BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati dengan diseduh (Silaban, 2005). Tanaman teh (Camellia sinensis)

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

seperti klorheksidin dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sulit untuk diperjualbelikan secara bebas sebab memerlukan resep dokter selain itu saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi 2.1.1 Pengertian Plak Gigi Plak gigi dapat didefinisikan sebagai deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk pada permukaan gigi atau pada permukaan keras lainnya di rongga mulut, seperti restorasi lepasan dan cekat. Kandungan utama plak gigi adalah mikroorganisme. Dalam 1 mg plak terdapat 2x10 11 bakteri. Di dalam plak juga terkandung 500 spesies mikroorganisme yang berbeda. Mikroorganisme non bakteri yang ditemukan di dalam plak termasuk mikoplasma, jamur, protozoa dan virus. Mikroorganisme tersebut tumbuh dalam matriks interseluler yang mengandung sel host seperti sel epitel, makrofag, dan leukosit. Pada matriks interseluler terdapat 20-30% dari massa plak yang terdiri dari organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus gingiva, dan produk bakteri. Matriks organik terdiri dari polisakarida, protein, glikoprotein, dan lemak. Sedangkan matriks anorganik terdiri dari kalsium yang didominasi fosfor, dengan beberapa jumlah mineral seperti natrium, kalium dan fluor. 14,15 Berdasarkan letaknya, plak gigi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva dapat ditemukan pada atau di atas gingiva margin dan plak subgingiva dapat ditemukan pada atau dibawah margin gingiva diantara gigi dan sulkus gingiva. 15,16 2.1.2 Proses Pembentukan Plak Dental plak dapat terlihat secara visual pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan selama 1-2 hari. Plak berwarna putih, keabu - abuan, atau kuning dan memiliki bentuk globular. Plak biasanya terbentuk pada struktur gigi yang retak, bercelah, fisur, pit, tambalan yang berlebihan, dan pada susunan gigi yang tidak rapi. 14

Pembentukan plak terbagi menjadi tiga fase yaitu pembentukan lapisan pelikel di permukaan gigi, kolonisasi awal bakteri dan kolonisasi sekunder yang disertai maturasi plak. Pada fase pertama, pelikel terbentuk hanya dalam beberapa menit setelah pembersihan gigi berupa lapisan tipis dari protein dan glikoprotein. Pelikel memiliki ketebalan yang sangat tipis (0,5 µm), halus, tidak berwarna, dan translusen. Pelikel mempengaruhi kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. 14,16 Hanya beberapa menit setelah pembentukan pelikel ditemukan populasi bakteri. Sel-sel bakteri secara berkelanjutan ditransport menuju lapisan pelikel yang menyelubungi gigi melalui saliva, berhubungan dengan diet, atau kontak lain dengan lingkungan luar. Dalam beberapa jam pertama, bakteri yang berikatan pada pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme gram positif, seperti Actinomyces viscous dan Streptococcus mutans. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesi, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesi akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Sel sel Actinomyces viscous memiliki struktur protein yang fibrous yang dinamakan fimbria, yang menjulur dari permukaan sel bakteri. 14,16 Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih diantaranya Prevotella intermedia, Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum. Interaksi yang menimbulkan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscous, Capnocytophaga ochraceus dengan Actinomyces viscous. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalak koagregasi diantara spesies gram negatif, misalnya Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis, Porphyromonas gingivalis dengan Treponema denticola. 14,16 2.1.3 Kontrol Plak Kontrol plak adalah usaha pembersihan atau penyingkiran plak untuk mencegah terjadinya akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva. Kontrol plak

