DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

dokumen-dokumen yang mirip
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERKAKI EMPAT DALAM KOTA PAGAR ALAM

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 07 TAHUN 2006 TENTANG PETERNAKAN DAN PENERTIBANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN UANG PERANGSANG KEPADA INSTANSI PENGELOLA PENDAPATAN ASLI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 18 SERI E. 18

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

KETENTUAN PERIZINAN USAHA DIBIDANG PETERNAKAN DAN PENGENAAN RETRIBUSI ATAS PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN SERTA DAGING DALAM WILAYAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

USAHA PETERNAKAN DAN PEMELIHARAAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

PERATURAN DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DAN HEWAN PENULAR RABIES YAITU ANJING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DAN LALU LINTAS TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 16 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 16 Tahun : 2002 Seri : B Nomor : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2002 T E N T A N G

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PENIMBUNAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR MINYAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 14 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 15 SERI C. 15 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 11 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2000 TENTANG KARTU KELUARGA DAN KARTU TANDA PENDUDUK DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 24 SERI E. 24 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES (GILA ANJING) DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Ncmor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka dirasa perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Tingkat II Solok Nomor 10 Tahun 1992 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan penyakit Rabies (gila anjing) dalam Kotamadya Daerah Tingkta II Solak; b. bahwa untuk mencegah, memberantas dan menanggulangi penyakit rabies (gila anjing) tersebut, perlu dilakukan pengaturannya sesuai dengan kewenangan Daerah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Rabies (Gila Anjing). Mengingat : 1. Hondols Heids Ordonantie (Stb. Nomor451 Tahun 1926 jo Stb. Nomor 452 Tahun 1940 tentang Penyakit Rabies (Gila Anjing). 2. Undang -undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil di Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19) jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh; 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10. Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3484); 6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat veteriner (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun 1983 Nomor 20 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253); 9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 279 Menkes/SKNIII/1978, Menteri Pertanian Nomor 522/KPTS/ UM/8/1978 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 143 Tahun 1978 tentang Peningkatan Pemberantasan dan Penanggulangan Rabies; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 363/Kpts/UM/5/1982 tentang Pedoman Khusus Pencegahan, pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Rabies; 12. Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kota Solok Sebagai Daerah Otonom. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SOLOK MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES (GILA ANJING). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Solok; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lainnya sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Solok;

4. Hewan Piaraan atau Hewan Kesayangan penular rabies adalah Hewan yang dipelihara hanya untuk disayangi semata, dimana sama sekali tidak mengharapkan daging, susu atau telurnya untuk dikonsumsi oleh manusia, karena hampir seluruh aktifitas dan kebutuhan hidup diatur dan sangat tergantung kepada pemeliharanya yang dapat menularkan rabies kepada manusia; 5. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Solok; 6. Vaksin Anti Rabies Untuk Hewan adalah semua jenis vaksin yang diproduksi oleh pabrik tertentu yang telah mendapat izin dan telah diuji dan diregistrasi oleh Departemen Pertanian; 7. Dinas Kesehatan Kota adalah Dinas Kesehatan Kota Solok; 8. Dokter Hewan adalah Mereka yang dididik dan berijazah Dokter Hewan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dan bertanggung jawab terhadap seluruh fungsi bidang kesehatan yang meliputi pengamatan penyakit hewan, pengesahan diagnosa, pembinaan kesehatan masyarakat vitariner dan Pengawasan obat dalam daerah Kota Solok ; 9. Petugas yang berwenang adalah Pejabat pemerintah pada Bagian Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Solok selain Dokter Hewan. 10. Tenaga Kesehatan Berijazah adalah Tenaga yang telah lulus Pendidikan SKMA, SNAKMA, SPK, Sekolah Mentri Hewan yang diakui oleh Pemerintah; 11. Surat keterangan kesehatan hewan adalah Surat Keterangan yang diberikan dan dikeluarkan oleh Dokter Hewan, setelah dilakukan uji I pemeriksaan terhadap Kesehatan Hewan tersebut; 12. Surat Keterangan Vaksinasi adalah Surat keterangan yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Solok atau Dokter Hewan Pekatisi yang telah ditunjuk terhadap hewan yang telah divaksinasi; 13. Vaksin Anti Rabies untuk manusia adalah semua jenis Vaksin yang diproduksi oleh pabrik tertentu yang telah mendapat izin dan telah diuji dan diregistrasi oleh Departemen Kesehatan ; 14. Serum Anti Rabies Untuk Manusia adalah semua jenis serum yang telah mendapat izin dan telah diuji serta diregistrasi oleh Departemen Kesehatan. 15. Penyakit Rabies (gila anjing) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, kera. BAB II PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES (GILA ANJING) Pasal 2 (1). Setiap hewan piaraan atau hewan kesayangan penular rabies wajib diberikan vaksinasi untuk kekebalan terhadap Rabies (Gila Anjing) secara teratur dan periodik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2). Setiap hewan piaraan atau hewan kesayangan penular rabies sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) Pasal ini tidak boleh dibiarkan berkeliaran sehingga tidak

