GLISEROLISIS RBDPO (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL) DENGAN LIPASE UNTUK SINTESIS MDAG (MONO-DIASILGLISEROL)

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

PROSES PEMBUATAN MONO-DIGLISERIDA (MDG) DARI REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL (RBDPO) SECARA GLISEROLISIS ENZIMATIS TESIS.

SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL ( M-DAG ) DARI DESTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) MELALUI ESTERIFIKASI ENZIMATIS FARIDA NURAENI

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PROSES DEASIDIFIKASI MINYAK SAWIT UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN KAROTENOID DALAM PEMURNIAN MINYAK SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) 1)

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Sifat Fisikokimia Bahan Baku

STUD1 KlNETlKA KONVERSI DISTILAT ASAM LEMAK KELAPA MENJADI PENGEMULSI MENGGUNAKAN ENZlM LIPASE Rhizomucor meihei DALAM REAKTOR TANGKI KONTINYU 1)

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PROSES GLISEROLISIS MINYAK KELAPA SAWIT MENJADI MONO DAN DIACYL GLISEROL DENGAN PELARUT N- BUTANOL DAN KATALIS MgO

METODOLOGI PENELITIAN

PROSES GLISEROLISIS CPO MENJADI MONO DAN DIACYL GLISEROL DENGAN PELARUT TERT-BUTANOL DAN KATALIS MgO

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fase lemak (O Brien, 2009). Banyak minyak nabati yang telah dimodifikasi untuk

KENDALI PROSES DEASIDIFIKASI DALAM PEMURNIAN MINYAK SAWIT MERAH SKALA PILOT PLANT

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

OPTIMASI SEPARASI PADA PEMISAHAN GLISEROL HASIL PROSES HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis)

PROSES GLISEROLISIS MINYAK KELAPA SAWIT MENJADI MONO DAN DIACYL GLISEROL DENGAN PELARUT N-BUTANOL DAN KATALIS MgO

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FORMULASI DAN PENGOLAHAN MARGARIN MENGGUNAKAN FRAKSI MINYAK SAWIT PADA SKALA INDUSTRI KECIL SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG

STUDI PROSES INTERESTERIFIKASI ENZIMATIK (EIE) CAMPURAN MINYAK SAWIT DAN MINYAK KELAPA UNTUK PRODUKSI BAHAN BAKU MARGARIN BEBAS ASAM LEMAK TRANS

Ramayana : pembuatan lemak margarin dari minyak kelapa, kelapa sawit dan stearin..., USU e-repository 2008

LAPORAN AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendididikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

LAPORAN AKHIR PENGARUH RASIO REAKTAN DAN WAKTU SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK METIL ESTER SULFONAT BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

EFEKTIVITAS NaCl DAN CaCl 2 DALAM MEMURNIKAN MDAG DENGAN METODE CREAMING DEMULSIFICATION TECHNIQUE. Abstrak. Abstract

PENGGANDAAN SKALA PRODUKSI MONO DAN DIASILGLISEROL (MDAG) BERBASIS SAWIT DENGAN METODE GLISEROLISIS ANDRI J LAKSANA

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

TRANSESTERIFIKASI PARSIAL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ETANOL PADA PEMBUATAN DIGLISERIDA SEBAGAI AGEN PENGEMULSI

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKHIR PENGARUH WAKTU SULFONASI DALAM PEMBUATAN SURFAKTAN MES (METHYL ESTER SULFONATE) BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (CPO)

SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL BERBASIS GLISEROL DAN PALM FATTY ACID DISTILLATE

BAB I PENDAHULUAN. rasa bahan pangan. Produk ini berbentuk lemak setengah padat berupa emulsi

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

PENGGUNAAN MINYAK SAWIT MERAH UNTUK PEMBUATAN LEMAK BUBUK

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI PELEPAH KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis ) MENGGUNAKAN METODE PELEBURAN ALKALI SKRIPSI M. HIDAYAT HASIBUAN

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

PENGARUH SUHU DAN RASIO REAKTAN DALAM PEMBUATAN METIL ESTER SULFONAT DENGAN AGEN PENSULFONASI NAHSO 3 BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Gambar 5. Reaktor eterifikasi gliserol

