PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

dokumen-dokumen yang mirip
Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deformasi Elastis. Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a. deforms elastically three times as much as does steel

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi dan

BAB II TEORI DASAR. Gage length

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

Sifat Sifat Material

FATIQUE. Kegagalan ini dinamakan fatique karena kejadian ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Tugas Sarjana Teknik Material 2008 Data dan Analisa

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Bab II STUDI PUSTAKA

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

Analisa Delaminasi Pada Glass Fiber Reinforced Polymer Komposit Laminat Dengan Pembebanan Fatigue

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

ESTIMASI UMUR FATIK MENGGUNAKAN PEMBEBANAN ROTATING BENDING PADA MATERIAL SS 304

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

Pengaruh Putaran Centrifugal Casting Velg dari bahan Aluminium Scrap terhadap Karakteristik Perambatan Retak Fatik

CREEP. Contoh komponen-komponen yang potensial mengalami creep adalah.

PREDIKSI PERAMBATAN RETAK PADA PLAT MENGGUNAKAN PERSAMAAN PARIS DAN PERSAMAAN WALKER

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

ANALISIS TINGKAT KEKERASAN PADA LEFT HAND MAIN LANDING GEAR AXLE SLEEVE HASIL PROSES SHOT PEENING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, dimana logam besi adalah unsur dasarnya yang

KARAKTERISTIK LELAH BAJA POROS DIN 42CrMo4 BERTAKIK U DAN V AKIBAT BEBAN AMPLITUDO KONSTAN DAN BEBAN TIBA-TIBA

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

Proses Lengkung (Bend Process)

LAJU PERAMBATAN RETAK PADA CANTILEVER BEAM. Oleh: Sutarno ABSTRACT

PENGARUH BENTUK TAKIKAN (NOTCHED) PADA POROS BAJA KARBON ST. 60 AKIBAT BEBAN TARIK

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

Hasil Identifikasi Fractography

PENGARUH PROSES/METODE PENGECORAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS PADA BALING-BALING (PROPELLER) MOTOR TEMPEL (KETEK) RINGKASAN

Pengaruh Tebal Blank dan Viskositas Pelumas Terhadap Nilai Stretchability dan Kekerasan Dinding Kubah Baja DDQ SPCE- SD

PENGARUH SIFAT PLASTISITAS BAHAN TERHADAP KUALITAS PRODUK PROSES DEEP DRAWING

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

TIN107 - Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1. TIN107 Material Teknik

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS)

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET

Pengaruh Shot Peening Ulang Terhadap Kelelahan (Fatique) Sambungan Las

KARAKTERISASI SIFAT LELAH SIKLUS RENDAH UNIAKSIAL PADA PADUAN ALUMINIUM EKSTRUSI

BAB 7 PERPATAHAN ELASTIS PLASTIS

TIN107 Material Teknik. Mekanisme Penguatan. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi dan memudahkan segala aktifitas manusia, karena aktifitas

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

BAB IV DATA DAN ANALISA

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

ANALISA PENGARUH CLEARANCE

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

EVALUASI FAKTOR INTENSITAS TEGANGAN PADA UJUNG RETAK DENGAN LUBANG PENGHAMBAR RAMBAT RETAK

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

Tekstur Bidang Geser (111) pada Pelat Aluminium A1100P dengan Berbagai Rasio Pengerolan Dingin Berpengaruh terhadap Kekuatan Tarik

Transkripsi:

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL- 2024 T3 Susilo Adi Widyanto Abstract Streching process of sheet materials is one of any process to increasing of material strength. But the effect of this process on crack growth must investigate, the first for sheet materials are used as a plane structure. The test results show that the streching process of AL 2024 T3 materials of 3 % would produce of decreasing crack growth rate, and 5 % of streching process would produce of increasing crack growth rate of materials. PENDAHULUAN Penggunaan material pelat semakin meluas terutama bagi industri-industri manufaktur, sehingga peningkatan segi kualitas maupun pengamatan sifatnya harus semakin di tingkatkan. Pada industri pesawat terbang, industri otomotif maupun industri peralatan transportasi lainnya, material pelat mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan performansi bagi produk-produknya. Faktor komplesitas desain yang sudah sedemikian tinggi, mengarahkan material pelat bukan hanya digunakan sebagai cover suatu produk (dari segi estetika produk) namun pelat juga digunakan sebagai struktur utama (main frame ). Dalam bidang teknik produksi, proses-proses manufaktur otomatis telah banyak dikembangkan. Aspek kompleksitas produk bukan lagi menjadi kendala utama dalam prosesnya. Namun ternyata dengan penerapan teknologi tersebut muncul beberapa aspek lain yang sifatnya merugikan sehingga harus lebih b8anyak diteliti. Hal tersebut antara lain berupa kemungkinan terjadinya perubahan sifat material karena proses manufaktur yang dilakukan. Salah satu proses manufaktur yang umum dilakukan adalah proses pembentukan. Ciri utama dari proses pembentukan ini adalah bekerja pada daerah pembebanan plastis dari material yang diproses. Sehingga proses pembentukan ini akan menyebabkan tereduksinya dimensi material yang akan meningkatkan kekuatan dan menurunkan tingkat keuletannya. Peningkatan kekuatan akibat proses pembentukan ini biasa disebut dengan proses penguatan regangan (strain hardening). Fenomena strain hardening dapat dijelaskan dengan menggunakan teori dislokasi. Pada proses pembentukan, dislokasi akan bergerak dan berinteraksi dengan dialokasi lainnya. Interaksi antar dislokasi ini akan meningkatkan kerapatannya, sehingga gerakan dislokasi akan semakin sulit. Sulitnya gerak dislokasi adalah indentik dengan kuatnya material (Pengundjungen Taringan dan Muh. Lufti-IPTN). Fenomena lain yang terjadi sebagai dampak dari proses pembentukan adalah munculnya tegangan sisa dalam material yang diproses dan berubahnya bentuk butir. Perubahan-perubahan tersebut yang akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku material yang bersangkutan terhadap jenis beban yang dialami. Pada sebagian komponen struktur pesawat terbang misalnya, proses produksinya dikerjakan dengan proses pembentukan, terutama berupa proses peregangan (streching process), sedangkan pada kondisi operasinya selain menerima beban statis juga menerima beban fatik. Oleh karena itu, kajian mengenai pengaruh proses pembentukan terhadap kekuatan fatik pada material khususnya pada material pesawat, perlu dilakukan. TINJAUAN PUSTAKA Proses pembentukan pelat logam secara umum merupakan pembebanan kombinasi dari beban bending, beban drawing dan beban regang. Pada tiaptiap jenis beban tersebut bila dilihat lebih dalam akan mempunyai berbagai persoalan spesifik yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan materialnya (A.A.EL- Domiaty, M.A.N. Shabara). Pada proses peregangan murni khasus yang dihadapi adalah sama dengan khasus pengujian tarik pada pelat. Fenomena dasar yang terjadi pada proses ini adalah tereduksinya ketebalan pelat, dan dikatakan masih dalam toleransi normal bila reduksi tebal tersebut sifatnya masih seragam. Batas peregangan didefinisikan ketika reduksi ketebalan sifatnya tidak merata lagi (bersifat lokal). Fenomena ini sama dengan terjadinya proses necking pada spesimen uji tarik (Mardjono Siswosuwarno Harsono Wiryosumarto). Deformasi lokal pada pengujian tarik dapat diamati setelah pembebanan mecapai harga maksimum. Karena hal tersebut, maka batas peregangan dapat diambil ketika regangan yang terjadi pada beban maksimum pada pengujian tarik. Tegangan alir material ditentukan dengan persamaan : n K Sedangkan pada saat necking terjadi yaitu dalam kondisi ketidakseimbangan plastis, harga tegangan regangan yang terjadi sebesar u = m. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembentukan terjadi proses peregangan yang dominan pada pelat logam dengan koefisien hardening). ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari 2001 39

Proses peregangan lokal dari suatu material dapat ditunjukkan seperti pada gambar berikut. Akibat beban tarik, material akan mengalami reduksi lebar dan ketebalannya. Perubahan lebar dan ketebalan dapat dinyatakan dengan faktor R yang biasa disebut dengan perbandingan regangan plastis (plastic strain ratio), yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : R = w / t Pada material isotropik, faktor R besarnya sama dengan 1 yang berarti regangan arah lebar besarnya sama dengan regangan pada arah ketebalan. Gambar-1 : Deformasi pada proses peregangan Penghambat reduksi ketebalan dapat dikembangkan dengan mengkondisikan dimana harga R dibuat lebih besar dari harga normalnya. Perbesaran harga R ini dapat dilakukan dengan pengontrolan tekstur kristalografi sehingga terjadi proses penguatan plat pada arah tertentu. Tegangan Sisa Tegangan sisa pada proses peregangan ditimbulkan oleh distributri regangan plastis yang tidak linier pada penampang melintang material. Besar dan arah tegangan sisa dipengaruhi oleh sifat material dan parameter pembebanannya. Jika beban regangan yang diberikan lebih kecil dari regangan luluhnya, deformasi yang terjadi hanya berupa deformasi elastis sehingga tegangan sisa tidak akan terjadi. Dari berbagai pengujian yang telah dilakukan, membuktikan bahwa tegangan sisa tekan di permukaan material akan memberikan aspek penguatan yang lebih baik. Contoh proses pemberian tegangan sisa dipermukaan antara lain dilakukan dengan proses shoot peening yang diaplikasikan pada proses penguatan material pesawat. Retak Fatik Pembebanan dinamik yang dikenakan pada suatu material sekalipun intensitasnya lebih rendah dibandingkan tegangan luluhnya, ternyata dapat menyebabkan terjadinya kegagalan, yang disebut dengan kegagalan akibat fatik (lelah). Kegagalan tersebut diawali dengan terbentuknya retak pada permukaan ataupun didalam struktur material. Sedangkan lokasi retak dapat terjadi pada daerah cacat ataupun pada takikan yang sengaja dibuat karena tututan dari segi desain. Retak yang terjadi menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada ujung-ujungnya. Bila konsentrasi tegangan yang terjadi besarnya melebihi tegangan luluh material, akan mengakibatkan terjadinya plastisitas sehingga retak akan merambat. Perambatan retak merupakan faktor utama terjadinya kegagalan karena fatik. Patah akibat fatik pada akhirnya terjadi karena pembebanan statis, setelah luasan efektif material tidak mampu lagi menahan beban yang terjadi. Perambatan Retak Fatik Dalam aplikasi desain fatik (fail-safe design) konsep perambatan retak merupakan suatu hal yang perlu untuk diperhitungkan. Dengan diketahuinya laju perambatan retak yang terjadi, suatu hasil desain dapat dinyatakan kondisi batas amannya. Pada sebagian komponen pesawat terbang misalnya, retak diijinkan terjadi dan pada kondisi itu pula umur material masih dapat diprediksi, sehingga aspek keamanannya tetap terpenuhi. Hubungan antara laju perambatan retak fatik dengan faktor intensitas tegangan telah dirumuskan dalam bentuk kurva yang ditunjukkan pada gambar 2. K dinyatakan sebagai faktor intensitas tegangan, yang dirumuskan sebagai berikut : K K maks - K S - S maks min min.a Bila material dibebani tegangan tekan laju perambatan retak sama dengan 0, maka jika Smin berupa tegangan tekan, nilai Kmin = 0. Kurva diatas mempunyai bentuk sigmoidal yang terbagi menjadi 3 daerah : Daerah I menunjukkan suatu harga ambang K th, dimana dibawah harga ini tidak terjadi perambatan retak. Daerah II, pada daerah ini terlihat suatu hubungan yang linier antara log da/dn dan log K, dan oleh Paris dinyatakan dalam persamaan : Da dn A KI ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari 2001 40

1 siklus Sa Range: Smaks - Smin Tabel-1 : Data hasil pengujian tarik dan pengujian kekerasan material AL-2024 T3 pada berbagai kondisi deformasi plastis Deformasi Plastis y (kg/mm 2 ) maks (kg/mm 2 ) Perpanjangan HV Smaks Sm Smin siklus Gambar- 2 : Skematis pembebanan fatik 0 % 1 % 3 % 5 % 33.658 46.197 14.372 157 26.701 45.698 14.402 148 34.603 46.312 12.317 149 31.654 46.069 13.697 151.33 39.185 46.841 10.609 164 39.132 46.203 11.635 168 39.397 47.266 16.047 164 39.238 46.770 12.764 165.33 40.956 47.719 10.885 188 38.718 46.526 10.752 193 36.526 46.043 14.271 188 38.733 46.763 11.969 189.67 45.230 47.256 10.731 203 45.140 47.745 8.7881 196 45.262 45.541 9.8167 190 45.211 47.514 9.7786 196.33 Tabel 2 : Data hasil pengujian fatik untuk material AL-2024 T3 pada berbagai kondisi deformasi plastis Gambar-3 : Kurva laju perambatan retak fatik Harga n merupakan slope dari kurva dan A adalah koefisien yang dapat dicari dengan menarik garis lurus sampai harga KI = 1 Mpa m. Daerah III menunjukkan terjadinya laju perambatan retak yang sangat tinggi sehingga sudah tidak terkontrol lagi. PEMBAHASAN Untuk mengetahui berbagai hal yang menyangkut proses peregangan dan pengaruhnya terhadap kekuatan fatik dalam hubungannya dengan laju perambatan retak, maka dilakukan berbagai pengujian. Pengujian-pengujian tersebut antara lain berupa pengujian kekerasan pada berbagai kondisi peregangan, pengujian lelah (fatigue) spesimen pada berbagai kondisi peregangan dan pengamatan panjang retak spesimen dengan beban dinamis pada berbagai kondisi peregangan. Data-data hasil pengujian berikut memperlihatkan hubungan antara parameter tersebut di atas (Pangundjungen Tarigan). Dari Tabel-1 memperlihatkan kecenderungan meningkatnya kekuatan statik material sesuai dengan kenaikan deformasi plastis yang dibebankan. Fenomena ini terjadi akibat meningkatnya kerapatan dislokasi sehingga sebagai penghambat gerakan dislokasi berikutnya, yang berarti pula kekuatan material akan meningkat. Deformasi plastis 0% 1% 3% 5% N (siklus) 171800 142500 180300 129400 142900 229500 200200 212500 248200 193200 222100 302100 267600 195400 258500 248900 320000 189200 206200 N (siklus) 153380 216720 249140 241075 Gambar-4 : Hubungan antara panjang retak material AL-2024 T3 dengan siklus (N) ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari 2001 41