Pasal 3 mengganggu ketentraman umum. (1) Untuk pelaksanaan Vaksinasi Anti Rabies, sipemilik hewan piaraan atau hewan kesayangan penular rabies membawa hewannya kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan atau tempat yang telah ditentukan. (2) Vaksinasi dapat dilakukan oleh Dokter Hewan atau petugas yang ditunjuk khusus oleh pejabat yang berwenang. (3) Tempat yang telah ditentukan sesuai ayat (1) pasal ini vaksinasi dilakukan oleh : a. Dokter Hewan b. Petugas kesehatan Hewan c. Vaksinator terlatih dibawah pengawasan dokter berwenang. Pasal 4 (1) Pelaksanaan penanggulangan penyakit rabies (Gila Anjing) meliputi kegiatan terpadu berupa usaha tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit rabies (Gila Anjing) (2) Penanggulangan penyakit rabies ( Gila Anjing ) sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit (TKP4) Rabies (Gila Anjing). (3) Tim KP4 rabies (Gila Anjing) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini dibentuk oleh Kepala Daerah. Pasal 5 (1) Tindakan pencegahan terhadap Penyakit Rabies (Gila Anjing) meliputi : a. Tidak diberikan izin untuk memasukan atau menurunkan dari kendaraan, hewan peliharaan penular rabies khususnya anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya dalam daerah selama penutupan/larangan yang diberlakukan oleh Kepala Daerah kecuali atas izin khusus dari Kepala Daerah. b. Memusnahkan anjing, kucing, kera dan sejenisnya yang masuk tanpa izin dalam Daerah. c. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya, sekurang-kurangnya 80% dari populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus. d. Pemberian surat keterangan berupa kartu vaksinasi terhadap setiap pemilik anjing, kucing,kera dan hewan sebangsanya yang telah divaksinasi. e. Memusnahkan anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya yang berkeliaran atau tidak bertuan yang terindikasi pengidap rabies. f. Menangkap dan melaksanakan observasi terhadap hewan yang menggigit selama lebih kurang 14 (empat belas) hari, jika mati selama observasi atau dibunuh maka harus diambil specimen untuk didiagnosa pada laboratorium hewan, g. Mengawasi dengan ketat terhadap anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya yang masuk dan keluar daerah.

