merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

dokumen-dokumen yang mirip
bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI PERBANDINGAN PELEPASAN PIROKSIKAM NANOPARTIKEL DAN MIKROPARTIKEL DALAM SEDIAAN ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT)

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

OPTIMASI FORMULA ORALLY DISINTEGRATING TABLET DOMPERIDONE MENGGUNAKAN SUPERDISINTEGRANT CROSPOVIDONE DAN PENGIKAT PVP K-30

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional dan pelepasan terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

identik dengan semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB I PENDAHULUAN. atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan obat

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi sebagai rute penghantaran obat yang paling digemari di mana rute ini menawarkan berbagai keuntungan diantaranya kemudahan penggunaan obat, dan yang paling penting adalah dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu, rute pemberian oral tidak membutuhkan kondisi steril sehingga proses produksinya lebih murah (Panigrahi and Behera, 2010). Salah satu bentuk sediaan oral yang sering digunakan adalah tablet. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979). Sediaan obat dalam bentuk tablet, memiliki beberapa keuntungan diantaranya ialah cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air, menutup rasa dan bau yang tidak enak, memiiki ketahanan fisik yang cukup terhadap gangguan mekanis selama produksi, pengemasan dan transport, stabil terhadap udara dan suhu lingkungan, bebas dari kerusakan fisik, serta cukup stabil selama penyimpanan (Lachman, et al., 1986). Banyak pasien mengalami kesulitan untuk menelan tablet dan dengan demikian mereka tidak patuh meminum obat yang telah diresepkan, sehingga tujuan terapi tidak tercapai. Disfagia atau kesulitan menelan 1

2 merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan neurologis, keadaan tidak sadar, gangguan kejiwaan, mual, muntah, mabuk perjalanan, terutama mereka yang tidak memiliki akses untuk memperoleh air (Seager, 1998; Kanani and Rajarajan, 2011). Untuk mengatasi masalah tersebut, teknologi farmasi telah mengembangkan bentuk sediaan oral yang dapat hancur atau larut di mulut dalam waktu singkat tanpa minum air. Sediaan ini dikenal sebagai Orally disintegrating tablet (ODT). Food and Drug Administration Center for Drug Evaluation and Research (CDER), Amerika Serikat mendefinisikan ODT sebagai suatu bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif yang dapat hancur dengan cepat biasanya dalam hitungan detik, ketika diletempatkan pada lidah (Chawla et al., 2011). Menurut Bhowmik, 2009, ODT merupakan suatu bentuk sediaan tablet yang ketika diletakkan di dalam mulut dapat terdisintegrasi dengan cepat untuk melepaskan obat, terlarut dan terdispersi di dalam saliva, umumnya kurang dari 60 detik. ODT segera hancur di dalam mulut, maka absorpsi obat dapat terjadi pada daerah pregastric yaitu, mulut, faring, dan kerongkongan sehingga dapat menghasilkan mula kerja obat (onset of action) yang cepat serta mengurangi jumlah obat yang hilang karena metabolisme lintas pertama. Absorpsi pregastric menyebabkan bioavailabilitas obat lebih tinggi dibandingkan bentuk sediaan tablet konvensional (Fu et al., 2004). Bahan aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah obat antiemetik atau antimuntah karena muntah merupakan masalah umum yang dialami oleh semua orang dari berbagai rentang usia. Pada kondisi mual, pemberian obat dengan konsumsi air dapat memicu terjadinya muntah (Goel, 2009). Oleh karena itu, obat-obat antiemetik atau anti muntah sangat

3 sesuai diformulasikan dalam bentuk sediaan ODT karena ODT dapat hancur di mulut tanpa perlu meminum air. Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai efek farmakologi sebagai antiemetik. Efek antiemetik disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamine di CTZ (chemoreceptor trigger zone). Domperidone memfasilitasi pengosongan lambung dan mengurangi waktu perjalanan usus kecil melalui peningkatan gerak peristaltik esofagus dan lambung dengan menurunkan tekanan sphincter esofagus. Absorpsi domperidone berlangsung cepat, namun biovailabilitas sistemik dari domperidone hanya sekitar 15% (jika diberikan per oral). Rendahnya bioavailabilitas sistemik ini disebabkan karena domperidone mengalami metabolime lintas pertama di hati atau fisrt pass effect dan metabolisme pada dinding usus (Sweetman, 2009). Selain itu, domperidone termasuk dalam BCS (Biopharmaceutical Classification System) kelas II (Sharma and Suresh, 2010), praktis tidak larut dalam air (0.986 mg/l) sehingga disolusinya terbatas dan kecepatan absorbsi berkurang meski memiliki permeabilitas yang baik. Hal ini dapat menyebabkan penundaan mula kerja obat. Dengan diformulasikan dalam bentuk sediaan ODT, mula kerja obat dapat dipercepat dan jumlah domperidone yang mengalami metabolisme lintas pertama dapat dikurangi sehingga meningkatkan bioavailabilitas dan efek farmakologi yang diinginkan dapat tercapai. Berbagai metode telah digunakan dalam memformulasikan ODT dengan teknik yang berbeda satu sama lain berdasarkan faktor-faktor yang diinginkan seperti kekuatan mekanik produk akhir, dosis dan stabilitas bahan aktif, rasa, laju pelepasan obat dalam saliva, proses penyerapan pada saliva yang seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat (Sutradhar et al., 2012). Diantara semua metode yang ada, granulasi basah

