ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BALOK KOLOM

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

FAKTOR DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG MUTU NORMAL (PEMANFAATAN OPEN SOURCE RESPONSE2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

GATI ANNISA HAYU, ST, MT, MSc STRUKTUR BETON 2 SYARAT PENDETAILAN

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB III LANDASAN TEORI. dan SNI 1726, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:


Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Berlantai 4: Studi Kasus Gedung Baru Kampus I Universitas Teknologi Yogyakarta ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

PERUBAHAN KINERJA JOINT BALOK DAN KOLOM AKIBAT PENGEKANGAN PADA BALOK TINGGI BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GAYA AKSIAL TERHADAP LUAS TULANGAN PENGEKANG KOLOM BETON BERTULANG PERSEGI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 [12] Perbandingan umum antara sistem struktur dengan jumlah tingkat

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL IBIS BUDGET SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL AMARIS SIMPANG LIMA SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON 6.0

T I N J A U A N P U S T A K A

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

PERSYARATAN DESAIN KOMPONEN STRUKTUR LENTUR BETON BERTULANGAN TUNGGAL ANTARA SNI DAN SNI 2847:2013

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SOLO BARU

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL PERSONA JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

ABSTRAK. Kata kunci: gempa, aplikasi, tulangan lentur, tulangan geser, balok, proyek konstruksi. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

DAFTAR PUSTAKA. 1. SNI , Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk. Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

Dinding Penahan Tanah

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GRANDHIKA SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

PERHITUNGAN GEDUNG 10 LANTAI DENGAN PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI JALAN SEPAKAT II KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

EFEKTIVITAS KEKAKUAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA Muhtar *) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia,

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN ALAM INDAH TEMANGGUNG

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan saat ini adalah : kayu, beton, dan baja. Pada mulanya, bangunan-bangunan

BAB III LANDASAN TEORI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Yogyakarta, Juni Penyusun

STUDI KOMPARASI ANTARA PRACETAK MASIF DAN FLY SLAB STUDI KASUS : STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA SURAKARTA ABSTRACT

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

*Koresponndensi penulis: Abstract

Transkripsi:

ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA Agus Setiawan Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 agustinusset@yahoo.com ABSTRACT In terms of structural design of reinforced concrete buildings for earthquake-resistant, the beamcolumn joint is a critical area that needs to be accurately designed properly so that the area is able to dissipate energy in the event of an earthquake. The ability of beam-column joint to deform in the inelastic region provides a structure that has a good ductility, so as to minimize the damage caused by earthquake shaking. This study aims to analyze the design of beam-column connection at the Parliament Building-City Hall of Jakarta. The analysis performed refers to the Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002. The analysis results shows that the terms of detailing in the field implementation have not been fulfilled properly. Keywords: beam-column joint, dissipate, inelastic ABSTRAK Dalam perencanaan struktur bangunan gedung beton bertulang yang tahan gempa, daerah hubungan balok-kolom merupakan daerah kritis yang perlu didesain benar-benar akurat sehingga mampu mendisipasi energi dengan baik pada saat terjadi gempa. Kemampuan hubungan balok-kolom untuk berdeformasi pada daerah inelastik memberikan struktur dengan daktilitas baik, sehingga mampu meminimalisasi kerusakan yang terjadi akibat goyangan gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis desain hubungan balok-kolom pada Gedung DPRD-Balaikota DKI Jakarta, mengacu pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002. Hasil analisis menyatakan bahwa syarat detailing belum dipenuhi secara benar dalam pelaksanaan di lapangan. Kata kunci: hubungan balok kolom, disipasi, inelastik Analisis Hubungan Balok Kolom (Agus Setiawan) 711