h. Membunuh atau mengurung selama 4 (empat) bulan anjing,kucing,kera dan hewan sejenisnya yang bertempat tinggal sehalaman dengan hewan yang terkena rabies. i. Menguburkan bangkai hewan yang mati karena rabies atau eliminasi dengan kedalaman 1 (satu) meter dan tidak membuang bangkainya disembarang tempat. (2) Tindakan pemberantasan penyakit rabies (gila anjing) yang dilakukan secara terpadu oleh Tim KP-4 Rabies sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah ; a. Melakukan program pemberantasan sepanjang tahun, sehingga kasus rabies mencapai titik nol (0). b. Melakukan vaksinasi massal di kelurahan-kelurahan minimum 80 % dari seluruh populasi. c. Melakukan eliminasi anjing-anjing berkeliaran d. Pemberantasan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan dalam pelaksanaannya akan bekerjasama dengan instansi terkait. e. Tindakan terhadap orang yang digigit atau dijilat oleh hewan yang tersangka rabies atau penderita rabies adalah dilaksanakan Dinas Kesehatan dan dalam pelaksanaannya akan bekerjasama dengan instansi terkait. Pasal 6 a. Surat Keterangan sebagaimana tersebut pasal 5 ayat (1) huruf d Peraturan Daerah ini sekurang-kurangnya menerangkan: a. Nama pemilik dan alamat. b. Jenis hewan. c. Jenis kelamin. d. Ras. e. Warna/ciri-ciri hewan. f. Umur hewan. g. Tanggal pemberian vaksinasi. h. Jenis vaksin yang diberikan. i. Masa berlakunya vaksinasi. b. Surat Keterangan Vaksinasi atau Kartu Vaksinasi harus dibawa apabila hewan tersebut dibawa Berburu atau dipindahtangankan kepada orang lain. c. Apabila pemeriksaan untuk penanggulangan rabies oleh yang berwajib, si pemilik harus memperlihatkan surat Keterangan Vaksinasi kepada Petugas. d. Untuk penanggulangan rabies sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini Petugas penanggulangan rabies (gila anjing) dapat memasuki halaman, pekarangan gedung tertutup dan bagian bagiannya dengan memperlihatkan surat tugasnya kepada pemilik. Pasal 7 (1) Setiap hewan piaraan atau hewan kesayangan yang tersangka rabies atau tidak, telah menggigit orang atau hewan lainnya, hewan tersebut harus diserahkan kepada

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk diobservasi, sedangkan biaya observasi sekurang-kurangnya untuk selama 14 (empat belas) hari adalah menjadi beban pemilik. (2) Hewan piaraan atau hewan kesayangan penular rabies yang menggigit orang atau binatang lainnya didalam maupun diluar pekarangan si pemilik, seluruh biaya pengobatan dan biaya pemeriksaan dan laboratorium menjadi tanggung jawab si pemilik. Pasal 8 (1) Bagi orang perorangan atau badan hukum yang memasukkan hewan piaraan atau hewan kesayangan kedalam Daerah, harus melengkapi surat-surat sebagai berikut : a. Surat Keterangan Vaksinasi. b. Surat Keterangan Kesehatan Hewan. c. Surat Keterangan Tempat Berasal Hewan. d. Surat Keterangan Pemilikan Hewan. (2) Setelah diperiksa kelengkapan persuratannya oleh yang berwenang, hewan tersebut terlebih dahulu harus dikarantinakan selama 14 (empat belas) hari di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan atau suatu tempat khusus yang telah ditentukan untuk itu. (3) Setelah masa pengasingan/istirahat berakhir, ternyata hewan kesayangan bebas rabies atau tidak menunjukkan adanya gejala rabies, maka petugas dinas Pertanian dan Ketahanan pangan memberikan keterangan dengan terlebih dahulu harus diberikan vaksinasi anti rabies, dan segala biaya yang timbul selama masa pengasingan/peristirahatan adalah menjadi tanggung jawab/dibebankan kepada pemilik. (4) Apabila hewan tersebut selama masa pengasingan terdapat tanda-tanda rabies, petugas Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan dapat memusnahkan hewan tersebut dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pemiliknya. Pasal 9 (1) Bagi setiap hewan piaraan atau hewan kesayangan penular rabies yang diberikan vaksinasi anti rabies dikenakan biaya sebagai berikut : a. Vaksin yang daya kebalnya dibawah 1 (satu) tahun sebesar Rp. 10.000,-/ekor. b. Vaksin yang daya kebalnya dibawah 2 (dua) tahun sebesar Rp.20.000,-/ekor. c. Vaksin yang daya kebalnya dibawah 3 (tiga) tahun sebesar Rp.30.000,-/ekor. (2 Setiap pemungutan retribusi vaksinasi anti rabies diberikan tanda terima berupa kwitansi yang bentuk dan ukuran, warna serta lainnya ditetapkan oleh Kepala Daerah, biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini disetorkan ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan. (3) Khusus bagi hewan piaraan atau hewan kesayangan yang vaksinasinya berasal dari bantuan/subsidi Pemerintah tidak dipungut retribusi. (4) Klasifikasi yang tidak dipungut retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini untuk pelaksanaannya ditetapkan oleh Kepala daerah. BAB III