yang efektif dapat dilakukan adalah secara mekanis dan kimiawi. 5 Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur. 2.2 Obat kumur 2.2.1 Pengertian Obat Kumur Obat kumur adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan gigi, mencegah atau mengurangi akumulasi plak, mengurangi aktivitas bau mulut dan mencegah gingivitis. Pemakaian obat kumur sebaiknya digunakan dalam jangka waktu yang singkat dan tidak dijadikan sebagai faktor utama dalam membersihkan plak gigi. Obat kumur hanya sebagai tambahan, selain menyikat gigi dan pembersihan interdental. Rekomendasi waktu berkumur yang digunakan yaitu 30 detik dan 2 kali sehari setelah menyikat gigi. Komposisi obat kumur adalah bahan antibakteri, alkohol, humektan, surfaktan, beberapa zat perasa, pewarna, pengawet, dan air yang digunakan dalam obat kumur. 15,17 2.2.2 Jenis-jenis obat kumur Berdasarkan bahan aktifnya, obat kumur dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan adalah: 5,17 1. Bisguanida Golongan bisguanida yang paling dikenal adalah klorheksidin. Golongan ini paling banyak diketahui dan paling banyak dipakai sebagai antiseptik spektrum luas. Klorheksidin secara signifikan dapat mengurangi plak dan gingivitis. Penggunaan obat kumur golongan bisguanida mempunyai efek samping seperti timbulnya pewarnaan coklat pada gigi dan lidah, perubahan rasa dan deskuamasi mulut pada anak-anak. 2. Golongan fenol (campuran fenol-minyak esensial) Golongan ini adalah golongan yang paling lama di pakai para klinisi. Produk yang ditemukan pada golongan ini adalah listerin. Golongan ini kombinasi dari fenol, minyak esensial, timol dan metil salisilat. Kekurangan golongan ini adalah beberapa pasien merasakan sensasi terbakar dan rasa pahit.

3. Quaternary ammonium compounds Golongan ini menunjukkan kemampuan untuk mengurangi plak dan mempunyai efek terhadap kesehatan gingiva. Daya kerjanya adalah dengan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri sehingga menurunkan metabolisme, menyebabkan lisis dan mengurangi kemampuan bakteri melekat pada gigi. Golongan ini mempunyai efek samping yaitu pewarnaan pada gigi, rasa terbakar, dan kadangkadang dapat terjadi deskuamasi pada epitel. 4. Ekstrak tanaman Belakangan ini, banyak penelitian dilakukan dari berbagai jenis tanaman untuk di jadikan sebagai obat kumur. Kelebihan obat herbal dibandingkan obat kumur lainnya menunjukkan efek sampingnya relatif rendah dan komposisi herbal tidak mengandung pengawet buatan dan zat pewarna tambahan. Beberapa dari ekstrak herbal yang telah dinilai dalam bidang kedokteran gigi sebagai bahan obat kumur adalah lidah buaya, nimba (Azadirachta indica), kemangi (Ocimum sanctum), tea tree oil (Melaleuca alternifolia), curcumin (Curcuma longa), bawang putih, cengkeh (syzygium aromaticum). Tanaman ini dijadikan alternatif sebagai obat kumur karena memiliki efek antimikroba dan antiinflamasi. 6 2.3 Cengkeh 2.3.1 Taksonomi Cengkeh Taksonomi cengkeh diklasifikasikan sebagai berikut : 10 Kingdom : Plantae Phylum : Angiospermae Order : Myrtales Famili : Myrtaceace Genus : Syzygium Spesies : S. aromaticum

Gambar 1. Cengkeh. 18 Tanaman ini juga sinonim Caryophyllus aromaticus L; Jambosa caryophyllus N. D. Z; Syzygium aromaticum. Nama lokal dikenal sebagai Clove (Inggris), Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), Wunga Lawang (Bali), Cangkih (Lampung), Sake (Nias), Bungeu lawang (Gayo), Cengke (Bugis), Sinke (Flores), Canke (Ujung Pandang), Gomode (Halmahera, Tidore). 19 2.3.2 Struktur Cengkeh Cengkeh termasuk tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Mahkota atau disebut juga tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Pada saat muda, bunga cengkeh bewarna keungu-unguan. Kemudian, berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh yang kering bewarna coklat kehitaman dan rasa pedas, hal ini disebabkan cengekeh tersebut mengandung minyak atsiri. 20,21 Ketinggian cengkeh dapat mencapai 20-30 meter dan daunnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, daunnya mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5 cm. Bunga cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. 20,21