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 3 (Desember 2010)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI VARIASI PERBANDINGAN BERAT CAMPURAN LEMAK AYAM (Gallus sp) DENGAN RBDPO SKRIPSI YUDHA SETIAWAN PROGRAM STUDI KIMIA EKSTENSI

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

HIDROLISA ENZIMATIK PADA CRUDE PALM OIL PENENTUAN KONDISI OPERASI,PERMODELAN,DAN PENENTUAN KOEFISIEN KAPASITAS

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KELAPA SAWIT

HIDROLISA ENZIMATIK PADA CRUDE PALM OIL PENENTUAN KONDISI OPERASI, PERMODELAN, DAN PENENTUAN KOEFISIEN KAPASITAS

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

III. BAHAN DAN METODE

INTERESTERIFIKASI INTERESTERIFIKASI 14/01/2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMASI KONDISI PROSES KONVERSI BIODIESEL DARI PALM FATTY ACID DISTILATE MENGGUNAKAN KATALIS H-ZEOLIT

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Optimasi Hasil Gliserol dari Minyak/Lemak Limbah Industri Krimer ditinjau dari Suhu Pemanasan, Konsentrasi Katalis, dan Lama Pemanasan

LAPORAN AKHIR. PENGARUH SUHU DAN KATALIS CaO PADA SINTESIS METIL ESTER SULFONAT (MES) BERBASIS CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN AGEN H2SO4

PERSAMAAN REGRESI HUBUNGAN SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUIC HASIL TRANSESTERIFIKASI MINYAK SAWIT DENGAN MENGGUNAIUN KATALIS KN03/ATAPULGIT

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz

PENENTUAN WAKTU REAKSI DAN KONSENTRASI KATALIS UNTUK SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL MELAN AULIYA ANDRIANI

III. METODE PENELITIAN

Produksi Diasilgliserol untuk Margarin dari Minyak Kelapa

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

PENDAHULUAN Latar Belakang

DISAIN PROSES DUA TAHAP ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI (ESTRANS) PADA PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL) DARI MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas.

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

OPTIMASI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae) DAN LAMA FERMENTASI DENGAN VCO PANCINGAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel

DISAIN PROSES DUA TAHAP ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI (ESTRANS) PADA PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL) DARI MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas.

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

OPTIMASI HASIL GLISEROL DARI MINYAK/LEMAK LIMBAH INDUSTRI KRIMER DITINJAU DARI SUHU PEMANASAN, KONSENTRASI KATALIS, DAN LAMA PEMANASAN

PEMBUATAN MONOGLISERIDA MELALUI GLISEROLISIS MINYAK INTI SAWIT MENGGUNAKAN KATALIS NATRIUM METOKSIDA

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Seminar PATPI, Palembang, 14-16 Oktober2008 TPP-60 GLISEROLISIS RBDPO (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL) DENGAN LIPASE UNTUK SINTESIS MDAG (MONO-DIASILGLISEROL) (Lipase - Catalyzed Glycerolysis of Refined Bleached Deodorized Palm Oilfor the Mono-diacylglycerol Synthesis) Anggirasti 1 *, Purwiyatno Hariyadi 2), Nuri Andarwulan 2), Tri Haryati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana IPB e-mail: anrusty@yahoo.com 2) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB dan SEAFAST Center IPB 3) Peneliti SEAFAST Center IPB ABSTRACT Indonesia is among the largest palm oil producing countries and the production is still increasing therefore, product diversivication should be done in order to obtain higher added value to the country. One of the potential products is palm based emulsifier. Monodiacylglycerol (MDAG) is the mostly used emulsifier in food industry. Enzymatic synthesis of MDAG by lipase catalyst has received much attention in recent year owing to the lower energy requirements, selectivity of the catalyst and higher product purity and quality. The aim of this study was to optimize production of MDAG by lipase-catalyzed glycerolysis. Esterification of glycerol and RBDPO using lipase as catalyst is used to synthesize MDAG. Thirteen batch reactions consisting of refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), glycerol, and commercially lipase were carried out, with two process parameters being varied : reaction time and temperature. Respon surface methodology (RSM) was applied to optimize the reaction system. Production yield, MAG, DAG and TAG contents were used as model response. After getting the optimum condition from respon surface equation, a trial of five replicates to verify its consistency was conducted. MAG, DAG and TAG content in the product were analyzed using thin layer chromatography method. The physicochemical properties of the product namely free fatty acid, iodine value, melting point and HLB value were also determined. The optimal conditions established for reaction time 19,86 hour and temperature 60,3 C. Under this condition production yield of 83,06% with 42,08% MAG content was predicted. Verification experiments under optimized reaction conditions were conducted, and the result agreed well with the range of prediction. The yield obtain under this condition is 82,45% with composition of MAG and DAG are 43,26% and 47,98% respectively. The product melting point was higher than RBDPO i.e. 49,0-51,5 C, iodine value was 46,82, free fatty acid content was 0,15% and hydrophilic lypophilic balance (HLB) value was 9,15. Key words : RBDPO, MDAG, enzymatic, glycerolysis, RSM PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ke arah agroindustri karena beragam produk dari komoditi tersebut. Indonesia berpeluang menjadi negara produsen utama minyak kelapa sawit dunia karena setiap tahun luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan sekitar 150.000 sampai 200.000 ha yang diiringi dengan peningkatan produksi CPO (Crude Palm Oil). Sejak tahun 2007 Indonesia telah menempati urutan pertama sebagai produsen CPO 1062