Disamping terjadi peningkatan kekuatan material, proses peregangan mengakibatkan terjadinya penurunan keuletan tarik material. Dari tabel 1 terlihat, harga e (elongation) yang semakin menurun seiring dengan pertambahan peregangan. Penggetasan yang terjadi dapat dilihat dari bentuk patahan hasil pengujian tarik. Deformasi plastis hampir tidak terlihat ketika peregangan yang diberikan mencapai 5 %. Penjelasan proses penggetasan ini dapat dilihat pada gambar 5 berikut : Fenomena ini dapat dijelaskan seperti pada uraian sebelumnya. Gambar-6 : Hubungan antara faktor intensitas tegangan (K) dengan laju perambatan retak untuk material Al 2024-T3 pada berbagai kondisi peregangan Gambar-5 : Bentuk patahan hasil pengujian tarik yang menyatakan terjadinya fenomena penggetasan karena peregangan. a). material awal b) deformasi plastis 1% c) deformasi plastis 3%, d)deformasi plastis 5% Pada tabel 2 terlihat bahwa terjadinya peningkatan umur fatik dengan proses peregangan sampai batas 3%. Sedangkan setelah peregangan mencapai 5%, umur fatik cenderung menurun, namun tetap lebih tinggi dibandingkan material awalnya. Peningkatan umur fatik sampai peregangan 3% ini kemungkinan disebabkan karena deformasi plastis yang telah dialaminya, sehingga umur retak awal (crack initiation life) akan lebih tinggi yang berarti pula akan meningkatkan umur fatik. Hubungan ini diperoleh bahwa umur fatik merupakan umur retak awal ditambah dengan umur perambatan retak. Namun pada pertambahan peregangan berikutnya (setelah 5%), justru umur perambatan retak akan memendek, hal ini dimungkinkan karena terjadi efek penggetasan, dan semakin mengecilnya daerah plastis pada ujung retak yang digunakan sebagai penghambat laju perambatan retak. Dari gambar 6 terlihat, sampai batas 3% peregangan akan memperlambat perambatan, sedangkan peregangan diatas 3% kembali akan mempercepat perambatan retak material AL 2024-T3. Dari grafik tersebut terlihat bahwa dengan peningkatan kondisi peregangan dalam batas tertentu dapat menurunkan laju perambatan retak. Untuk paduan Al 2024-T3, kondisi peregangan 3% ternyata mampu menurunkan laju retak optimal. Dengan penambahan kondisi peregangan berikutnya (5%) memperlihatkan laju perambatan retak meningkat. Kondisi ini terjadi sebagai akibat pada proses peningkatan kondisi peregangan diatas 5% menyebabkan terjadinya aspek penggetasan (terlihat pada tabel pengujian tarik) dan semakin kecilnya daerah plastis yang berfungsi sebagai penghambat perambatan retak. KESIMPULAN Dari data dan pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Pemberian deformasi plastis (proses peregangan) pada material AL 2024-T3 dapat digunakan untuk meningkatkan umur fatik yang berati pula dengan proses peregangan dapat menurunkan laju perambatan retak. 2. Harga optimum pemberian deformasi plastis untuk tujuan penghambat laju retak adalah sekitar 3% peregangan. Peregangan yang mencapai 5% memperlihatkan kecenderungan terjadinya percepatan laju retak kembali. ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari 2001 42

DAFTAR PUSTAKA 1. A.A. EL-Domiaty, M.A.N. Shabara, Jurnal, Determination of Stretch-Bendability of Sheet- Metals. 2. Ariyano, Tesis, Pengaruh Perentangan dan Chemical Milling Terhadap Sifat Mekanik dan Laju Perambatan Retak Paduan Aluminium. 3. A. Turnbull, Jurnal, The Effect of Grain Size on Fatique Crack Growth in An Aluminium Magnesium Alloy. 4. Mardjono Siswosuwarno dan Harsono Wiryosumarto, Paper, Strain Ratio and Strain Hardenig Coefisient of Various Steel Sheet. 5. Pangundjungen Tarigan, Paper, Pengaruh Proses Peregangan Terhadap Sifat Mekanik, Statik dan Fatik Material AL 2024-T3. 6. W. Hesse, Jurnal, The Strain Hardening of Structural Steels with Different Yield Strengths and Its Influence on The Materials Properties During Plastic Deformation. ROTASI Volume 3 Nomor 1 Januari 2001 43