MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Antropometri

PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS SUPERIOR. Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH MANUAL TERAPI. Topik : Manual Terapi 1.2a

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOTERAPI OLAHRAGA. Tim Penyusun : SyahmirzaIndraLesmana, SFT, SKM, M.Or Muhammad ZIkra, S.Ft Victor SieraNenga, S.

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

BAB III PROSES FISIOTERAPI

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut :

Jadwal Rencana Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. De Quervain Syndrome Dextra, meliputi: (1) pengkajian data, (2) pelaksanaan

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

BAB l PENDAHULUAN. gerakannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktifitas atau

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

BAB I PENDAHULUAN. tahun jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Menurut Kantor

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

DEXTRA e.c LESI ILMIAH PUBLIKASI J

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

ROM (Range Of Motion)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ELBOW POST REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan

ROM (Range Of Motion)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

LAPORAN STATUS KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB II TINJAUAN TEORI

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk hidup, salah satu ciri makhluk hidup. dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA DI RST SOEJONO MAGELANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS DEXTRA DI RST DR. SOEJONO MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI

J SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

NASKAH PUBLIKASI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN TRAKSI OSCILASI PADA PASIEN DENGAN FROZEN SHOULDER

BAB I PENDAHULUAN. integrasi penuh dari sistem tubuh. Munculnya beberapa keluhan juga sering

Swasta Raya Mantep Sasmito, Ade Irma Nahdliyyah (Prodi Fisioterapi FIK-UNIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST PINNING FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND, DAN TERAPI LATIHAN

Transkripsi:

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian, SAP, M.Fis

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum. Wr. Wb. Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Buku Panduan dan Modul Praktikum Mata Kuliah Pengukuran Fisioterapi Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul. Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam : 1. Pengelolaan kegiatan praktikum bagi mahasiswa 2. Melaksanakan proses praktik dari bidang keilmuan dalam ilmu fisioterapi 3. Melaksanakan proses pembelajaran kasus, analisis praktis dan analisis profesional dalam praktek fisioterapi 4. Bagian dari proses belajar mengajar dan praktikum pada program pendidikan S1 fisioterapi Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran pendidikan. Wassalamu alaikum. Wr. Wb. Jakarta, 20 September 2013 Universitas Esa Unggul Tim Penyusun 2

DAFTAR ISI NO. ISI HALAMAN 1 Kata Pengantar... 2 2 Daftar Isi... 3 3 Definisi... 4 4 Goniometri... 4 5 Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS)... 5 6 End Feel... 6 7 Tujuan Modul Praktikum... 7 8 Ruang Lingkup... 7 9 Alat dan Kelengkapan... 8 10 Pelaksanaan Pengukuran... 8 11 Proses Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Anggota Gerak Atas... 10 12 Wrist dan Hand... 10 13 Prosedur Pengukuran... 10 14 a. Fleksi (palmar fleksi)... 10 15 b. Ekstensi (dorsal fleksi)... 12 16 c. Radial Deviasi... 13 17 d. Ulnar Deviasi... 14 18 Metacarpohalangeal joint (Fingers)... 16 19 a. Fleksi... 16 20 b. Ekstensi... 18 21 c. Abduksi... 20 22 d. Adduksi... 20 23 Lembar Tugas Pengukuran Lingkup Gerak Sendi... 22 3

Definisi Pemeriksaan fungsi lingkup gerak sendi (LGS) adalah tindakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui luas/jarak yang bisa dicapai oleh suatu persendian saat sendi tersebut bergerak, baik secara aktif maupun secara pasif. Goniometri Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur dengan menempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dan distal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendi yang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi. Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali datadata yang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada, kemampuan fungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian dilanjutkan dengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi kulit. Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan lunak dan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri. Pengukuran antropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh juga dilakukan. Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuat fisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkan informasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakan aktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasif untuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end-feel. Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Goniometri juga digunakan untuk menggambarkan secara akurat posisi abnormal sendi. Kontraksi isometrik dan tes-tes khusus dapat dilakukan untuk mengetahui apabila adanya injury pada struktur anatomi yang dapat mempengaruhi hasil dari goniometri. Tes untuk 4

pemeriksaan kekuatan otot dan fungsi neurology juga bisa termasuk didalamnya. Radiografi, scan, dan tes laboratium lainnya juga dianjurkan. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasar untuk : 1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi 2. Menegakkan diagnosis 3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi 4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi 5. Memodifikasi intervensi 6. Memotovasi subjek 7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan, obatobatan, dan prosedur pembedahan. 8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi. Range Of Motion (Rom) / Lingkup Gerak Sendi (Lgs) ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untuk mengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM ada tiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 180 derajat, yang kedua dengan sistem 180-0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat. Dengan sistem pencatatan 0-180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada pada posisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam posisi anatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara medial (internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROM dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923 dan telah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy of Orthopaedic Surgeons, dan American Medical Association. Dua sistem pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180-0 derajat yang diukur pada posisi anatomis, ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360 derajat juga diukur pada posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajat 5

dan bergerak menuju 0 derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengerti dibandingkan sistem pencatatan 0-180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebut jarang digunakan. End Feel Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi dan jaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa, yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorang yang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel. Untuk mengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihan dan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untuk merasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel dan abnormal end feel. Tabel 1 End feel normal (fisiologis) End feel Jaringan Contoh Soft Penjepitan jaringan lunak Fleksi knee (pertemuan antara otot bagian posterior betis dan badian posterior paha) Firm Hard Regangan otot Regangan kapsul sendi Regangan ligamen enturan tulang Fleksi hip dengan knee lurus (regangan otot hamstring) Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari (regangan kapsul anterior) Supinasi lengan (regangan ligamen palmar radioulnar dari inferior radioulnar joint, membran interoseus, serabut obliq) Ekstensi elbow (benturan antara olecranon ulna dan fosa olecranon humerus) 6

Tabel 2 End feel abnormal (patologi) End feel Soft Firm Hard Empty Terjadi pada sendi yang biasanya memiliki firm atau hard end feel, terasa empuk. Terjadi pada sendi yang biasanya memiliki soft atau firm end feel. Adanya serpihan tulang atau terasa benturan tulang. Bukan end feel sebenarnya karena nyeri mencegah tercapainya akhir ROM. Terasa tidak ada tahanan kecuali respon proteksi dari pasien atau adanya otot spasme. Contoh Oedema jaringan lunak synovitis Peningkatan tonos otot Pemendekan otot, kapsul, ligamen Chondromalasia Osteoarthritis Dislokasi Myositis ossifikans dan fraktur Inflamasi sendi akut Bursitis Abses Fraktur Phycogenic disorder Tujuan Modul Praktikum: 1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS 2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi 3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi 4. Membantu menentukan tindakan terapi 5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi 6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi. Ruang Lingkup Pemeriksaan fungsi motorik lingkup gerak sendi dilakukan pada pasien/klien dengan kelainan, penyakit atau gangguan sistem muskuloskeletal dan neuromuskuler untuk mengetahui luas/jarak yang bisa dicapai oleh suatu persendian saat sendi tersebut bergerak, baik secara aktif maupun secara pasif. 7

Alat dan Kelengkapan 1. Universal Goniometer Gambar 1. Ragam Goniometer 2. Formulir Hasil Pengukuran 3. Alat tulis berwarna. Pelaksanaan Pengukuran 1. Persiapan alat 1) Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan. 2) Menyiapkan goniometer 3) Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS 2. Persiapan terapis 1) Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran 2) Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan. 8

3) Memakai pakaian yang bersih dan rapih. 3. Persiapan pasien 1) Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa. 2) Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan 4. Pelaksanaan pemeriksaan 1) Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan. 2) Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien. 3) Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu, HIP, Lengan bawah). 4) Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan. 5) Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien. 6) Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi. 7) Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan. 8) Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur. 9) Meletakkan goniometer : a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal 10) Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM. 11) Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. 9

12) Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut: a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak. 13) Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan mendokumentasikannya dengan notasi International Standard Orthopedic Measurement (ISOM). Proses Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Anggota Gerak Atas WRIST DAN HAND a. Fleksi (Palmar fleksi) Gerakan terjadi pada bidang sagital dengan axis medial-lateral. Posisi yang direkomendasikan Posisikan subjek duduk ditempat yang terdapat sanggahan disampingnya. Shoulder abduksi 90 derajat dan elbow fleksi 90 derajat. Lengan dalam posisi netral antara supinasi dan pronasi. Lengan disanggah, namun tangan dapat bergerak bebas. Hindari ulnar dan radial deviasi dan fleksi jari-jari. Stabilisasi Stabilisasi radius dan ulna untuk mencegah supinasi dan pronasi lengan (Gbr. 6-1) End feel normal Firm end feel karena adanya regangan ligamen radiocarpal dan kapsul sendi posterior. Alignment goniometer 10

Lihat gambar 6-2 dan 6-3 1. Pusat fulcrum goniometer berada pada sisi lateral wrist melewati triquetrum. 2. Letakkan proksimal arm pada lateral midline ulna, gunakan olecranon dan prosesus styloid sebagai patokan. 3. Letakkan distal arm pada lateral midline metacarpal kelima. Alternatif alignment goniometer 1. Pusat fulcrum goniometer berada pada capitatum disisi dorsal wrist joint. 2. Letakkan proksimal arm pada sepanjang midline lengan sisi dorsal. 3. Letakkan distal arm pada sisi dorsal metacarpal ketiga. Gambar 1. Akhir ROM palmar fleksi wrist, humerus berada pada permukaan penyanggah dengan abduksi shoulder dan fleksi elbow 90 derajat. Fisioterapis menekan bagian dorsum tangan hingga mencapai ROM penuh. 11

Gambar 2. Posisi awal palmar fleksi, fulcrum goniometer diletakkan selevel dengan triquetrum. Proksimal arm berada sepanjang ulna dan segaris dengan prosesus olecranon dan prosesus styloid ulna. Distal arm berada sepanjang metacarpal kelima Gambar 3. Akhir ROM palmar fleksi b. Ekstensi (Dorsal fleksi) Posisi yang direkomendasikan dan stabilisasi Posisi dan stabilisasi sama seperti pada pengukuran palmar fleksi. Hindari ekstensi jari-jari sehingga tegangan otot fleksor digitorum superficialis dan profundus tidak menghambat gerakan. End feel normal 12

Firm end feel karena adanya regangan sisi palmar ligamen radiocarpal mdan sisi palmar kapsul sendi, tapi mungkin juga menjadi hard end feel karena benturan antara tulang carpal dan radius. Alignment goniometer Alignment sama seperti pada pengukuran palmar fleksi wrist. Alternatif alignment goniometer 1. Pusat fulcrum goniometer melewati wrist joint selevel dengan capitatum. 2. Letakkan proksimal arm pada sepanjang midline lengan sisi lateral. 3. Letakkan distal arm pada sisi lateral midline metacarpal ketiga. Akhir dari ROM dorsal fleksi wrist, tangan kanan fidioterapis menstabilisasi elbow subjek pada posisi fleksi 90 derajat dan mencegah eksternal rotasi glenohumeral joint. Fisioterapis memegang wrist kiri subjek pada posisi dorsal fleksi. Posisi awal dan alignment goniometer untuk dorsal fleksi wrist sama seperti pada pengukuran palmar fleksi wrist. Akhir dari ROM dorsal fleksi wrist, tangan kiri fisioterapis menjaga alignment distal arm goniometer pada metacarpal kelima sambil mengekstensikan wrist. c. Radial deviasi Gerakan terjadi pada bidang frontal denagn axis anterior-posterior. Posisi yang direkomendasikan Posisi sama seperti pada pengukuran wrist fleksi Stabilisasi Stabilisasi bagian distal radius dan ulna untuk mencegah pronasi dan supinasi lengan. End feel normal 13

hard end feel karena adanya benturan antara prosesus styloid radius dengan scaphoid, tapi bisa juga menjadi firm end feel karena regangan ligamen collateral ulna, ligamen ulnocarpal, dan kapsul sendi ulna. Alignment goniometer Pusat fulcrum goniometer melewati bagian tengah dari sisi dorsal wrist. 1. Letakkan proksimal arm pada midline sisi dorsal lengan, gunakan epycondilus lateral humeri sebagai patokan. 2. Letakkan distal arm pada midline atau garis tengah sisi dorsal dari metacarpal ketiga. Jangan gunakan phalanx ketiga sebagai patokan. Akhir dari ROM radial deviasi, tangan kanan fisioterapis menstabilisasi elbow subjek pada posisi fleksi 90 derajat dan mencegah elbow fleksi saat wrist bergerak kearah radial deviasi. Tangan kiri fisioterapis menyanggah tangan subjek dan menghindari gerakan fleksi atau ekstensi wrist. Posisi awal pengukuran radial dan ulnar deviasi sama. Fisioterapis meletakkan fulcrum pada sisi dorsal wrist joint. proksimal arm pada midline sisi dorsal lengan dengan epycondilus lateral humeri sebagai patokan. distal arm pada midline atau garis tengah sisi dorsal dari metacarpal ketiga. Akhir dari ROM radial deviasi, fisioterapis menyanggah tangan subjek setinggi metacarpal sehingga wrist terjaga dalam posisi netral. c. Ulnar deviasi Posisi yang direkomendasikan dan Stabilisasi Sama seperti pada radial deviasi wrist End feel normal Firm end feel karena adanya regangan ligamen dollateral radial dan kapsul sendi sisi radial. 14

Alignment goniometer Sama seperti pada radial deviasi wrist Gambar 4. Akhir dari ROM ulnar deviasi, tangan kanan fisioterapis menjaga elbow dalam posisi 90 derajat dan mencegah ekstensi elbow. Tangan kiri fisioterapis menyanggah tangan subjek menjaga wrist pada posisi netral. Gambar 5. Posisi awal pengukuran radial dan ulnar deviasi sama Gambar 6. Akhir dari ROM ulnar deviasi. 15

Metacarpohalangeal joint (Fingers) a. Fleksi Gerakan terjadi pada bidang sagital dengan axis medial-lateral. Posisi yang direkomendasikan Posisikan subjek duduk. Lengan posisi netral antara pronasi dan supinasi. Wrist pada posisi 0 derajat dari fleksi, ekstansi, ulnar dan radial deviasi. MCP joint yang diperiksa harus dalam posisi netral. Hindari fleksi berlebihan PIP dan DIP joint dari sendi yang diukur. Stabilisasi Stabilisasi metacarpal untuk menghindari gerakan wrist End feel normal End feel bisa saja hard karena benturan antara sisi palmar dari proksimal phalanx dengan metacarpal, atau bisa juga firm end feel karena adanya regangan kapsul sendi sisi dorsal dan ligamen collateral. Alignment goniometer 1. Pusat fulcrum goniometer berada pada sisi dorsal MCP joint. 2. Letakkan proksimal arm pada midline bagian dorsal dari metacarpal 3. Letakkan distal arm pada midline bagian dorsal dari proksimal phalanx. 16

Gambar 7. Akhir dari ROM fleksi MCP joint kedua, tangan kanan fisioterapis menstabilisasi metacarpal kedua dan menjaga wrist pada posisi netral. Jari telunjuk dan ibu jari fisioterapis sebelah kiri memegang proksimal phalanx subjek dan menjaga MCP joint kedua dalam posisi fleksi. Gambar 8. Posisi awal pengukuran fleksi MCP 17

Gambar 9. Akhir dari ROM fleksi MCP, tangan kanan fisioterapis memegang proksimal arm dan menstabilisasi metacarpal kedua. b. Ekstensi Gerakan terjadi pada bidang sagital dan axis medial-lateral. Posisi yang direkomendasikan Posisikan subjek duduk. Lengan posisi netral antara pronasi dan supinasi. Wrist pada posisi 0 derajat dari fleksi, ekstansi, ulnar dan radial deviasi. MCP joint yang diperiksa harus dalam posisi netral. Hindari fleksi berlebihan PIP dan DIP joint dari sendi yang diukur. Stabilisasi Stabilisasi metacarpal untuk menghindari gerakan wrist End feel normal Firm end feel karena adanya regangan kapsul sendi sisi palmar dan ligamen sisi palmar.. Alignment goniometer Alignment sama seperti pada fleksi MCP joint 18

. Gambar 10. akhir dari ekstensi MCP. Ibu jari dan jari telunjuk fisioterapis menjaga MCP ekstensi. Tangan kanan fisioterapis menjaga wrist dalam posisi netral dan menstabilisasi metacarpal kedua. Gambar 11. Pengukuran ROM ekstensi MCP kedua ini menggunakan goniometer dengan fulcrum berbentuk lingkaran penuh. Gambar 12. Akhir dari ekstensi MCP 19

c. Abduksi Gerakan terjadi pada bidang frontal dan axis anterior-posterior. Posisi yang direkomendasikan Posisikan subjek duduk. Lengan posisi pronasi penuh. Wrist pada posisi 0 derajat dari fleksi, ekstansi, ulnar dan radial deviasi. MCP joint yang diperiksa harus dalam posisi 0 derajat dari fleksi dan ekstensi. Stabilisasi Stabilisasi metacarpal untuk menghindari gerakan wrist End feel normal Firm end feel karena adanya regangan ligamen collateral dari MCP joint, facia pada sela-sela jari, dan otot palmar interosseus. Alignment goniometer 1. Pusat fulcrum goniometer berada pada sisi dorsal MCP joint. 2. Letakkan proksimal arm pada midline bagian dorsal dari metacarpal 3. Letakkan distal arm pada midline bagian dorsal dari proksimal phalanx. d. Adduksi Gerakan terjadi pada bidang frontal dengan axis anterior-posterior. Posisi pemeriksaan, stabilisasi, dan alignment goniometer Sama seperti pada pengukuran abduksi MCP joint. 20

Gambar. 13. Akhir dari ROM abduksi MCP, jari telunjuk kiri fisioterapis menekan metacarpal kedua dan mencegah radial deviasi. Ibu jari dan jari telunjuk sebelah kanan fisioterapis memposisikan MCP joint abduksi. Gambar 14. Posisi awal abduksi MCP, proksimal arm berada pada midline sisi dorsal metacarpal kedua. Distal arm berada pada midline sisi dorsal proksimal phalanx kedua Gambar. 15. Akhir dari ROM abduksi MCP 21

LEMBAR TUGAS Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS) Nama Sendi : Subjek Pasien : Pengukur : Sagital: Bidang Gerak Derajat LGS Total 1. Fleksi 2. Ekstensi Transversal: 3. Radial deviasi 4. Ulnar deviasi Hari / Tanggal: Pelaksana, Pemeriksa, ( ) ( ) 22