dunia. Data terakhir pada awai tahun 2008 menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 6,2 juta hektar dengan total produksi CPO 17 juta ton (Goenadi 2008). Minyak sawit diperoleh dari hasil ekstraksi daging buah kelapa sawit yang pada awainya merupakan minyak sawit kasar (CPO). Untuk memperoleh minyak goreng (minyak makan) maka perlu dilakukan proses lebih lanjut yaitu netralisasi, dekolorisasi, dan deodorisasi, yang hasilnya disebut minyak RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) (Ketaren 1986). Salah satu produk yang dapat diturunkan dari minyak sawit adalah emulsifier yang dapat digunakan sebagai bahan penstabil pada berbagai produk. Pengemulsi (emulsifier) adalah suatu bahan dengan karakteristik khusus yang dapat menyatukan air dengan minyak. Hampir semua produk yang menggunakan campuran air dan minyak menggunakan emulsifier ini seperti margarin, mayonnaise, obat-obatan dan kosmetik. Sekitar 70% dari total emulsifier yang digunakan dalam produk makanan adalah campuran mono dan diasilgliserol (MDAG). MDAG dapat disintesis melalui proses gliserolisis antara minyak dan gliserol atau esterifikasi antara asam lemak dan gliserol (O Brien 1998). Secara komersial, MDAG diproduksi melalui proses gliserolisis, yaitu dengan mereaksikan triasilgliserol (TAG) dan gliserol. Reaksi ini dilakukan dengan proses batch pada temperatur tinggi (220-260 C) dengan dibantu oleh katalis inorganik seperti sodium, potassium, atau kalsium hidroksida. Dalam proses ini suhu tinggi akan menimbulkan wama gelap serta flavor yang tidak diinginkan pada produk. Namun sekarang penelitian tentang proses gliserolisis dengan penggunaan biokatalis (enzim lipase) banyak sekali dilakukan karena dalam prosesnya energi yang dibutuhkan untuk reaksi lebih sedikit, lebih ramah lingkungan, dan dapat menghasilkan produk dengan wama yang lebih terang (Noureddini et al. 2004). Harga enzim saat ini masih terbilang mahal sehingga mendorong para peneliti ntuk memproduksi enzim komersial dengan harga yang lebih rendah. Salah satu enzim lipase komersial dengan harga yang relatif murah adalah lypozyme TLIM, yaitu enzim yang dihasilkan oleh organisme Thermomyces lanuginosa dan diimobilisasi dalam fraksi silika. Kebutuhan MDAG bagi industri pangan di Indonesia sangat tinggi, namun selama ini ketersediaan MDAG masih harus diimpor dari luar negeri. Kondisi ini menunjukkan bahwa peluang untuk investasi dan produksi MDAG di dalam negeri sangat baik. Dengan demikian, pengembangan emulsifier memiliki nilai ekonomis tinggi dan dengan memproduksi sendiri negara kita bisa menghilangkan ketergantungan impor. Emulsifier MDAG dapat diperoleh dengan memanfaatkan berbagai macam jenis minyak sebagai bahan bakunya termasuk minyak sawit RBDPO. Pemanfaatan RBDPO ini merupakan salah satu bentuk diversifikasi dan peningkatan nilai ekonomis produk-produk berbasis kelapa sawit. Dengan pertimbangan tingginya potensi minyak sawit, nilai ekonomi dan kebutuhan akan MDAG, perlu untuk dilakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut tentang produksi MDAG. Penerapan teknik gliserolisis menggunakan biokatalis (enzim lipase) ini diharapkan dapat menghasilkan MDAG dengan kualitas yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum dalam proses gliserolisis untuk menghasilkan MDAG berbahan baku RBDPO menggunakan biokatalis enzim lipase. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 8 bulan sejak bulan Oktober 2007 sampai bulan Juni 2008 bertempat di Laboratorium Pengolahan Pangan Departemen ITP dan Laboratorium Kimia SEAFAST Center Institut Pertanian bogor. 1063

