BAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BAB I PENDAHULUAN. positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tekanan formal dan informal pada peneliti sistem informasi untuk melakukan publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga ditegaskan oleh Zaidun (dalam Soemodihardjo,2008: vii)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia yang mengarah pada era globalisasi yang disertai

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

BAB I PENDAHULUAN. Anggota dari Polisi merupakan anggota masyarakat, walaupun ada aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor migas lainnya merosot di pasar internasional

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

ANALISIS KESENJANGAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI)

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini sangat mendesak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi core business-nya. Prestasi organisasi tersebut tidak melebihi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. seseorang telah layak untuk membawa kendaraan mereka dengan ketentuan yang. melakukan pembuatan SIM di Polresta Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Melalui pendidikan yang baik setiap manusia dapat. mengembangkan potensi pribadinya. Dapat dikatakan pendidikan adalah investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK DAN WBBM

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Akuntansi. Diajukan oleh. Nama : Harman Setiyawan NIM : C4C

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. adanya era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya tidak pernah hidup sendiri, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia (SDM) akan

Reformasi sistem peradilan membawa perubahan yang mendasar bagi peran. Pengadilan Negeri Palangka Rayadalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karyawan telah banyak dilakukan dari berbagai sudut pandang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

MAKALAH. Pelayanan Publik Kepolisian yang Diharapkan Masyarakat dan Konstitusi. Oleh: Nur Ismanto

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawati, 2008). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Manusia memiliki persepsi akan kesuksesan dalam diri masing-masing, sukses yang digambarkan dalam pekerjaan, sukses dalam kehidupan, sukses dalam karir, dan lain sebagainya. Melibatkan proses kognitif yang kompleks, persepsi merupakan sensasi dalam mengirimkan makna pesan ke dalam otak yang tersusun berdasarkan struktur saraf yang kompleks untuk selanjutnya diinterpretasikan atau diorganisasikan pada suatu objek (Lahey, 2007). Persepsi sukses bukan hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga persepsi sukses pada pekerjaan atau perkembangan karir seseorang. McClelland dalam Simamora (2008), memaparkan kombinasi keberhasilan berdasarkan tiga faktor, yaitu keberhasilan pendidikan, keberhasilan dalam melaksanakan tugas, dan pengalaman sukses atau gagal dalam pelaksanaan tugas. Keberhasilan atau sukses dalam suatu pekerjaan dibangun berdasarkan kepentingan individu. Menurut Deutschendorf dan Tolson (dalam Dyke & Murphy, 2006) sukses di dalam suatu pekerjaan menjadi mekanisme utama untuk memenuhi peran lainnya. Pekerja pelayanan publik memiliki tanggungjawab kerja bukan hanya untuk kemajuan organisasi melainkan juga tanggungjawab terhadap kepentingan publik (Anderson dalam Howitt, 2012). Menurut Howitt (2012), polisi merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik. Oleh sebab itu, penilaian kinerja polisi yang sukses secara objektif

dilakukan oleh publik. Sebagai petugas penegakan hukum, polisi diberi pelatihan agar selalu dapat mengendalikan situasi dan dapat mengendalikan emosi ketika berhadapan dengan publik (Corey dalam Howitt, 2012). Berdasarkan survei yang dilakukan di Inggris pada tahun 2009-2010, mayoritas masyarakat Inggris sebanyak 56% responden meyakini bahwa polisi di negara mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan sangat baik dan sangat memuaskan (British Crime Survey dalam Howitt, 2012). Lebih jauh, survei yang sama menunjukkan 50% responden setuju bahwa kinerja polisi lokal (di negara bagian) dapat diandalkan dan 84% responden mengaku mendapat pelayanan dengan sangat baik dan adil. Pada tahun 2011 menurut survei Mirrless-Black tentang kejahatan di Inggris, jika dibandingkan dengan organisasi sistem peradilan lainnya, kinerja polisi di Inggris dapat bekerja dengan sangat baik dan memuaskan (dalam Howitt, 2012). Penelitian yang sama di Amerika oleh Graber pada tahun 1980 dan Skogan pada tahun 1996, memperlihatkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja polisi, organisasi kepolisian di Amerika mendapat apresiasi atau penghormatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan organisasi peradilan lainnya. Selye dkk. (dalam Myendeki, 2008) menjelaskan bahwa bekerja sebagai anggota kepolisian dipandang memiliki tekanan kerja yang tinggi dan memiliki tingkat resiko kerja yang tinggi. Keterbukaan terhadap opini publik mengenai kualitas kinerja polisi menciptakan tekanan tambahan. Menurut Cherniss (dalam Moore & Braga 2003), hal tersebut dikarenakan para personil polisi memiliki keterlibatan langsung dengan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat menilai bahwa personil polisi memiliki tanggungjawab kerja terhadap kepentingan publik.

Di Indonesia, polisi memegang peran sentral dalam masyarakat. Sebagaimana Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 dalam BAB II Pasal 6 Ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kendati Polri memiliki slogan yang berbunyi Melindungi dan Mengayomi Masyarakat, namun berdasarkan Global Corruption Barometer (GBC) 2007, citra organisasi ini dipersepsikan kian luntur di mata publik. Statistik kasus kejahatan wilayah hukum Polda Metro Jaya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Peningkatan kejahatan terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 54484 dari 54382 kasus pada tahun 2006. Pada tahun 2008, kasus kejahatan turun menjadi 40214 kasus, dan tahun 2009 kasus kejahatan kembali mengalami penurunan menjadi 687 kasus. Gambar 1.1 Grafik Statistik Kasus Kejahatan Sumber: Informasi Statistik. (2012). Diunduh Oktober 17, 2012, dari http://reskrimum.metro.polri.go.id/statistik

Menurut Amriel (2012), menurunnya data statistik kejahatan dapat disebabkan keengganan masyarakat untuk melaporkan kasus yang dihadapi kepada pihak kepolisian. Hal tersebut mengindikasikan pudarnya kepercayaan publik terhadap kinerja anggota Polri. Jadi, alih-alih menunjukkan penurunan kasus kejahatan secara faktual, statistik seperti di atas justru lebih memaparkan menurunnya kepercayaan publik terhadap polisi. Pada tahun 2006, Lynch dan Addington dalam statistik kinerja aparat kepolisian Inggris yang menjelaskan tingkat kejahatan di Inggris cenderung mengalami penurunan yang disebabkan keengganan publik untuk melaporkan kejahatan yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya kepercayaan publik terhadap kinerja aparat kepolisian dan kekhawatiran akan banyaknya jatuh korban pada kasus-kasus berikutnya (dalam Barton, 2011). Laporan mengenai penurunan tingkat kejahatan merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan publik terhadap kinerja aparat kepolisian (Decker dalam Brown, 2002). Ketidakpercayaan publik terhadap kinerja aparat kepolisian akan berdampak pada kemampuan aparat kepolisian dalam menangani kasus kejahatan. Keengganan publik untuk melaporkan kejahatan dapat berdampak pada menurunnya evaluasi kinerja aparat kepolisian (Percy, Reisig, & Giacomazzi dalam Brown, 2002). Dengan demikian, persepsi negatif publik terhadap kinerja polisi dapat berkontribusi pada menurunnya efektifitas peran aparat kepolisian, meningkatnya tindak kejahatan yang terjadi di masyarakat, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap kinerja polisi. Temuan lain yang menunjukkan kesan lunturnya citra organisasi Polri berdasarkan survey Global Corruption Barometer (2007), survei tersebut menunjukkan pada tahun 2005