PENGAWASAN Pasal 10 (1) Petugas yang berwenang akan mengadakan pengawasan terhadap hewan piaraan dan hewan kesayangan penular rabies secara periodik. (2) Hewan yang berkeliaran atau yang tidak divaksinasi dengan vaksin anti rabies, akan dirampas /ditangkap untuk dimusnahkan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. (3) Hewan piaraan atau hewan kesayangan seperti anjing dan sejenisnya yang dapat membahayakan orang/hewan lainnya yang dibawa serta oleh pemiliknya ketempat-tempat umum, kejalan umum atau lokasi lainnya yang sejenis wajib memakai rantai kurang 2 (dua) meter dan diberangus. (4) kewajiban memakai rantai dan berangus sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini dikecualikan pada lokasi perburuan dan pacuan. BAB IV KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam Pasal 5, Pasal 8 dan Pasal 9 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setingi-tingginya Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan dalam Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (em pat) kali retribusi yang terutang. (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah pelanggaran. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 (1) Selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini, seluruh instruksi/petunjuk atau pedoman yang ada atau yang diadakan oleh pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku; (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1992 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Rabies (Gila Anjing) Dalam Kotamadya Daerah Tingkat II Solok dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam lembaran Daerah Kota Solok. Diundangkan : di Solok Pada Tanggal : 2 Oktober 2003 SEKRETARIS DAERAH KOTA SOLOK Cap/dto Drs. H. YOHANNES DAHLAN Ditetapkan di Solok pada tanggal 1 Oktober 2003 WALIKOTA SOLOK, Cap/dto YUMLER LAHAR PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES (GILA ANJING) I. UMUM. Penyakit Rabies (Gila Anjing) sebagaimana diketahui saat ini merupakan salah satu penyakit berbahaya penyebab kematian yang serius dikalangan masyarakat diberbagai kalangan masyarakat diberbagai daerah di Indonesia umumnya dan di Sumatera Barat khususnya Kota Solok termasuk daerah penyakit rabies, hal ini terlihat dengan banyaknya terjadi kasus masyarakat yang digigit oleh hewan tersangka pengidap penyakit rabies. Yang berarti penyebaran penyakit ini sudah sangat membahayakan baik bagi masyarakat maupun bagi pemilik hewan itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya upaya terpadu untuk mengendalikan penyebab penyakit ini, baik berupa pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit rabies (gila anjing) dimaksud. Upaya-upaya sebagaimana tersebut diatas antara lain adalah dengan memberikan vaksinasi kekebalan rabies secara periodik dan teratur pada hewan piaraan dan hewan kesayangan yang tersangka pengidap rabies (anjing, kucing, kera) yang bertujuan agar hewan-hewan tersebut terhindar dari penyakit rabies. Ini merupakan salah satu bentuk pencegahan penyebaran penyakit rabies (gila anjing). Dalam hal penanggulangan penyakit rabies kegiatannya meliputi usaha terpadu berupa tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit rabies dengan membentuk suatu tim Koordinasi Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit (KP-4) Gila Anjing (Rabies) yang dibentuk oleh Walikota.

II.PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 s/d Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Izin khusus hanya berlaku terhadap pejabat berwenang dalam hal mendatangkan anjing untuk pertahanan keamanan, kepentingan umum dan penyidikan oleh pihak kepolisian Republik Indonesia. Pasal 5 ayat (1) huruf b s/d Pasal 13 Cukup jelas.