Bahan Dan Alat Bahan baku utama yang digunakan adalah RBDPO dari PT. Karya Putrakreasi Nusantara (Medan, Indonesia), Gliserol dari Bratachem (Indonesia), Silica gel 60H dari Merck (Germany), Ezim lipase TLIM dari Novozymes A/S (Bagsvaerd, Denmark), n- Hexan dari Bratachem (Indonesia), serta bahan-bahan kimia untuk analisa. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : neraca analitik, orbital shaker, sentrifugasi, oven, desikator, stirring hot plate, refrigerator, freezer, kertas saring, TLC (Thin Layer Chromatography) plate, pipa kapiler dan alat-alat gelas. Metodologi Penelitian Penentuan Titik Tengah pada Optimasi Proses Gliserolisis untuk Sintesis MDAG Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan perkiraan suhu dan waktu reaksi terbaik dalam proses gliserolisis untuk digunakan sebagai titik tengah dalam perancangan untuk menentukan kondisi optimum proses gliserolisis. Penentuan perkiraan suhu dilakukan dengan mereaksikan substrat selama 23 jam untuk menguji lima level suhu yaitu 55, 60, 65 dan 70 C dan perlakuan diulang dua ulangan. Penentuan lama proses gliserolisis terbaik dilakukan pada suhu konstan 60 C, dimana waktu reaksi yang dicobakan adalah selama 2,4, 8, 10, 16, 18, 20, 22, dan 24 jam, seluruh perlakuan diulang dua ulangan sehingga diperlukan 18 sampel percobaan. Proses gliserolisis dilakukan dengan mereaksikan substrat sebanyak 5 g yaitu RBDPO dengan gliserol dengan perbandingan 1:3 (mol/mol) dalam tabung erlenmeyer kemudian diagitasi menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 200 rpm. Setelah suhu yang diinginkan dalam sistem tercapai, enzim lipase ditambahkan sebanyak 10 % (b/b minyak) (Kaewthong et al. 2005). Setelah waktu reaksi tercapai, produk difraksinasi dalam pelarut organik heksan dengan perbandingan 1:10 (substrat: pelarut) dan didinginkan pada suhu 15 C selama 24 jam. Hasil terbaik dari penelitian ini adalah hasil yang menunjukkan rendemen tertinggi dengan kadar MAG tinggi. Optimasi Reaksi Gliserolisis untuk Sintesis MDAG Proses sintesis MDAG diuji menggunakan rancangan percobaan Central Composite Design (CCD) dari Response Surface Methodology (RSM) dengan 2 faktor yaitu: suhu dan waktu reaksi. Model response surface digunakan untuk melihat pengaruh suhu dan waktu reaksi pada jumlah produk yang dihasilkan dan untuk mengoptimumkan kondisi proses dalam menghasilkan produk MDAG yang maksimal. Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap ini mengikuti rancangan Central Composite Design (CCD) dari Respon Surface Methodology (RSM) dengan dua variabel yaitu waktu dan suhu reaksi gliserolisis. Titik tengah perancangan penelitian diambil dari suhu dan waktu reaksi terpilih pada penelitian pendahuluan. Seluruh perlakuan terdiri dari 13 set percobaan. Interval variabel berupa perlakuan dan kode perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Perlakuan dan kode perlakuan untuk optimasi proses gliserolisis Perlakuan Kode Perlakuan -1,414-1 0 1 1,414 Waktu (jam) 16 17.17 20 22.83 24 Suhu ( C) 55 56.5 60 63.5 65 Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan software S AS v6.12 dan bentuk permukaan tanggap diperoleh dengan menggunakan software Surfer 32 Setelah diperoleh kondisi optimum kemudian dilakukan verifikasi dengan 5 ulangan dan dilakukan analisa produk meliputi komposisi MDAG (analisa TLC), kadar asam lemak 1064

