BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Nama : Rizka Novri Hardiyanti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati, SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan ananalisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong diterapkannya otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan publik guna

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut membawa berkah tersembunyi untuk meningkatkan taraf hidup. seluruh rakyat Indonesia dimasa yang akan datang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan pajak dan pendapatan non pajak (Alabede, 2011). Penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan daerah. Otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang kota Bandung menjadi tujuan utama

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

Transkripsi:

54 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah Kota Bogor Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada BAB II, maka dalam hal ini penulis akan membahas perkembangan target dan realisai, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah pada Pemerintahan Kota Bogor 1. Analisis Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen dari pendapatan daerah Kota Bogor, Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor terdiri dari: a. Pendapatan Pajak Daerah b. Pendapatan Retribusi Daerah c. Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan d. Pendapatan Asli Daerah yang sah Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor selama tahun 2006 2012 disajikan dalam tabel berikut : 53

54 Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor Tahun 2006 2012 Komponen PAD 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pendapatan Pajak Daerah 32.238.3 71.776 37.504.97 4.252 45.988.7 76.968 56.027.9 44.313 66.504.761.353 165.396.7 46.064 227.768.1 60.296 Pendapatan Retribusi Daerah 27.284.3 34.906 28.321.23 6.370 34.117.5 72.049 37.078.6 52.284 34.681.146.445 35.950.80 1.655 44.698.47 3.924 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4.266.51 7.062 5.391.229. 337 7.752.92 6.796 11.773.3 11.932 15.137.968.088 13.784.05 6.944 13.903.21 7.835 Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 3.698.83 8.475 8.442.321. 975 9.871.50 4.914 11.041.7 52.298 11.164.213.945 15.318.03 9.957 14.188.92 0.460 Total PAD 67.488.0 62.219 79.659.76 1.934 97.730.7 80.727 115.921. 660.827 127.488.08 9.831 230.449.6 44.620 300.568.7 82.615 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor

55 Gambar 2 Grafik Target dan Realisasi Pajak Hotel di Kota Bogor Tahun 2006-2012 (Rp) MILIAR 30000 25000 20000 15000 10000 Target Realisasi 5000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan Pemerintah Kota Bogor setiap tahunnya meningkatkan target penerimaan Pajak Hotel Kota Bogor hal ini dikarenakan realisasi Pajak Hotel setiap tahunnya melebihi target yang ditetapkan Pemerintah Kota Bogor, dengan pencapaian melebihi 100% untuk setiap tahunnya. Dapat dikatakan dengan sistem pemungutan pajak self assessment pada Pajak Hotel, Pemerintah Kota Bogor telah berhasil melakukan pemungutan Pajak Hotel. Tidak hanya mampu melebihi target saja realisasi penerimaan Pajak Hotel di Kota Bogor setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata rata peningkatan per tahunnya sebesar 47,09%. Pada tahun 2006 pendapatan Pajak Hotel sebesar Rp.3.028.421.044 pada tahun 2007 terjadi meningkat sebesar 8,94% atau Rp.270.741.166,- pada tahun 2008 meningkat sebesar 29,90% atau Rp.986.571.691,- pada tahun 2009 meningkat sebesar 45,12% atau Rp.1.933.945.242,- pada tahun 2010 meningkat sebesar 31,96% atau Rp.1988.155,395,-, pada tahun 2011 meningkat sebesar 91,33% atau Rp.7.496.428.815,- dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 75,29% atau

56 Rp.11.824.424.850,-. Peningkatan yang paling signifikan mulai terjadi pada tahun 2011 yaitu sampai mencapai 91,33%, dikarenakan adanya peraturan daerah yang mulai diberlakukan pada awal tahun 2011 pada Pajak Hotel yaitu, mengenai pengenaan pajak seluruh fasilitas yang disediakan hotel seperti restoran, tempat olahraga dll yang masih satu manajemen dengan hotel termasuk dalam objek Pajak Hotel. Faktor yang menjadi pendukung dalam peningkatan pendapatan Pajak Hotel di Kota Bogor tidak terlepas dari salah satu karakteristik Kota Bogor yaitu sebagai kota rapat. Selain dikenal sebagai kota pariwisata bogor dikenal sebagai kota rapat, dimana hotel hotel di Bogor menjadi tujuan untuk mengadakan rapat dan kegiatan sejenis lainnya selain untuk wisata. Inilah salah satu unggulan kota bogor yang membedakan Kota Bogor dengan kota wisata lainnya,dimana kota wisata lainnya yang mungkin hanya ramai di kunjungi untuk wisata pada hari libur atau akhir minggu, sedangkan Kota Bogor tidak hanya pada hari hari libur saja bahkan pada hari hari kerja, hotel hotel di Kota Bogor banyak digunakan oleh para pekerja, pengusaha, pelajar dll dari berbagai kota lainnya untuk mengadakan rapat dan kegiatan sejenis lainnya. Hal ini terbukti memacu para wiraswata untuk membuka usaha di bidang perhotelan seperti terlihat pada tabel 4.3 wajib Pajak Hotel di kota Bogor setiap tahunnya meningkat dari tahun 2006 2012. 2. Analisis Perkembangan Pajak Restoran Kota Bogor Pajak Restoran Kota Bogor mengacu pada Peraturan Daerah No.6 Tahun 2011, sistem pemungutan Pajak Hotel yang ditetapkan Pemerintah Kota Bogor adalah sistem pemungutan pajak Self Assesment. Perkembangan target dan realisasi Pajak Restoran kota Bogor disajikan dalam tabel berikut ini :

57 Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Bogor Tahun 2006-2012 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%) Perkembangan 2006 10.000.000.000 10.709.106.013 107.09 Realisasi (%) 2007 11.821.600.000 11.898.268.356 100.65 11,10 2008 12.750.000.000 14.188.920.460 111.29 11,25 2009 13.500.000.000 18.798.189.871 139.25 32,48 2010 20.587.690.500 23.342.416.373 113.38 24,17 2011 25.465.000.000 27.252.802.195 107.02 16,75 2012 33.850.000.000 39.510.789.644 116,72% 44,98 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor

58 Gambar 3 Grafik Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Bogor Tahun 2006-2012 (Rp) MILIAR 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Target Realisasi Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa setiap tahunnya Pemerintah Kota Bogor meningkatkan target pendapatan Pajak Restoran, hal ini dikarenakan dalam Realisasinya pendapatan Pajak Restoran setiap tahunnya selalu melebihi target yang telah ditetapkan, pencapain realisasi Pajak Restoran bahkan melebihi 100% dari target setiap tahunnya. Dapat dikatakan dengan sistem pemungutan pajak self assessment pada Pajak Restoran, Pemerintah Kota Bogor telah berhasil melakukan pemungutan Pajak Restoran. Tidak hanya melebihi target saja penerimaan Pajak Restoran setiap tahunnya cenderung meningkat, dengan peningkatan rata rata per tahunnya sebesar 23,45%. Pendapatan Pajak Restoran pada tahun 2006 sebesar Rp.10.709.106.013,- pada tahun 2007 meningkat sebesar 11,10% atau Rp.1.189.162.343,- pada tahun 2008 meningkat sebesar 11,25% atau Rp.2.290.652.104,- pada tahun 2009 meningkat sebesar 32,48% atau Rp.4.609.269.411,- pada tahun 2010 meningkat sebesar 24,17% atau Rp.4.544.226.502,- pada tahun 2011 meningkat sebesar 16,75% atau Rp.3.910.385.822,- dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 44,98% atau Rp.12.257.987.451,-. Dari perkembangan Pajak Restoran selama tahun 2006-

59 2012 peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2012 hal ini dikarenakan ketetapan pemerintah daerah yang menambahkan jasa boga/catering sebagai objek Pajak Restoran. Perkembangan realisasi penerimaan Pajak Restoran yang setiap tahunnya meningkat tidak terlepas adanya upaya dari Pemerintah Kota Bogor sendiri khususnya Dinas Pariwisata untuk membudidayakan Kota Bogor sebagai kota kuliner. Upaya ini ternyata berhasil di realisasikan dan berdampak baik bagi perkembangan Pajak Restoran di Kota Bogor 3. Analisis Perkembangan Pajak Hiburan Kota Bogor Pajak Hiburan Kota Bogor mengacu pada Peraturan Daerah No.11 Tahun 2011, sistem pemungutan Pajak Hiburan yang ditetapkan Pemerintah Kota Bogor adalah sistem pemungutan pajak Self Assesment. perkembangan target dan realisasi Pajak Hiburan kota Bogor disajikan dalam tabel berikut ini :

60 Tabel 4.4 Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Bogor Tahun 2006 2012 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%) Perkembangan(%) 2006 1.525.000.000 1.299.689.292 85,23 2007 1.532.639.000 1.738.596.597 113,44 33,77 2008 2.250.000.000 3.172.624.942 141,01 82,48 2009 5.750.000.000 6.908.527.049 120,15 117,75 2010 7.755.000.000 8.116.670.113 104,66 17,48 2011 8.522.564.000 8.686.143.286 101,92 7,02 2012 10.312.000.000 13.707.405.648 132,93 57,81 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor

61 Gambar 4 Grafik Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Bogor Tahun 2006 2012 (Rp) MILIAR 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Target Realisasi Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa setiap tahunnya Pemerintah Kota Bogor meningkatkan target pendapatan Pajak Hiburan, hal ini dikarenakan dalam Realisasinya pendapatan Pajak Hiburan setiap tahunnya selalu melebihi target yang telah ditetapkan, pencapain realisasi Pajak Hiburan bahkan melebihi 100% dari target setiap tahunnya. Dapat dikatakan dengan sistem pemungutan pajak Self Assessment pada Pajak Hiburan, Pemerintah Kota Bogor telah berhasil melakukan pemungutan Pajak Hiburan. Tidak hanya melebihi target saja dalam realisasi penerimaan Pajak Hiburan juga setiap tahunnya mengalami peningkatan Realisasi pendapatan Pajak Hiburan di Kota Bogor cenderung meningkat setiap tahunya dengan peningkatan rata rat per tahunnya sebesar 52,72%. pendapatan Pajak Hiburan pada tahun 2006 sebesar Rp.1.299.689.292,- pada tahun 2007 meningkat sebesar 33,77% atau Rp.438.907.305,- pada tahun 2008 meningkat sebesar 82,48% atau Rp.1.434.028.345,- pada tahun 2009 meningkat sebesar 117,75% atau Rp.3.735.902.107,- pada tahun 2010

62 meningkat sebesar 17,48% atau Rp.1.208.143.064,-pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,02% atau Rp.569.473.173,-dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 57,81% atau Rp.5.021.262.362,-.Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2012 dikarenakan pada tahun 2012 banyak bertambah Tempat tempat hiburan di Kota Bogor seperti tempat rekreasi, tempat karoeke keluarga, pusat perbelanjaan, pusat kebugaran (fitness) di Kota Bogor. untuk mengupayakan realisasi penerimaan pajak Hiburan, pada tahun 2012 Dinas Pendapatan Daerah lebih mengupayakan sosialisasi berupa seminar dan penyuluhan kepada wajib pajak Hiburan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan para wajib pajak hiburan di kota Bogor. 4. Analisis Perkembangan Retribusi Daerah Kota Bogor Mengenai retribusi, Pemerintah Kota Bogor dengan mengacu pada Undang Undang No 28 Tahun 2009, telah membuat Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah : a. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum (12 jenis) b. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha (5 jenis) c. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2012 tentang Retribusi Perijinan Tertentu (3 jenis) Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Bogor disajikan dalam tabel berikut ini :

63 Tabel 4.5 Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Bogor Tahun 2006 2012 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%) