam perang tersebut perang terjadi pada tahun

16 1819-1821. Namun disini penulis hanya mengambil batasan perang sekitar tahun 1819. Seperti yang diungkapkan oleh Soetadji dan Hanafiah bahwa: Perang Palembang 1819-1821 merupakan suatu perang desakan dan perang ini merupakan perang terbesar di Nusantara (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 101). Sedangkan Perang Palembang pada tahun 1819 ini terbagi menjadi dua babak. Perang babak pertama terjadi pada antara tanggal 11-15 Juni 1819 antara pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II yang bertahan di Kraton (Benteng) dan pasukan Belanda di Kraton Lama dan di beberapa kapal perang. Pasukan Muntinghe dihancurkan, dari semua 500 orang pasukan tinggal 350, Muntinghe bersama sisa pasukan ini lari ke Batavia. Lalu pada perang babak kedua terjadi pada tanggal 30 Agustus 1819 sampai 30 Oktober 1819 terjadi perang babak kedua antara Belanda dengan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II. Untuk kedua kalinya pasukan Sultan Badaruddin II berhasil menaklukan Belanda dalam perang tersebut (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 15-17). Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka Perang Palembang adalah suatu pertempuran yang terjadi di Palembang pada tahun 1819, yaitu perang antara pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II melawan pasukan Belanda yang berada dibawah pimpinan Komisaris Belanda Muntinghe. Perang itu terjadi dikarenakan untuk mempertahankan daerah Palembang dari Belanda yang ingin menguasai kembali Palembang beserta daerah-daerah yang masih menjadi wilayah Palembang. B. Kerangka Pikir Kerangka pikir yang coba dikembangkan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II melawan Belanda dalam perang palembang tahun 1819. Kembalinya Belanda menguasai Palembang setelah sempat beralih kekuasaan kepada Inggris, tidak disambut baik oleh rakyat Palembang. Hal itu terlihat pada saat Muntinghe bersama pasukannya melakukan ekspedisi ke pedalaman untuk memastikan daerah Palembang telah bersih dari tentara Inggris, tetapi yang didapati oleh pasukan Muntinghe pada saat itu adanya

17 perlawanan dari rakyat pedalaman yang membuat Muntinghe dan pasukannya kembali ke pusat kota. Dari kejadian itu Muntinghe menghadapi tekanan dan ia menuduh perlawanan yang dilakukan rakyat pedalaman itu disebabkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II beserta anaknya. Untuk itu Muntinghe meminta Sultan Mahmud Badaruddin II untuk menyerahkan putranya sebagai jaminan Sultan kepada Belanda. Namun hal itu, ditolak dengan tegas oleh Sultan Mahmud Badaruddin II dan akan mengabulkan hal lainnya. Namun yang terjadi hal lainnya terjadi insiden penebakan terhadap priyai-pryai di Keraton Lama, lalu disusul dengan insiden peembakan terhadap pasukan Belanda di Keraton Kuto Besak. Maka adanya insiden itu perang antara pasukan Badaruddin II dan pasukan Muntinghe tidak dapat terhindarkan. Perang itu dikenal dengan Perang Palembang yang terjadi pada tahun 1819. Perang ini terbagi menjadi dua babak dan setiap babak peperangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dapat memukul mundur pasukan Belanda. Kemenangan demi kemenangan dapat diraih oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dan hal itu tak lepas adanya beberapa faktor yang menyebabkan kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II. Faktor-faktor itu adalah keadaan alam, keadaan senjata, keadaan alam, dan keadaan tempo. Hal-hal itulah yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasukan Palembang dalam Perang Palembang Tahun 1819 saat melawan pasukan Belanda.

18 C. Paradigma Perang Palembang Tahun 1819 Faktor-Faktor Penyebab Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Keadaan Alam Keadaan Senjata Keadaan Orang Keadaan Tempo Keterangan Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II : Garis Sebab : Garis Pengaruh : Garis Akibat

REFERENSI Kamisa.1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Halaman 554 Tamburaka, H. Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, dan IPTEK. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 2 Hugiono dan P.K. Porwantara. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Halaman 9-10 Tamburaka, H. Rustam E., Op. Cit. Halaman 10 Sidi Gazalba. 1981.Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhrata Karya Aksara. Halaman 13 Hugionodan P.K. Porwantara., Op. Cit. Halaman 5 Komarudin dan Tjuparmah, Yooke. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 15-16 Hugiono dan P.K. Porwantara., Op. Cit. Halaman 109 Malaka, Tan. 2012. Geriliya Politik Ekonomi. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia. Halaman 29 Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka. Halaman 644 Alam, H. Asnawi Mangku. 1992. Pasca Perang Kota. Jakarta: PT Sumber Inspirasi. Halaman 17 http://firdausarshad.blogspot.com/2010/01/konsep-kemenangan-islam.html,di-akses pada 28/01/2013 pukul 15.30 WIB

Hou-Wee, Chou. 2009. Sun Zi Art of War. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Halaman 135 Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah. 1996. Perang Palembang Melawan V.O.C. Palembang: Karyasari. Halaman 16-17 Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka. Halaman 735 http://ms.wikipedia.org/wiki/pasukan. di-akses 01/01/2014 pada pukul 20.10 WIB http://www.management.utm.my, di-akses pada Selasa 08/04/2014 pukul 07.00 WIB R.H.M. Akib. 1979. Sejarah Perjuangan Sri Sultan Mahmoed Baderedin II. Palembang. Halaman 51 Suryohadiprojo, Sayidiman. 1981. Suatu Pengantar Ilmu Perang, Masalah Pertahanan Negara. Jakarta: PT Intermasa. Halaman 6 http://mukahukum.blogspot.com/2009/04/pengertian-perang-atau-sengketa.html, diakses pada 01/01/2013 pukul 07.25 WIB Cahyo, Agus N. 2012. Perang-Perang Paling Fenomenal: Dari Klasiksampai Modern. Yogyakarta: BukuBiru. Halaman 16-17 Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah. 1996. Perang Palembang Melawan V.O.C. Palembang: Karyasari. Halaman 101 Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah., Op.Cit. Halaman 15-17