bebas (AOAC 1995), bilangan iod dengan metode Wijs (AOAC 1995), Titik leleh (AOAC 1995) dan nilai HLB (AOAC 1995). Tabel 2 Rancangan percobaan dengan sistem pengkodean No. Suhu ( C) Waktu Reaksi (jam) 1-1 -1 2 1-1 3-1 1 4 1 1 5-1,414 0 6 1,414 0 7 0-1,414 8 0 1,414 9 0 0 10 0 0 11 0 0 12 0 0 13 0 0 Sumber: Cochran and Cox (1962) HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Titik Tengah untuk Optimasi Proses Gliserolisis Penentuan suhu reaksi terbaik Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan mereaksikan substrat dan enzim pada suhu 55, 60, 62, 65 dan 70 C selama 23 jam. Suhu reaksi sangat mempengaruhi jalannya reaksi sehingga menjadi faktor utama dalam penelitian ini. Dari hasil percobaan (Gambar 1), terlihat bahwa dengan waktu reaksi yang sama rendemen produk hasil sintesis yang tertinggi diperoleh dengan suhu reaksi 60 C. Gambar 1 juga menunjukkan bahwa setelah reaksi beijalan selama 23 jam, komposisi MAG tertinggi terbentuk pada suhu 60 C. Pada tahap ini suhu 60 C dianggap sebagai suhu terbaik dalam reaksi gliserolisis sehingga pada tahap optimasi suhu ini akan digunakan sebagai titik tengah rancangan percobaan. Gambar 1 Pengaruh suhu reaksi terhadap rendemen dan komposisi gliserida produk MDAG 1065

Penentuan waktu reaksi terbaik Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan minyak, gliserol, serta katalis enzim lipase pada suhu 60 C selama 2, 4, 6,10, 16, 20, 22, dan 24 jam. Seluruh percobaan diulang sebanyak dua kali. Grafik hubungan lamanya waktu reaksi dengan rendemen produk MDAG dan komposisi gliserida dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai rendemen dan komposisi MAG tertinggi diperoleh pada waktu reaksi 20 jam, sehingga titik tengah yang akan dipergunakan pada racangan percobaan adalah waktu reaksi 20 jam. Gambar 2 Pengaruh waktu reaksi terhadap rendemen dan komposisi gliserida produk MDAG Optimasi Reaksi Gliserolisis untuk Sintesis MDAG Hasil Optimasi Rendemen Jumlah rendemen merupakan salah satu variabel respon yang dijadikan parameter untuk menghasilkan produk MDAG yang optimum, dimana pada kondisi optimum dihasilkan jumlah rendemen tertinggi. Profil tiga dimensi untuk melihat pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 3 a, dimana jumlah rendemen meningkat dengan meningkatnya suhu dan semakin bertambahnya waktu reaksi hingga suatu titik tertentu, kemudian akan mengalami penurunan jika suhu terus dinaikkan. Nilai R 2 dari persamaan RSM untuk rendemen cukup besar yaitu 0,8863, hal ini menunjukkan variabilitas data dapat dijelaskan oleh model. Dari analisa kanonik, titik kritis untuk memperoleh rendemen maksimum adalah waktu reaksi 22,3 jam (22 jam 18 menit) dan suhu 63 C. Pada titik kritis ini diperkirakan nilai rendemen yang akan diperoleh adalah sebesar 86,64%. Persamaan RSM dari proses gliserolisis RBDPO untuk nilai rendemen adalah: Rendemen = -952,52 + 10,94 Xj + 28,80 X 2-0,36 Xj 2 + 0,08 XjX 2-0,24 X 2 2 dimana Xi adalah waktu dan X 2 adalah suhu reaksi gliserolisis. Hasil Optimasi Komposisi MAG Komposisi MAG dalam produk merupakan salah satu variabel respon yang dijadikan parameter penting dalam menentukan kualitas MDAG. Bentuk permukaan respon dari data komposisi MAG dalam produk yang dihasilkan dari kondisi optimasi proses gliserolisis dapat dilihat pada Gambar 3b. Jumlah MAG akan meningkat dengan semakin meningkatnya suhu dan semakin lama reaksi beijalan sampai pada suatu titik tertentu, dimana jumlah MAG akan mencapai maksimum. Namun kadar MAG akan kembali 1066

