PENERAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM TUBERKULOSIS PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MATARAM TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI) DAN EKSTERNAL (PME) PADA PEMERIKSAAN MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS KECAMATAN WILAYAH JAKARTA BARAT

14 Media Bina Ilmiah ISSN No

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X

Indonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap

Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Tuberkulosis

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

GLOBAL HEALTH SCIENCE ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENGEMBANGAN PERAN LABORATORIUM TB PUSAT PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS (PPM) DI PULAU MANDANGIN SAMPANG, MADURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

Dikembangkan dari publikasi di JMPK yang ditulis oleh Alex Prasudi 1 dan Adi Utarini 2

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

ANALISIS PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBUATAN SEDIAAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS SATELIT (PS) KABUPATEN BANTUL

CAKUPAN PENGENDALIAN PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TB DENGAN METODE LQAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2,3. Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

INTERPRETASI HASIL PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, yang sering dihinggapi adalah paru-paru

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

Standar Prosedur Operasional etb12 Untuk Evaluasi, Pencatatan & Pelaporan Uji Silang Mikroskopis TB ALUR UJI SILANG MIKROSKOPIS TB LRN-M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

Mieke Waluya Waty, Indasah, Nia Sari. STIKes Surya Mitra Husada Kediri. Abstrak

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

TB.03 PROGRAM TB NASIONAL REGISTER TB KABUPATEN / KOTA. Kab/Kota No. Kode Kab/Kota : Tahun : KLASI FIKASI PENYAKIT (PARU / EKSTRA PARU)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

Zaidar Rahmi M.. et al, Determinan Error Rate Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

, No.1858 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah57 PENERAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM TUBERKULOSIS PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MATARAM TAHUN 2014 Oleh : Erna Haryati A.A Istri Agung Trisnawati Widyaiswara BPTK Mataram Dinkes Propinsi NTB Abstrak : Kegiatan (PMI) laboratorium Tuberkulosis merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium Tuberkulosis (TB) berupa kegiatan pengecekan, pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus menerus sejak tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Pemantapan Mutu Internal laboratorium mikroskopis Tuberkulosis.Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah 15 orang petugas laboratorium TB di Kota Mataram yang merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PRM). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria petugas yang biasa mengerjakan pemeriksaan mikroskopis TB dan telah mendapatkan pelatihan mikroskopis TB yang dilaksanakan tahun 2009 sampai dengan 2013 yaitu 12 orang. Pemahaman petugas laboratorium adalah baik sebanyak 7 orang (58,34%),cukup 5 orang (41,66%) dan tidak ada yang kurang paham. Pada tahap Pra analitik sebanyak 5 orang (41,67%) rutin melaksanakan aktivitas Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen, 4 orang (33,33%) jarang dan 3 orang (25%) tidak pernah. Pada tahap Analitik sebanyak 12 orang (100%).tidak pernah melaksanakan aktivitas penilaian pembuatan sediaan dahak BTA. Pada tahap Pasca Analitik sebanyak 12 orang (100%) tidak pernah melaksanakan aktivitas mencatat hasil pemeriksaan pada register TB 05. Diperlukan komitmen yang kuat dari petugas laboratorium TB dan Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan Pemantapan Mutu Internal. Diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan kegiatan laboratorium TB oleh petugas laboratorium Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kata Kunci :, Laboratorium TB, Fasilitas Pelayanan Kesehatan PENDAHULUAN Puskesmas merupakan salah satu bentuk Fasiltas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggitingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2012). Tugas dan fungsi puskesmas dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut dapat dicapai dengan menyelenggarakan upaya kesehatan wajib berupa laboratorium puskesmas. Seiring berkembangnya teknologi kesehatan dan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu. Pelayanan laboratorium Puskesmas yang bermutu dapat dicapai dengan pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu laboratorium.pemantapan mutu laboratorium (quality assurance) adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Dalam pengelolaan http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014