indeks korupsi Polri mencapai angka 4,0; tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 4,2; tahun 2007 indeks korupsi Polri masih menetap diangka 4,2; dari skala penilaian tertinggi 5,0. Semakin tinggi indeks, semakin organisasi tersebut dipersepsikan koruptif. Tingginya indeks kepolisian di Indonesia dalam Global Corruption Barometer (GBC) 2007 menunjukkan buruknya citra institusi ini di mata publik. Selanjutnya, korupsi yang terjadi di manajemen personalia Polri, saat berlangsung perekrutan, mulai dari promosi, mutasi bahkan diklat untuk jabatan yang strategis (Sinaga dalam Tranparency Internasional Indonesia, 2007). Penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi yang tidak bertanggungjawab tersebut membekas di hati masyarakat. Sehingga menimbulkan sikap negatif masyarakat terhadap institusi Polri. Menurut Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Todung Mulya Lubis dalam Media Indonesia (2012), buruknya persepsi publik bukan hanya diakibatkan lambannya penanganan kasus-kasus besar oleh penegak hukum, tetapi juga disebabkan munculnya kasus-kasus yang menyakiti rasa keadilan masyarakat. Maraknya penyalahgunaan kekuasaan termasuk yang ditujukan untuk memperkaya diri sendiri tidak terbantahkan merupakan bukti adanya target-target menyimpang yang ingin dicapai oleh masing-masing oknum Polri. Target-target tersebut bukan merupakan sasaran kerja formal apalagi indikator kinerja kunci yang harus dicapai oleh para personil Polri. Atas dasar itu, kendati seluruh Polri sudah bersumpah dan berjanji menjadi anggota Polri dengan kewajiban mencapai kesuksesan yang sesuai dengan pranata organisasi Polri, namun pada kenyataannya masih saja terdapat indikator-indikator keberhasilan yang

walaupun tidak resmi, namun justru menjadi sasaran utama sebagian personil Polri untuk memperkaya diri sendiri. Bertitik tolak dari kesenjangan antara sasaran-sasaran pencapaian formal Polri dengan sasaran subjektif sebagaimana maraknya penyalahgunaan kekuasaan personil Polri, penelitian ini mengangkat topik mengenai persepsi personil Polri mengenai keberhasilan mereka sebagai pekerja profesional. Penelitian ini juga memetakan persepsi keberhasilan mereka sebagai pekerja profesional berdasarkan jenjang kepangkatan Polri khususnya personil Polri yang menjalankan tugas di Polda Metro Jaya. Jenjang kepangkatan Polri yang digolongkan berdasarkan kepangkatan bertaraf Bintara dan Bintara Tinggi. Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memaparkan ada tidaknya hubungan atau korelasi antara jenjang kepangkatan personil Polri dengan persepsi mereka mengenai indikator polisi sukses. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah ada korelasi antara kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dengan indikator polisi sukses pada khususnya polisi yang bertugas dalam wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya)? Jawaban atas pertanyaan ini menghasilkan korelasi antara kepangkatan Bintara dengan indikator keberhasilan atau kesuksesan para responden sebagai personil polisi. 1.3 Tujuan Penelitian Sebagai penelitian dalam ranah psikologi sosial, tujuan diadakannya penelitian ini adalah

1. Menyajikan gambaran penilaian anggota Polri sebagai polisi sukses yang dikelompokkan berdasarkan kelompok kepangkatan bertaraf Bintara. 2. Mengkorelasikan kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dengan kriteria indikator polisi sukses. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian persepsi polisi mengenai kesuksesan mereka sebagai pekerja profesional pada kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini : 1. Memberikan referensi teoritis dalam bidang studi psikologi forensik, khususnya psikologi polisi. 2. Memperkaya penelitian yang mengangkat isu berkaitan dengan kepuasan kinerja anggota Polri. 3. Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya, melihat riset polisi di Indonesia masih sangat minim. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis : 1. Menumbuhkan tingkat komitmen para personil Polri terhadap identitas profesional mereka.

2. Menjadi acuan dalam memahami perubahan persepsi diri sebagai personil Polri terhadap kesuksesan karir mereka. 3. Menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat Indonesia dalam menilai kinerja polisi sukses. 4. Menjadi dasar pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam mencapai kesejahteraan yang pada khususnya ditujukan bagi para personil Polri. 5. Menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdik) Polri dalam memberikan pendidikan dan pelatihan.