Seminar PATPi, Palembang, 14-16 Oktober 2008 berkurang jika suhu dan waktu reaksi terus ditambah. Persamaan RSM dari proses gliserolisis RBDPO untuk komposisi MAG adalah: MAG = -1035,07 + 25,69 Xi + 26,92 X 2-0,83 Xi 2 + 0,12 Xi X 2-0,24 X 2 2 dimana Xi adalah waktu dan X 2 adalah suhu reaksi gliserolisis. Nilai R 2 dari persamaan RSM untuk komposisi MAG cukup besar yaitu 0,7775. Hal ini menunjukkan variabilitas data dapat dijelaskan oleh model. Berdasarkan analisa kanonik titik kritis untuk memperoleh MAG maksimum adalah waktu reaksi 19,86 jam (19 jam 52 menit) dan suhu 60,3 C. Pada titik kritis ini diperkirakan nilai MAG yang akan diperoleh adalah sebesar 42,91%. Gambar 3 Pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap rendemen (a), kadar MAG (b), DAG (c), dan TAG (d) hasil sintesis pada proses gliserolisis Hasil Optimasi Komposisi DAG Pada Gambar 3 c terlihat bahwa jumlah DAG akan meningkat dengan semakin meningkatnya suhu dan semakin lama reaksi beijalan sampai pada suatu titik tertentu, dimana jumlah DAG akan mencapai maksimum. Namun kadar DAG akan menurun jika suhu dan waktu reaksi terus ditambah. Persamaan RSM dari proses gliserolisis RBDPO untuk komposisi DAG adalah : 1067