58 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 laboratorium Tuberkulosis kegiatan ini berupa (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)laboratorium mikroskopis TB (Depkes, 2009). Pemantapan Mutu Eksternal laboratorium Tuberkulosis adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional. Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan mikroskopis Tuberkulosis. Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta menggunakanperalatan,reagen dan metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkah langkah perbaikan. Salah satu kegiatan PME laboratorium Tuberkulosis berupa PME mikroskopis Bakteri Tahan Asam (BTA) dapat dilakukan melalui Uji silang mikroskopis dahak (Cross check), Supervisi (On Site Evaluation/ On The Job Training) dan Tes Panel (Proficiency Test) (Dirjen P2PL dan Bina Upaya Yan Kesehatan, 2012). Kegiatan laboratorium Tuberkulosis (PMI) merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium TB berupa kegiatan pengecekan, pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap seluruh proses pemeriksaan laboratorium mikroskopis Tuberkulosis agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Tindakan pencegahan dan pengawasan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik (Dirjen P2PL dan Bina Upaya Yan Kesehatan, 2012).Tahap pra analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, Pengambilan dan Penanganan Spesimen Dahak, menerima spesimen dahak, memberi identitas spesimen sampai dengan menguji kualitas reagen Ziehl Neelsen. Tahap analitik yaitu Volume 8, No. 1, Februari 2014 tahap mulai penyusunan Prosedur Tetap (Protap),mengolah dan memeriksa spesimen dahak sesuai prosedur tetap, memelihara mikroskop, Penilaian pembuatan sediaan dengan penilaian terhadap 6 unsur menggunakan skala sarang laba-laba (Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh,6 unsur penilaian tersebut meliputi kualitas specimen dahak, ukuran sediaan, pewarnaan,kebersihan,ketebalan dan kerataan sediaan), dan penyimpanan sediaan untuk uji silang metode LQAS. Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan, interpretasi hasil sampai dengan pelaporan. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan oleh semua petugas laboratorium secara rutin, terus menerus dan terekam dalam suatu laporan kegiatan yang harus dilaporkan secara berkala. Penanggung jawab laboratorium puskesmas dalam hal ini adalah kepala puskesmas bertugas merencanakan dan mengawasi kegiatan mutu laboratorium yang telah dilkasanakan oleh petugas teknis laboratorium TB puskesmas (Depkes, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Pemantapan Mutu Internal laboratorium mikroskopis Tuberkulosis. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas laboratorium TB Se Kota Mataram yang merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PRM). Jumlah petugas laboratorium keseluruhan adalah 15 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria petugas yang biasa mengerjakan pemeriksaan mikroskopis TB dan telah mendapatkan pelatihan mikroskopis TB yang dilaksanakan tahun 2009 sampai dengan 2013. Sampel penelitian berjumlah 12 orang. Karakteristik responden meliputi umur, periode mengikuti pelatihan,dan tingkat pendidikan. Data tentang pemahaman petugas terhadap kegiatan pemantapan Mutu Internal terbagi atas pemahaman kurang, cukup dan baik dengan kriteria : Kurang : tidak memahami tahapan kegiatan beserta aktivitas kegiatannya. Cukup : memahami tahapan kegiatan tetapi tidak sesuai dengan aktivitas kegiatannya Baik : memahami tahapan kegiatan Pemantapan Mutu lnternal dan aktivitas kegiatan dengan benar http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah59 Data pelaksanaan kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) terbagi atas criteria kegiatan rutin, jarang dan tidak pernah dengan criteria : Tidakpernah : tidak pernah sama sekali melaksanakan kegiatan Jarang : tidak selalu melaksanakan kegiatan Rutin : selalu melaksanakan kegiatan Data dikumpulkan dari hasil observasi lapangan dan wawancara dengan petugas laboratorium mikroskopis TB dengan menggunakan alat bantu check list. Data yang dikumpulkan tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk analisa tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden secara lengkap ditunjukkan pada table 1. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik Responden Jumlah N % Umur >30 1 8,33 30-40 7 58,34 >40 4 33,33 Periode mengikuti pelatihan lab TB < 1 tahun yang lalu 1 8,33 tahun yang lalu 3 25,00 >2 tahun yang lalu 8 66,67 Tingkat Pendidikan SMAK 3 25,00 Diploma 3 Analis 7 58,34 Kesehatan Diploma 4 Analis 0 0 Kesehatan Sarjana 2 16,66 a. Karakteristik Responden 1. Umur Umur berhubungan dengan kinerja dari petugas. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar umur petugas laboratorium Tuberkulosis ada pada kelompok 30-40 tahun sebanyak 7 orang ( 58,34 %). Rentang usia 30 40 tahun adalah rentang usia kerja. Pada penelitian Purnawan (2005) dinyatakan kelompok usia kerja tersebut kinerja petugas sangat baik ditunjukkan dengan tingkat keterampilan mikroskopis yang dimiliki pada tingkat kesalahan < 5% namun kinerja akan menurun lagi pada usia 41 tahun ke atas. Kinerja petugas yang baik berarti kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium juga seharusnya diterapkan dengan baik pula. 2. Pelatihan TB yang telah diikuti Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 laboratorium Fasyankes yang disurvei, tenaga mikroskopis PRM dan PPM terbanyak yaitu 66,67% telah dilatih mengenai pemeriksaan mikroskopis TB lebih dari 2 tahun yang lalu. Jadi sebagian besar tenaga mikroskopis telah cukup lama mendapatkan materi tentang Pemantapan Mutu Internal laboratorium TB hal ini memberikan kecenderungan tidak diterapkannya kegiatan pemantapan mutu karena monotonnya tugas. Hernanto (2001) dalam penelitiannya juga menguatkan bahwa kinerja pada petugas laboratorium TBC akan meningkat pada petugas dengan lama kerja 5-10 tahun lalu menurun lagi pada lama kerja > 10 tahun.dalam penelitian ini masa kerja terbanyak ada pada > 10 tahun. 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya. Hal ini akan mempengaruhi responden dalam menerapkan kegiatan pementapan mutu laboratorium. Data hasil penelitian menunjukkkan bahwa dari keseluruhan tenaga laboratorium TB yang disurvey, tingkat pendidikan yang dimiliki terbanyak pada jenjang diploma tiga analis kesehatan yaitu sebanyak 7 orang (58,34% ), seluruh tenaga memiliki latar belakang pendidikan analis kesehatan. b. Pemahaman Petugas terhadap Kegiatan Tuberkulosis (TB) Tabel 2. Distribusi Pemahaman Petugas terhadap Kegiatan Laboratorium Tuberkulosis Pemahaman Petugas Jumlah n % Kurang 0 0 Cukup 5 41,66 Baik 7 58,34 Tabel 2 menunjukkan petugas laboratorium memiliki pemahaman yang baik sebanyak 7 orang ( 58,34%), cukup sebanyak 5 orang ( 41,66%) dan tidak ada yang kurang (0%). Masa kerja petugas yang > 10 tahun menyebabkan tidak satupun dari petugas tidak memahami kegiatan pemantapan mutu laboratorium. http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014