PENDAHULUAN Daerah hubungan balok-kolom merupakan daerah kritis pada suatu struktur rangka beton bertulang, yang harus didesain secara khusus untuk berdeformasi inelastik pada saat terjadi gempa kuat. Sebagai akibat yang timbul dari momen kolom di atas dan di sebelah bawahnya, serta momenmomen dari balok pada saat memikul beban gempa, daerah hubungan balok-kolom akan mengalami gaya geser horizontal dan vertikal yang besar. Gaya geser yang timbul ini besarnya akan menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi daripada gaya geser yang timbul pada balok dan kolom yang terhubung. Akibatnya apabila daerah hubungan balok-kolom tidak didesain dengan benar, akan menimbulkan keruntuhan geser yang bersifat getas dan membahayakan pengguna bangunan. Guna mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman dan tahan terhadap bencana, terutama akibat gempa bumi, struktur harus didesain sedemikian rupa mematuhi kaidah atau aturan konstruksi yang baku. Dalam hal struktur beton bertulang, seluruh bangunan gedung di Indonesia harus didesain mengikuti Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002). Dalam standar tersebut diatur mengenai dasar-dasar analisis dan perencanaan suatu struktur bangunan beton bertulang, dan dalam pasal 23 diatur mengenai ketentuan khusus untuk perencanaan gempa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan balok-kolom yang terdapat pada proyek pembangunan Gedung DPRD-Balaikota DKI Jakarta (Gambar 1). Penelitian ini hanya dibatasi untuk pemeriksaan daerah hubungan balok-kolom beserta tulangan confinement pada daerah hubungan tersebut. Selanjutnya akan dibandingkan antara kondisi nyata yang terpasang di lapangan dengan perhitungan eksak sesuai standar yang berlaku, dalam hal ini mengacu pada SNI 03-2847-2002, mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Gambar 1. Potongan tampak samping kanan Gedung DPRD Balaikota DKI Jakarta. METODE Sebagai kaidah baku dalam perencanaan struktur beton bertulang di Indonesia, SNI 03-2847- 2002 juga memuat secara khusus tata cara perhitungan struktur beton tahan gempa. Pasal 23 dalam SNI 03-2847-2002 memuat secara lengkap peraturan desain struktur beton tahan gempa. Dalam pasal 23.5 dijelaskan pula tata cara untuk melakukan desain pada suatu hubungan balok kolom. 712 ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: 711-717

Beberapa ketentuan dalam perencanaan hubungan balok-kolom dijelaskan dalam pasal 23.5 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut: (1) gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25 kali tegangan leleh tulangan (1,25 f y ); (2) kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan faktor reduksi kekuatan sebesar 0,8; (3) apabila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-kolom, dimensi kolom dalam arah paralel terhadap tulangan longitudinal balok tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton normal, dan tidak kurang dari 26 kali diameter tulangan longitudinal untuk beton ringan. Dalam hal perencanaan kuat geser, kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada ketentuan berikut: (1) untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya: 1,7 f c A j ; (2) untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang berlawanan: 1,25 f c A j ; (3) untuk hubungan lainnya: 1,0 f c A j. Panduan menentukan luas efektif hubungan balok-kolom, A j, ditunjukkan dalam Gambar 2. Gambar 2. Luas efektif hubungan balok-kolom. Gaya geser terfaktor yang bekerja pada hubungan balok-kolom, V u, dihitung sebagai berikut (Nawy, 2005): V u = T 1 C 2 V kolom (1.a) = T 1 T 2 V kolom (1.b) dengan T 1 adalah gaya tarik pada baja tulangan di balok akibat momen negatif T 2 adalah gaya tarik pada baja tulangan di balok akibat momen positif C 2 adalah gaya tekan beton akibat momen positif adalah gaya geser pada kolom di sisi atas dan bawah hubungan balok-kolom V kolom Tulangan transversal pada hubungan balok-kolom diperlukan untuk memberikan kekangan yang cukup pada beton, sehingga mampu menunjukkan perilaku yang daktail dan tetap dapat memikul beban vertikal akibat gravitasi meskipun telah terjadi pengelupasan pada selimut betonnya. Luas total tulangan transversal tertutup persegi tidak boleh kurang daripada (Hassoun & Manaseer, 2005): f A sh = 0,09 s h c f y / c (2) Analisis Hubungan Balok Kolom (Agus Setiawan) 713

dengan A sh s h c A g A ch / Ag f c A sh = 0,3 s h c 1 A (3) ch f y adalah luas tulangan transversal yang disyaratkan adalah jarak antar tulangan transversal adalah lebar inti kolom yang diukur dari as tulangan longitudinal kolom adalah luas penampang kolom adalah luas inti penampang kolom Untuk suatu hubungan balok-kolom dengan ukuran lebar balok sekurang-kurangnya adalah tiga perempat dari lebar kolom, nilai-nilai dalam persamaan (2) dan (3) dapat direduksi sebesar 50%. Tulangan transversal yang diperlukan harus dipasang sepanjang l o dari setiap muka hubungan balokkolom, dengan panjang l o ditentukan tidak kurang daripada tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok-kolom atau seperenam bentang bersih komponen struktur atau tidak kurang dari 500 mm. HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi Balok dan Kolom Spesifikasi balok dan kolom yang dianalisis ditampilkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut. Mutu beton balok yang digunakan adalah 24,9 MPa, sedangkan untuk kolom digunakan mutu beton 33,2 MPa. Tabel 1 Spesifikasi Balok Posisi Tumpuan Lapangan Tumpuan Dimensi Atas 8 D 25 350 x 700 3 D 25 8 D 25 Bawah 5 D 25 5 D 25 5 D 25 Sengkang D10-100 D10-150 D10-100 Tabel 2 Spesifikasi Kolom Posisi Tumpuan Lapangan Tumpuan Dimensi Tulangan utama Sengkang 2D10-100 900 x 900 48 D25 2D10-200 2D10-100 Pengekang arah x 2D10-100 2D10-200 2D10-100 Pengekang arah y 2D10-100 2D10-200 2D10-100 Langkah-langkah perhitungan analisis joint kolom balok adalah sebagai berikut: Menghitung Probable Moment Balok (M pr ) f y = 400 MPa f c = 24,9 MPa 714 ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: 711-717

b = 350 mm h = 700 mm d = h 50 = 650 mm A s = 8 490 = 3920 mm 2 / A s = 5 490 = 2450 mm 2 h 1 = h 2 = 4,15 m Untuk M pr T 1 = 1,25 3920 400 = 1.960 kn a = 1.960.000/(0.85 24,9 350) = 265,06 mm M pr = T 1 (d a/2) = 1.960.000(650 265,06/2) = 1.016,05 kn m Untuk M pr T 2 = 1,25 2450 400 = 1.225 kn a = 1.225.000/(0.85 24,9 350) = 165,37 mm M pr = T 2 (d a/2) = 1.225.000(650 165,37/2) = 694,96 kn m Gaya geser pada kolom, V kolom, dapat dihitung berdasarkan nilai M pr dan M pr dibagi dengan setengah tinggi kolom atas (h 1 ) ditambah setengah tinggi kolom bawah (h 2 ). Jika dituliskan dalam bentuk persamaan adalah: M pr M pr 1. 016, 05 694, 96 V kolom = = = 412,29 kn h1 h2 415, 415, 2 2 2 2 Gaya geser terfaktor yang timbul pada hubungan balok-kolom dapat dihitung dengan menggunakan persamaan V u = T 1 T 2 V kolom, yaitu: = 1.960 1.225 412,29 = 2.772,71 kn V u Nilai ini tidak boleh lebih besar daripada φv n, di mana V n adalah kuat geser nominal hubungan balok kolom dan f adalah faktor reduksi kekuatan hubungan balok-kolom yang diambil sebesar 0,8. Nilai Vn dapat dihitung sebagai berikut: V n = 1,7 f c A j = 1,7 33,2 (900 900) = 7.934,20 kn φv n = 0,8 7.934,20 = 6.347,36 kn > V u (= 2.772,71 kn) Jadi, kuat geser hubungan balok kolom sudah mencukupi. Menghitung Tulangan Confinement Kolom pada Joint Balok Kolom f y = 400 MPa f c = 33,2 MPa b = 900 mm h = 900 mm d s = 50 mm d b = 25 mm d = h d s = 850 mm h c = h 2(d s d b /2) = 775 mm Luas total tulangan transversal tertutup persegi tidak boleh kurang dari: Analisis Hubungan Balok Kolom (Agus Setiawan) 715

Dengan mensubstitusikan variabel-variabel yang telah diketahui, diperoleh: A sh 0, 09 775 33, 2 = = 5,79 mm 2 /mm s 400 dan A sh 0, 3 775 33, 2 900 900 = 1 = 6,73 mm 2 /mm s 400 775 775 Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4.(2) disyaratkan bahwa tulangan transversal diletakkan dengan spasi tidak lebih dari: (1) 0,25 kali dimensi terkecil struktur, yaitu 0,25 900 = 225 mm; (2) 6 kali diameter tulangan longitudinal, yaitu 6d b = 6 25 = 150 mm; (3) 350 hx s x = 100, 3 dengan h x dapat diambil sebesar 1/3 kali dimensi inti kolom, atau 1/3 775 = 258,3 mm, sehingga s x = 100 (350 258,3)/3 = 130,56 mm. Disyaratkan bahwa nilai s x tidak lebih besar dari 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm. Dari ketiga syarat tersebut, dapat diambil spasi tulangan transversal adalah 100 mm, hal mana sudah sesuai dengan kondisi yang terpasang di lapangan. Selanjutnya adalah menghitung luas tulangan transversal yang diperlukan berdasarkan nilai A sh /s dan s yang telah diperoleh sebelumnya. Nilai A sh /s terbesar adalah 6,73 mm 2 /mm, dan dengan nilai s = 200 mm, diperoleh nilai luas tulangan transversal yang diperlukan sebesar 6,73 100 = 673 mm 2. Misal digunakan D10, jumlah tulangan yang digunakan adalah: Ash 673 D10 = = = 8,57 (dibutuhkan 9 leg D10-100 atau 4,5D10-100) 2 A 0, 25 π 10 D10 Dari hasil perhitungan dibutuhkan 4,5D10-100, dan pada proyek ini sengkang yang terpasang 2D10-100. Tulangan transversal harus dipasang sepanjang l 0 dari setiap muka hubungan balok-kolom dan juga sepanjang l 0 pada kedua sisi dari setiap penampang yang berpotensi membentuk leleh lentur akibat deformasi lateral inelastis struktur rangka (SNI 03-2847-2002, pasal 23.4.4.(4)). Panjang l 0 ditentukan tidak kurang dari: (1) tinggi penampang komponen struktur, yaitu = 900 mm; (2) 1/6 kali bentang bersih komponen struktur, yaitu 1/6 7100 = 1183,3 mm; (3) 500 mm. Dari ketiga syarat tersebut, harus diambil nilai terbesar yaitu 1183,3 mm. Sedangkan pada kondisi aktual di lapangan, tulangan transversal terpasang sepanjang 0,25 kali tinggi kolom, yaitu = 0,25 4150 = 1037,5 mm dari muka hubungan balok-kolom. PENUTUP Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa simpulan: (1) ukuran kolom (900 900 mm 2 ) dan balok (350 700 mm 2 ) sudah mencukupi untuk memikul gaya geser yang 716 ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: 711-717

terjadi pada hubungan balok-kolom pada saat terjadi gempa; (2) kebutuhan tulangan geser/transversal ternyata tidak dipenuhi dengan baik sesuai dengan hasil analisis, kebutuhan tulangan transversal adalah 4,5D10-100 namun hanya terpasang 2D10-100; (3) tulangan transversal harus dipasang sepanjang l 0, yaitu sebesar 1183,3 mm, namun pada kenyataannya hanya terpasang sepanjang 1037,5 mm; (4) dari tinjauan hubungan balok-kolom ini ternyata aturan detailing sebagai suatu Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus tidak terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton, SNI 03-28467-2002. Bandung: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Hassoun, M.N., Manaseer A.A. (2005). Structure Concrete Theory and Design. Canada: John Wiley & Sons. Nawy, E. G. (2005). Reinforced Concrete a Fundamental Approach. New Jersey: Pearson Education. Analisis Hubungan Balok Kolom (Agus Setiawan) 717