SeminarPATPI, Palembang, 14-16 Oktober2008 DAG = -963,03 + 15,54 Xi + 28,02 X 2-0,50 Xi 2 + 0,07 Xi X 2-0,24 X 2 2 dimana Xi adalah waktu dan X 2 adalah suhu reaksi gliserolisis. Nilai R 2 dari persamaan RSM untuk komposisi DAG cukup besar yaitu 0,8489. Hal ini menunjukkan variabilitas data dapat dijelaskan oleh model, sehingga model persamaan ini dapat digunakan sebagai model untuk menentukan optimasi kadar DAG dalam produk MDAG. Berdasarkan analisa kanonik untuk menentukan kondisi optimum respon yaitu nilai DAG, diperoleh nilai kritis untuk waktu reaksi adalah 19,82 jam (19 jam 49 menit) dan suhu 60,15 C. Pada titik ini diperkirakan nilai DAG yang akan diperoleh adalah sebesar 53,01%. Hasil Optimasi Komposisi TAG Kadar TAG merupakan salah satu variabel respon yang dijadikan parameter untuk menghasilkan produk MDAG dan diharapkan pada kondisi optimum dihasilkan jumlah TAG seminimal mungkin. Nilai R 2 dari persamaan RSM untuk komposisi TAG cukup besar yaitu 0,8325 berarti variabilitas data dapat dijelaskan oleh model. Profil tiga dimensi untuk melihat pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap TAG dapat dilihat pada Gambar 3d. Persamaan RSM dari proses gliserolisis RBDPO untuk komposisi TAG adalah: TAG = 2060,53-41,23 Xi - 54,94 X 2 + 1,32 Xi 2-0,19 Xi X 2 + 0,49 X 2 2 dimana Xi adalah waktu dan X 2 adalah suhu reaksi gliserolisis. Pada gambar 3d terlihat bahwa jumlah TAG menurun dengan meningkatnya suhu dan semakin bertambahnya waktu reaksi hingga suatu titik tertentu, kemudian akan mengalami kenaikan lagi jika suhu terus dinaikkan dan reaksi terus beijalan. Titik kritis untuk menghasilkan TAG minimum adalah waktu reaksi 19,84 jam (19 jam 50 menit) dan suhu 60,22 C. Pada titik kritis ini diperkirakan nilai TAG yang akan diperoleh adalah sebesar 4,07%. Verifikasi Kondisi Optimum Proses Gliserolisis untuk Sintesis MDAG Menurut O Brien (1998) semakin baik kualitas MDAG ditandai dengan semakin tingginya komposisi MAG dalam produk, sehingga penentuan kondisi optimum proses gliserolisis diperoleh dari kondisi optimum untuk parameter kadar MAG. Verfikasi sebanyak 5 ulangan kemudian dilakukan pada waktu reaksi selama 19,86 jam dan suhu 60,3 C untuk memperoleh MAG optimum. Setelah diverifikasi nilai rata-rata rendemen, komposisi MAG dan DAG tidak berbeda jauh dengan nilai yang diperkirakan oleh model (Tabel 3). Tabel 3 Nilai rendemen, kadar MAG, DAG dan TAG yang dihasilkan pada No Rendemen MAG (%) DAG (%) TAG (%) (%) 1 80,87 44,23 47,84 7,93 2 83,82 42,68 48,51 8,81 3 82,29 43,80 47,78 8,42 4 82,15 43,47 47,69 8,84 5 83,12 42,14 48,11 9,75 Rata-rata 82,45 43,26 47,99 8,75 SD 1,11 0,85 0,33 0,67 CV 0,01 0,02 0,01 0,08 Hasil perhitungan dengan model 83,06 42,08 49,16 9,60 penyimpangan (%) 0,73 2,81 2,39 8.85 1068

Seminar PATPi, Palembang, 14-16 Oktober 2008 Konsistensi pada uji verifikasi dievaluasi berdasarkan nilai koefisien variasi (CV), yang diperoleh dari pembagian antara nilai standar deviasi dengan rata-rata parameter yang diuji. Nilai CV menunjukkan tingkat variabilitas data berdasakan banyaknya sampel yang dihitung. Konsistensi data ditunjukkan oleh nilai CV yang lebih kecil dari 15% dan semakin kecil nilai CV maka tingkat ketelitiannya semakin tinggi (Armore 1973). Hasil perhitungan menunjukkan nilai CV untuk masing-masing parameter cukup rendah (<15%) yaitu 0,02, 0,05, 0,05 dan 0,09 untuk rendemen, kadar MAG, DAG dan TAG. Hal ini menujukkan bahwa pada tiap parameter kondisi optimasi ini sudah konsisten. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Produk Sintesis MDAG Karakterisasi sifat fisikokimia yang dilakukan pada MDAG hasil sintesis meliputi pengukuran kadar asam lemak bebas (ALB), nilai bilangan iod, nilai HLB dan titik leleh. Sifat-sifat ini kemudian dibandingkan dengan sifat bahan baku RBDPO dan MDAG referensi. Tabel 4 Karaktersasi sifat fisikokimia MDAG hasil sintesis dibandingkan dengan bahan baku dan MDAG referensi Karakterisasi Bahan baku MDAG MDAG RBDPO hasil sintesis referensi Kadar ALB (%) 0,12 0,15 0,44 Bilangan iod 54,14 46,82 40,34 Nilai HLB - 9,15 4,32 Melting Point ( C) 28,5-32 49.0-51,5 60-64,5 Pada Tabel 4 terlihat bahwa kadar ALB yang terkandung dalam MDAG hasil penelitian lebih rendah dari MDAG referensi. Kadar ALB yang relatif tinggi bisa menyebabkan produk off odor, dan mengurangi penerimaan produk di tingkat konsumen. Nilai bilangan iod pada MDAG hasil sintesis menunjukkan bahwa produk ini termasuk dalam emulsifier yang bersifat keras dan biasanya digunakan dalam produk bakeri, permen, pasta dan margarin (O Brien 1998). Menurut Stauffer (1996), emulsifier dengan nilai HLB 2,0 sampai 6,5 cocok digunakan pada sistem emulsi w/o, sedangkan emulsifier dengan nilai HLB 8,5 sampai 16,5 cocok untuk emulsi o/w. Berdasarkan nilai ini produk MDAG hasil sintesis termasuk dalam emulsifier oil in water (o/w), sedangkan MDAG referensi termasuk dalam jenis emulsifier water in oil (w/o). Titik leleh (melting point) MDAG hasil penelitian lebih tinggi daripada bahan baku RBDPO, hal ini menunukkan bahwa titik leleh sangat dipengaruhi oleh komposisi asilgliserol dalam produk. SIMPULAN Sintesis MDAG berbahan baku RBDPO melalui proses gliserolisis dengan katalis lipase dan menggunakan rancangan percobaan RSM memberikan hasil bahwa kondisi optimum untuk menghasilkan MDAG adalah waktu reaksi selama 19,86 jam dan suhu reaksi 60,3 C. Uji verifikasi menunjukkan bahwa kondisi yang didapatkan dari model perhitungan analisa RSM sudah cukup konsisten karena nilai CV pada masing-masing parameter lebih kecil dari 15%. Verifikasi kondisi optimum ini menghasilkan rendemen sebesar 82,45%, komposisi MAG sebesar 43,26%, komposisi DAG sebesar 47,98% dan komposisi TAG sebesar 8,75% dan nilai-nilai ini sudah mendekati nilai hasil perhitungan berdasarkan model dari analisa RSM. Karakterisasi sifat fisikokimia menunjukkan bahwa MDAG hasil sintesis pada kondisi optimum memiliki kadar ALB 0,15%, nilai bilangan iod 46,82, nilai HLB 9,15 dan titik leleh yang berkisar antara 49,0-51,5 C. 1069