60 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 c. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis 1. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pra Analitik Tabel 3. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan Tuberkulosis pada tahap Pra Analitik Aktifitas Pemantapan Mutu Internal Persiapan pasien TBC Pengambilan dan penanganan specimen dahak Uji kualitas specimen dahak secara visual Uji kualitas reagen ZN Pelaksanaan Rutin Jarang Tidak Pernah n % n % n % 5 41,6 4 33,3 3 25,0 Tabel 3 menunjukkan dari empat aktivitas kegiatan yang termasuk Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pra Analitik, kegiatan Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen merupakan kegiatan yang sulit dipahami dan belum rutin dilaksanakan. Kesulitan dalam pembuatan sediaan kontrol dan pekerjaan rangkap merupakan alasan tidak dilaksanakannya kegiatan uji kualitas reagen. Tabel 3 di atas menunjukkan aktivitas uji kualitas reagen Ziehl Neelsen rutin dilaksanakan sebanyak 5 orang (41,67%), jarang sebanyak 4 orang (33,33%) dan 3 orang (25%) tidak pernah. Persiapan pasien TB,pengambilan dan penanganan specimen dahak dan uji kualitas specimen dahak secara visual merupakan kegiatan pemantapan mutuyang rutin dilakukan karena seluruh kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam laboratoriumtb. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Analitik Tabel 4 menunjukkan aktivitas kegiatan analisa specimen dahak dan penyimpanan sediaan sesuai metode LQAS merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan sedangkan kegiatan yang tidak pernah dilaksanakan adalah penilaian pembuatan sediaan dahak BTA sebanyak 12 0rang (100%). Volume 8, No. 1, Februari 2014 Tabel 4. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan Tuberkulosis pada tahap Analitik Aktifitas Pemantapan Mutu Internal Pemeriksaan sesuai Protap Laboratorium TBC Penilaian pembuatan sediaan Penyimpanan sediaan sesuai metode LQAS Pelaksanaan http://www.lpsdimataram.com Tidak Rutin Jarang Pernah n % n % n % 0 0 0 0 12 100 Penilaian pembuatan sediaan dahak BTA terdiri dari 6 unsur menggunakan skala sarang laba-laba meliputi kualitas specimen dahak, ukuran sediaan, pewarnaan,kebersihan,ketebalan dan kerataan sediaan. Penilaian kualitas sediaan yang dibuat dapat dilakukan setiap melakukan pemeriksaan mikroskopis sediaan BTA oleh petugas laboratorium sebagai penilaian penampilan perorangan atau total keseluruhan petugas yang ada. Hasil penilaian dapat dipakai sebagai umpan balik perbaikan dalam keterampilan pembuatan sediaan BTA. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pasca Analitik Tabel 5. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan Tuberkulosis pada tahap Pasca Analitik Aktifitas Pemantapan Mutu Internal Mencatat hasil pemeriksaan pada Formulir TB 04 Mencatat hasil pemeriksaan pada Formulir TB 05 Mencatat hasil pemeriksaan pada Formulir TB 06 Pelaksanaan Tidak Rutin Jarang Pernah n % n % n % 0 0 0 0 12 100 Tabel 5 menunjukkan petugas laboratorium TB rutin melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan mikroskopis TB pada register

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah61 TB 04 dan 06 akan tetapi tidak pernah pernah pada register 05. Pencatatan dan pelaporan Hasil mikroskopis TB seharusnya rutin dilakukan pada register TB 04,05 dan 06.Untuk menghindari kesalahan penulisan sebaiknya pencatatan dan pelaporan dilaksanakan segera setelah pemeriksaan mikroskopis TB. Untuk Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), pengisian register 05 harus rutin dilakukan karena akan dikirim balik kepada Pukesmas Satelit (PS) untuk menegakkan diagnose atau mengetahui kemajuan pengobatan sedangkan bagi Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) dan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dapat dipakai untuk dasar pasien kembali ke bagian poli atau Balai Pengobatan (BP). 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis Tabel6. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan Laboratorium Tuberkulosis Tabel6 menunjukkan pada tahap Pra analitik yaitu aktivitas Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen rutin dilaksanakan sebanyak 5 orang (41,67%), 4 orang (33,33%) jarang dan 3 orang (25%) tidak pernah melaksanakan. Pada tahap Analitik semua petugas yaitu 12 orang (100%) tidak pernah melaksanakan aktivitas penilaian pembuatan sediaan dahak BTA dan pada tahap Pasca Analitik sebanyak 12 orang (100%) tidak melaksanakan aktivitas mencatat hasil pemeriksaan pada register TB 05. PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan : 1. Pemahaman petugas laboratorium terhadap tahap kegiatan dan aktivitas kegiatan pada setiap tahapan adalah sebanyak 7 orang (58,34%) memiliki pemahaman yang baik, cukup 5 orang (41,66%) dan tidak ada yang tidak memahami kegiatan Pemantapan Mutu Internal. 2. Kegiatan Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pra Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin adalah persiapan pasien TB,pengambilan dan penanganan specimen dahak dan uji kualitas specimen dahak secara visual sedangkan kegiatan Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen merupakan kegiatan yang sulit dipahami dan belum dilaksanakan. 3. Kegiatan Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin adalah kegiatan analisa specimen dahak dan penyimpanan sediaan sesuai metode LQAS sedangkan kegiatan yang tidak pernah dilakukan adalah penilaian pembuatan sediaan dahak BTA 4. Kegiatan Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pasca Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin adalah pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan mikroskopis TB pada register TB 04 dan 06 akan tetapi tidak pernah pada register TB 05. 5. Pada tahap Pra analitik yaitu aktivitas Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen rutin dilaksanakan sebanyak 5 orang (41,67%), jarang 4 orang ( 33,33%) dan 3 orang(25%) tidak pernah. Pada tahap Analitik sebanyak 12 orang (100%).tidak pernah melaksanakan aktivitas penilaian pembuatan sediaan dahak BTA. Pada tahap Pasca Analitik sebanyak 12 orang (100%) tidak pernah melaksanakan aktivitas mencatat hasil pemeriksaan pada register TB 05. b. Saran 1. Diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh petugas laboratorium TB dan Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium TB. 2. Diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan kegiatan laboratorium TB oleh petugas laboratorium Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI (2012), Permenkes Nomor 037 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014

62 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Depkes RI (2009), KepMenKes RI Nomor 364/MenKes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta Dirjen Bina Yankes dan P2PL (2012), Modul Pelatihan Pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB Materi Inti 5 Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis, Jakarta Pusat Kesehatan Masyarakat, diakses tanggal 10 Maret 2014 Hernanto Lilik (2001), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak Penderita Tuberkulosis Paru dalam Strategi DOTS di Puskesmas Kabupaten Blora Tahun 1999/2000 diakses tanggal 10 Maret 2014 Purnawan Junadi (2005), Kualitas Tenaga Mikroskopis untuk Program DOTS di Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com