2.3.3 Kandungan Cengkeh Bunga Cengkeh kering memiliki kandungan aktif seperti eugenol, minyak atsiri, fixed oil (lemak), tannin, protein, selulosa, pentosan, dan mineral. 8 selain itu, asetil eugenol, furfural, metilamilketon, vanillin, asam olenolat, asam galotanat, karyofilin, resin,serat, gom, saponin, flavonoid, dan tannin. 11 1. Minyak atsiri Istilah Minyak atsiri dalam bahasa Inggris disebut essential oils. Minyak atsiri terdapat dalam jumlah yang besar yaitu dalam bunga cengkeh (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Eugenol asetat (15%), β caryphillen (5-12%), asam krategolik, tanin, asam galotanik, metil salisilat, flavonoid eugenin, kaempferol, rhamnetin, eugenitin triterpenoid seperti asam oleanolik, stigmasterol dan campesterol. 8,10 Minyak atsiri memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Streptococcus mutans dan Streptococcus viridans. Bakteri ini yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi. Selain itu, minyak atsiri dapat juga menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 8,11 2. Eugenol Menurut Kardinan, senyawa eugenol merupakan cairan bening hingga kuning pucat, dengan aroma menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, memberikan aroma yang khas pada minyak cengkeh. Eugenol memiliki banyak manfaat di berbagai industri dan farmakologi sebagai antiinflamasi, analgesik, antimikroba, antiviral, stimulan, antiseptik. Eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan kandungan dapat mencapai 70-90%. 10 Senyawa eugenol mempunyai rumus molekul yaitu C10H12O2. 12

Gambar 2. Struktur eugenol. 22 3. Fixed oil (lemak) Fixed oil biasanya banyak digunakan di industri sebagai bahan kosmetik dan parfum. Kandungan Fixed oil (lemak) di dalam bunga cengkeh berkisar antara 5-10% yang terdiri dari lemak dan resin. Minyak lemak tersebut sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh (94% dari total asam lemak), dan asam lemak tersebut sebagian besar terdiri dari asam stearat yaitu 98%dari total asam lemak jenuh. 8 4. Tannin Tannin berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan. Kandungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan aktif pembuatan obat kumur. Obat kumur yang dihasilkan dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus. viridans. Tannin merupakan senyawa fenol bekerja untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan sehingga terjadi permeabilitas bakteri. 8,12

Tabel 1: Kandungan Gizi 100 Gr Bunga Cengkeh 10 Cloves (Syzygium aromaticum), Nutritive Value per 100 g (Source: USDA National Nutrient data base) Kandungan Nutrisi Persentasi dari RDA Energi 47 Kcal 2% Karbohidrat 10,51 g 8% Protein 3,27 g 6% Lemak total 0,15 g 0,5% Kolestrol 0 mg 0% Dietary Fiber 5,4 g 14% Vitamin Folates 68 mcg 17% Niasin 1.046 mg 6,5% Asam pantotenik 0,338 mg 7% Piridoksin 0,116 mg 9% Riboflavin 0,066 mg 5% Tiamin 0,072 mg 6% Vitamin A 13 IU 0,5% Vitamin C 11,7 mg 20% Vitamin E 0,19 mg 1% Vitamin K 14,8 mcg 12% Elektrolit Sodium 94 mg 6% Potasium 370 mg 8% Mineral Kalsium 44 mg 4% Tembaga 0,231 mg 27% Zat Besi 1,28 mg 16% Magnesium 60 mg 15% Mangan 0,256 mg 11% Fosfor 90 mg 13%

Kandungan Gizi 100 Gr Bunga Cengkeh Selenium 0,2 mcg <0,5% Zinc Phytonutrient 8 mcg - karoten-β 0 mcg - kriptotin-β 464 mcg - Lutein-zeaxanthin 2.3.4 Manfaat Cengkeh Cengkeh (syzygium aromaticum) merupakan tanaman rempah asli dari Indonesia yang berasal dari Maluku. Cengkeh juga tumbuh secara alami di India, Hindia Barat, Tanzani, Sri Lanka, Brazil dan Madagaskar. Cengkeh telah digunakan di Cina kuno lebih dari 2.000 tahun sebagai rempah-rempah dan aroma dalam masakan. 8,10,19 Sejak zaman Dinasti Han 220-206 SM cengkeh disamping sebagai rempah juga digunakan sebagai pewangi mulut. Di Eropa sejak abad ke 14, campuran ekstrak cengkeh dan kapulaga telah digunakan sebagai antiplak. Selain itu minyak cengkeh dapat dipakai sebagai bahan aktif dalam pembuatan obat kumur karena sifatnya sebagai antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula obat kumur yang dihasilkan dapat menghambat tumbuhnya bakteri S. mutans dan S. viridan yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi dan hampir semua mikroba mulut ditumpas oleh senyawa eugenol. 8,12 Menurut Towaha, sejak zaman dahulu masyarakat telah memanfaatkan cengkeh dan minyak cengkeh sebagai obat sakit gigi, obat kumur, obat luka dan penghilang demam. Beberapa studi ilmiah meneliti cengkeh dan mengungkapkan bahwa cengkeh mempunyai sifat farmakologis seperti anastesi dan analgesik. 19,20 Cengkeh merupakan tanaman herbal yang banyak manfaatnya misalnya dalam industri rokok, makanan, minuman, obat-obatan, penambah rasa dan aroma untuk memasak, parfum. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh. Banyaknya kegunaan cengkeh ini disebabkan karena

oral. 23 Tabel 2. Cara pemberian skor untuk indeks plak 23 bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh mengandung minyak cengkeh yang mempunyai rasa dan aroma khas yang banyak disenangi orang. 7,8 2.4 Indeks Pemeriksaan Klinis 2.4.1 Indeks Plak Indeks plak (IPI) yang diperkenalkan oleh Loe-Silness sedikit berbeda dengan indeks-indeks yang lain yang mengukur plak karena tidak didasarkan pada perluasan plak melainkan pada ketebalan penumpukannya. Pengukuran pada setiap gigi dilakukan pada empat sisi, yaitu : distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan KODE KRITERIA 0 Tidak ada plak 1 Ada plak tipis di sekitar tepi gingival bebas dan permukaan. Plak terlihat dengan menggesekkan sonde sepanjang permukaan gigi. 2 Terdapat penumpukan plak pada poket gingival atau pada permukaan gigi dan batas tepi gingival bebas yang dapat terlihat dengan mata 3 Terdapat penumpukkan plak yang banyak pada poket gingiva atau pada pemukaan gigi dan batas permukaan gingiva bebas, tumpukkan ini sudah dapat dilihat dari jauh. Cara penghitungan skor : Jumlah seluruh skor dari empat permukaan Untuk satu gigi = 4 Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak Jumlah gigi yang ada

2.5 Kerangka Teori Plak Kontrol Plak Sikat Gigi Mekanis Pembersihan Interdental Kimiawi Obat Kumur Ekstrak Cengkeh Minyak Atsiri Eugenol Fixed Oil Tannin Minyak atsiri memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. juga dapat mencegah timbulnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi sebagai antiinflamasi, analgesik, antimikroba, antiviral, stimulan, antiseptik Kandungan Fixed oil (lemak) di dalam bunga cengkeh berkisar antara 5-10% yang terdiri dari lemak dan resin. Tannin merupakan senyawa fenol bekerja menghambat pertumbuhan bakteri dan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan sehingga terjadi permeabilitas bakteri Menurunkan Akumulasi Plak

2.6 Kerangka Konsep Variabel bebas obat kumur ekstrak cengkeh 0,5% Variabel terikat Akumulasi Plak Variabel terkendali 1. Waktu dan frekuensi menyikat gigi 2. Sikat gigi yang digunakan 3. Lama berkumur 4. Frekuensi berkumur 5. Volume berkumur Variabel tidak terkendali 1. Jenis pasta gigi yang digunakan 2. Cara berkumur 3. Diet