ISBN 978-*979-95249-7-3 SARAN Penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan adalah penentuan profil mono dan digliserida yang terdapat pada produk MDAG hasil sintesis untuk melengkapi data yang telah diperoleh. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih diberikan kepada Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia untuk pendanaan penelitian melalui program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) Industri Hilir Kelapa Sawit. DAFTAR PUSTAKA AO AC. 1995. Official Methods of Analysis. Assoc. Offic. Anal.Chem. Washington D.C. Armore, S.J. 1973. Elementary Statistic and Decision Making. Charles E. Marril Publishing. Co.A.Bell &Howell Company. Colombus, Ohio. Damstrup, M.L, T. Jensen, F.V. Spars, S.Z. Kiil, A.D. Jensen, dan X. Xu. 2006. Production of Heat-Sensitive Monoacylglycerols by Enzymatic Glycerolysis in tert-pentanol: Process Optimization by Response Surface Methodology. JAOCS, 83 (1): 27-33. Goenadi, D. H., 2008. Perluasan Kebun Kelapa Sawit dan Perubahan Iklim Global. Seminar Perubahan Iklim, Pertanian, dan Perdagangan. Bogor, 12 Mei 2008. Dewan Kebijakan Perdagangan Pangan dan Pertanian Intemasional (IPC) dan Pusat Penelitian Kehutanan Intemasional (CIFOR) Bogor. Kaewthong, W., S. Sirisansaneeyakul, P. Prasertsan, A. H-Kittikun. 2005. Continuous Production of Monoacylglycerols By Glycerolysis of Palm Olein With Immobilized Lipase. Process Biochemistry 40 :1532-1530 Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Noureddini, H., D.W. Harkey, M.R. Gutsman. 2004. A Continuous Process for the Glycerolysis of Soybean Oil. JAOCS. 81(l):l-5 O Brien, R.D. 1998. Fats and Oils: Formulating and Processing for Applications. Technomic, Publishing Co., Inc., Lancaster-Basel, p. 122-127. Stauffer, C. E. 1996. Emulsifier for the food industry. Di dalam : Bailey s Industrial Oil and Fat Product. John Willey and Sons, Inc., New York Willis, W. M., A.G. Marangoni. 2002. Enzymatic interesterification. Di dalam: Akoh, C.C., D.B. Min, editor. Food lipid : Chemistry, Nutrition and Biotechnology. Marcell Deckker. New York. 1070