C. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal Di Daerah 1. Kebijakan Dan Kegiatan Sesuai dengan pasal 27 huruf (j) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintaha Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah. Hubungan kerja ini selanjutnya diimplementasikan melalui kegiatan koordinasi pemerintahan daerah. Kegiatan koordinasi ini merupakan upaya untuk mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua Instansi Vertikal, dan antara Instansi Vertikal dengan Dinas Daerah agar tercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya. Dengan demikian kebijakan penyelenggaraan koordinasi dengan instansi vertikal di daerah diarahkan untuk mensinergikan dan mengoptimalkan pelaksanaan pemerintahan di daerah yang merupakan proses komunikasi dan interaksi antar penyelenggara pemerintahan dan instansi vertikal di daerah. VI 14
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Adapun kegiatan koordinasi dengan instansi vertikal di daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah antara lain melalui : a. Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka lebih memudahkan dan mempercepat pengambilan keputusan terhadap berbagai permasalahan yang ada. Melalui kegiatan ini dapat terhimpun segala informasi dan masukan dari anggota Muspida yang memberikan manfaat terhadap lancarnya penyelenggaraan pemerintahan di daerah; b. Koordinasi dengan Kantor Pertanahan, dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum terhadap tanah pemerintah daerah maupun dalam rangka penyelesaian permasalahan pertanahan yang ada. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Bupati Ngawi Nomor. 188/29/404.012/2108 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Melalui kegiatan ini dapat terhimpun berbagai informasi dan masukan dalam rangka pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum maupun penyelesaian permasalahan pertanahan di daerah; VI 15
c. Koordinasi dengan Kantor Statistik, dimaksudkan dalam rangka penyediaan data dan kontribusi sektor ekonomi serta data di berbagai sektor. Melalui kegiatan ini dihasilkan antara lain penyusunan Buku PDRB, Buku Ngawi dalam Angka Tahun 2010 yang menggambarkan tentang pertumbuhan ekonomi, income perkapita serta kontribusi masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuan untuk penyusunan program dan kegiatan Pemerintah ; d. Koordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak, dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pembayaran pajak bagi para wajib pajak agar memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak sesuai ketentuan dan tidak melebihi tanggal jatuh temponya. Melalui kegiatan ini dapat diupayakan peningkatan pendapatan daerah melalui penerimaan pajak guna menunjang pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan di daerah. Selain itu juga senantiasa dilakukan koordinasi dan komunikasi dengan instansi vertikal lainnya termasuk dengan BUMN, BUMD yang ada di daerah. Melalui kegiatan koordinasi ini pemerintah daerah dapat melakukan upaya penyelesaian atas permasalahan penyelenggaraan pemerintahan dan VI 16
peningkatan pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi vertikal dan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. D. Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana 1. Bencana Yang Terjadi Dan Penanggulangannya Bencana yang terjadi pada umumnya berupa bencana alam. Adapun bencana yang terjadi pada tahun 2011, antara lain : Tabel 6.2 Kejadian Bencana Tahun 2011 NO WAKTU LOKASI KEJADIAN TAFSIR KERUGIAN (Rp) 1 2 3 4 5 1 1 Januari 2011 Paron Banjir Bandang 18.400.000,- 2 2 Januari 2011 Sine Tanah Longsor 4.000.000,- 3 7 Januari 2011 Widodaren Kebakaran Bus 600.000.000,- 4 8 Januari 2011 Gerih Angin Puting Beliung 16.500.000,- 5 12 Januari 2011 Kendal Angin Topan 230.810.000,- 6 12 Januari 2011 Jogorogo Angin Ribut 75.000.000,- 7 12 Januari 2011 Kendal Angin Topan - 8 15 Januari 2011 Jogorogo Angin Ribut 65.000.000,- 9 15 Januari 2011 Kendal Angin Topan 16.500.000,- 10 16 Januari 2011 Ngrambe Tanah Longsor 23.500.000,- 11 16 Januari 2011 Jogorogo Banjir - 12 16 Januari 2011 Jogorogo Tanah Longsor 100.000.000,- 13 16 Januari 2011 Kendal Angin Kencang 1.920.000,- 14 28 Pebruari 2011 Jogorogo Tanah Longsor 5.000.000,- 15 1 April 2011 Jogorogo Angin Topan 3.200.000,- 16 2 Desember 2011 Mantingan Angin Puting Beling 300.000.000,- 17 2 Desember 2011 Widodaren Angin Puting Beliung 210.000.000,- 18 2 Desember 2011 Sine Angin Puting Beliung 150.000.000,- 19 2 Desember 2011 Kwadungan Angin Puting Beliung 50.000.000,- 20 2 Desember 2011 Ngrambe Angin Puting Beliung 400.000.000,- 21 2 Desember 2011 Karangjati Angin Puting Beliung 10.000.000,- 2. Status Bencana Bencana alam yang terjadi selama tahun 2011 di wilayah berstatus bencana regional yaitu bencana yang dapat ditangani oleh Pemerintah Kabupaten VI 17
Ngawi sendiri melalui Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakatdan dibantu dari seluruh komponen masyarakat. 3. Sumber Dan Jumlah Anggaran Pada Tahun Anggaran 2011 alokasi anggaran yang digunakan untuk penanggulangan bencana alam sebesar Rp.458.000.000,00 (Empat Ratus Lima Puluh Delapan Juta Rupiah) bersumber dari Dana Belanja Tak Terduga APBD Tahun Anggaran 2011. 4. SKPD yang melaksanakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangangi penanganan dan penanggulangan Bencana di Kabupaten Ngawi adalah Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi penanganan dan penanggulangan bencana juga dilakukan koordinasi dengan : a. Satlak PBP b. Kodim 0805 Ngawi c. Polres Ngawi d. Satkorlak Propinsi Jawa Timur e. Satlak PBP Kabupaten sekitar. Sedangkan jumlah pegawai dan kualifikasi pendidikan dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan VI 18
Masyarakat yang menangani penanganan dan penanggulangan bencana adalah : a. S2 : 2 Orang b. S1 : 23 Orang c. D 3 : 2 Orang d. SMA : 34 Orang Menurut Pangkat/Golongan : a. Golongan IVc : 1 Orang b. Golongan IVb : 1 Orang c. Golongan IVa : 3 Orang d. Golongan IIId : 12 Orang e. Golongan IIIc : 3 Orang f. Golongan IIIb : 3 Orang g. Golongan IIIa : 5 Orang h. Golongan IId : 1 Orang i. Golongan IIc : 2 Orang j. Golongan IIb : 5 Orang k. Golongan IIa : 25 Orang 5. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana Dalam upaya mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana, upaya yang dilakukan antara lain: a. Sosialisasi Pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana, dengan tujuan : VI 19
Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap ancaman atau resiko bencana; Mengembangkan pemahaman tentang resiko bencana; Meningkatkan pengetahuan untuk pencegahan resiko bencana, pengelolaan SDA dan lingkungan yang bertanggungjawab. Materi yang diberikan dalam sosialisasiantara lain : Pengenalan bencana dan dampak terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana. Managemen penyelenggaraan penanggulangan bencana. Upaya pengurangan ancaman atau resiko bencana. b. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat : Memberikan pemahaman kepada Masyarakat umum, tentang bencana dan akibat yang ditimbulkannnya. Penyuluhan dilakukan secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah. Selain secara langsung penyuluhan juga dilakukan dengan cara mengirimkan poster, booklet, dan leaflet. c. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana VI 20
d. Khusus untuk menghadapi bencana kekeringan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Untuk upaya antisipasi penanganan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu perencanaan jangka pendek dan panjang. Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering) meliputi : penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan; penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan; pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk; perbaikan sarana dan prasarana pengairan; penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya; penyiapan cadangan pangan; persiapan tindakan darurat, antara lain: penyediaan air minum dengan mobil tangki, dan penyediaan pompa air. Sedangkan untuk perencanaan jangka panjang meliputi: Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu; VI 21
penggunaan air secara hemat; penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan. 6. Potensi Bencana Yang Diperkirakan Terjadi Potensi bencana terdapat di beberapa wilayah yang secara topografis tidak sama ketinggiannya sebagai berikut : a. Banjir Daerah yang rawan terjadi banjir meliputi : Kecamatan Kwadungan : Desa Warukalong, Desa Simo, Desa Tirak, Desa Sumengko, Desa Dinden, Desa Kendung, Desa purwosari, Desa Jenangan dandesa Pojok. Kecamatan Mantingan : Desa Mantingan, Desa Kedungharjo, Desa Sambirejo, Desa Pengkol dandesa Jatimulyo. Kecamatan Karangayar : Desa Sekarjati dan Desa Sriwedari. Kecamatan Widodaren : Desa Walikukun, Desa Gendingan, Desa Widodaren, Desa Sidolaju dandesa Kayutrejo. Kecamatan Pitu : VI 22
Desa Dumplengan, Desa Pitu, Desa Kalang, Desa Ngancar, Desa Papungan, Desa Karanggeneng, Desa Bangunrejolor dandesa Banjarbanggi. Kecamatan Ngawi : Desa Margomulyo, Desa Pelem, Desa Karangtengah, Desa Ketanggi, Desa Watualang, Desa Grudo dandesa Jururejo. Kecamatan Geneng : Desa Klitik, Desa Kasreman, Desa Geneng, Desa kresikan, Desa Sidorejo, Desa Klampisan, Desa Dempel, Desa keniten dandesa Kersoharjo. Kecamatan Pangkur : Desa Pohkonyal, Desa Sumber, Desa Paras dandesa Ngompro. Kecamatan Padas : Desa Banjaransari dandesa Bendo. Kecamatan Paron : Desa Dawu, Desa Ngale dan Desa Kebon. Kecamatan Kedunggalar: Desa Jenggrik, Desa Bangunrejo Kidul, Desa Pelang Lor, Desa Gemarang dan Desa Kawu VI 23
b. Angin topan Untuk bencana angin topan hampir seluruh desa berpotensi terjadi bencana angin topan. c. Tanah Longsor Daerah yang rawan terjadi tanah longsor meliputi : Kecamatan Sine : Desa Wonosari, Desa Pandansari, Desa Girikerto, Desa Ngrendeng, Desa Hargosari, Desa Pocol, Desa Gendol, Desa Sine, Desa Sumberrejo dan Desa Sumbersari. Kecamatan Jogorogo : Desa Girimulyo, Desa Ngrayudan, Desa Umbulrejo dan desa kletekan Kecamatan Kendal : Desa Karanggupito, Desa Simo, Desa Karangrejo, Desa Sidorejo, Desa Gayam dandesa Majasem. Kecamatan Ngrambe : Desa Wakah dan Desa Giriharjo. d. Kekeringan Untuk bencana kekeringan hamper seluruh desa berpotensi terjadi bencana kekeringan. VI 24
e. Kebakaran Untuk bencana kebakaran hamper seluruh desa berpotensi terjadi bencana kebakaran. E. Penyelenggaraan Ketentraman Dan Ketertiban Umum Guna mewujudkan ketrentaman dan ketertiban umum, maka diperlukan kebijakan, program dan kegiatan dari pemerintah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani. Berbagai potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum di memerlukan upaya normatif dan represif sesuai dengan ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku. 1. Gangguan Yang Terjadi a. Adanya Pekerja Seks Komersial. b. Reklame/ Iklan yang tidak ijin dan tidak berada ditempat yang ditentukan. c. Orang Gila dan Gepeng yang berkeliaran di Wilayah. d. Pelajar yang membolos pada saat jam pelajaran. e. Pedagang Kaki Lima yang berdagang tidak pada tempat yang ditentukan. f. Penataan pedagang di pasar yang kurang tertib. g. Penambangan bahan galian Golongan C secara liar. h. Polusi udara dari industri pabrik pupuk organik. VI 25
i. Tower telekomunikasi yang tidak memilki izin. 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang Menangani Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani adalah Satuan Polisi Pamong Praja yang yang dalam pelaksanaannya melakukan koordinasi dengan : a. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi. b. Dinas Kesehatan. c. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan. d. Kantor Lingkungan Hidup. e. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar. f. TNI/Polri. g. Dinas/Instansi yang terkait dengan permasalahan. Tujuan dari Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Ngawi mendasar dari Peraturan Bupati Ngawi Nomor 37 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, Kewenangan, Hak, dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja adalah untuk memelihara, menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, dan Keputusan Bupati serta tugas lain yang diberikan oleh Bupati. Adapun sasaran yang akan dicapai adalah terpeliharanya ketentraman dan ketertiban masyarakat secara umum di. VI 26
Kebijakan yang diambil dalam mencapai Tujuan dan Sasaran adalah sesuai dengan Bidang Politik Pemerintahan yaitu dengan mengembangkan iklim demokratis berdasarkan Pancasila, mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban guna mewujudkan kondisi daerah yang aman, tentram, dan dinamis sehingga tercipta iklim yang kondusif di daerah. 3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat Dan Golongan Jumlah pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja adalah 102 personil dengan kualifikasi pendidikan personil yang menangani penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban adalah sebagai berikut : a. Kualifikasi menurut pendidikan S2 : 2 Orang S1 : 17 Orang D 3 : 2 Orang SMA : 76 Orang SMP : 4 Orang SD : 1 Orang b. Kualifikasi menurut pangkat/golongan : Golongan IVb : 1 Orang Golongan IIId : 1 Orang VI 27
Golongan IIIc : 2 Orang Golongan IIIb : 18 Orang Golongan IIIa : 10 Orang Golongan IId : 2 Orang Golongan IIc : 4 Orang Golongan IIb : 17 Orang Golongan IIa : 46 Orang Golongan Id : 1 Orang 4. Sumber Dan Jumlah Anggaran Anggaran untuk penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum pada Tahun Anggaran 2011 bersumber dari APBD dengan alokasi anggaran yang digunakan untuk Program Peningkatan Keamanan Dan Kenyamanan Lingkungan adalah sebesar Rp.153.000.000,00 (Seratus Lima Puluh Tiga Juta Rupiah). 5. Penanggulangan Dan Kendalanya Upaya penanggulangan terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban umum di yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : a. Melakukan pendataan potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum. b. Memberikan teguran/peringatan. c. Melakukan pembinaan. VI 28
d. Melakukan kegiatan razia dan penertiban. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam upaya penyelenggaran ketentraman dan ketertibanumum diantaranya: a. Kurangnya sarana dan prasarana dalam mengantisipasi dan mengatasi gangguan yang terjadi di masyarakat. b. Data potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum yang kurang lengkap. c. Belum adanya aturan yang mengatur tindak lanjut pasca pembinaan dan penertiban. 6. Keikutsertaan Aparat Keamanan Dalam Penanggulangan Dalam upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di, Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait termasuk aparat keamanan. Dengan terjalinnya komunikasi dan kerjasama tersebut dapat diciptakan situasi aman dan tertib di, hal tersebut tidak terlepas dari peran serta aktif dari aparat keamanan selaku mitra Pemerintah Daerah dalam menciptakan yang kondusif. VI 29