4 dipilih karena dapat meningkatkan kohesivitas dan kompresibilitas serbuk dengan penambahan pengikat yang berfungsi menyalut partikel serbuk sehingga partikel melekat satu sama lain dan membentuk granul (Siregar, 1992).. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang sulit mengalir atau sulit dikompres, hidrofob, tahan panas, dan berdosis kecil seperti domperidone. Kriteria utama sediaan obat ODT adalah cepat larut atau hancur dalam rongga mulut, yaitu kurang dari 60 detik. Permasalahan yang dihadapi pada ODT adalah tablet harus melarut segera tetapi juga harus memenuhi persyaratan mutu fisik tablet, sehingga diperlukan superdisintegrant dan pengikat yang dapat meningkatkan waktu hancur tablet tetapi tidak rapuh ketika dikempa. Crospovidone merupakan contoh superdisintegrant yang diketahui dapat menghasilkan profil disintegrasi yang baik. Mekanisme kerjanya yaitu dengan aktivitas kapiler (wicking action) dan porositas, dimana tablet dapat hancur dengan memecahkan ikatan antara partikel setelah adanya penetrasi medium masuk ke dalam tablet melalui jalur porositas (Gohel et al., 2006). Rangole et al., (2012) mempelajari pengaruh superdisintegrant (croscarmellose sodium atau CCS, dan crospovidonee,) terhadap karakteristik dan disolusi tablet pada Rapidly Disintegrating Tablet hidroklorotiazid yang diformulasikan dengan metode cetak langsung. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan formala optimum di mana waktu hancur dan % pelepasan obat menjadi tolak ukur evaluasi. Konsentrasi masing-masing superdisintegrant yaitu 2%, 3%, 4%, dan 5% (b/b) sehingga didapatkan 8 formula berbeda. Tablet dievaluasi berdasarkan beberapa parameter yaitu ketebalan, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, kandungan obat serta disolusi secara in vitro.

5 Berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh bahwa formula yang mengandung crospovidone dengan konsentrasi 4% adalah formula optimum karena terdisintegrasi dengan cepat (13,35 ± 0,54 detik) serta pelepasan obat 100% dicapai dalam waktu yang lebih cepat (14 menit) dibandingkan croscarmellose sodium (16 menit) dan sediaan hidroklorotiazid di pasaran (20 menit). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan crospovidone sebagai superdisintegrant jauh lebih baik dibandingkan CCS, hal ini dikarenakan crospovidone memiliki aktivitas kapiler yang tinggi dan kapasitas terbasahi yang baik (Rowe et al., 2009). Salah satu polimer yang dapat digunakan sebagai pengikat yang berasal dari polimer sintetik yaitu PVP atau disebut juga polivinilpirolidon, yang berfungsi meningkatkan kohesifitas serbuk, sehingga dapat membentuk granul. Jenis, jumlah, dan distribusi bahan pengikat yang ditambahkan ke dalam granul akan mempengaruhi sifat fisik tablet, seperti kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet (Banker and Anderson, 1986). Oleh karena itu digunakan PVP K-30 yang larut air atau terdispersi dalam air serta dapat membentuk ikatan antar partikel yang cukup kuat untuk memungkinkan pencetakan tablet tetapi tidak sampai menggangu proses disintegrasi tablet. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widiawati (1998) mengenai pengaruh pengikat PVP K-30 pada konsentrasi 2,5% (F1), 5% (F2), dan 7,5% (F3) terhadap mutu fisik tablet parasetamol 450 mg. Didaptkan hasil bahwa peningkatan konsentrasi PVP K-30 menyebabkan kekerasan tablet meningkat (F1 = 5,58 Kp; F2 = 7,91 Kp; dan F3 = 8,88 Kp) sehingga mengurangi kerapuhan tablet (F1 = 1,22%; F2 = 0,71% dan F3 = 0,52%). Atas pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menggunakan crospovidone sebagai superdisintegrant dan PVP K-30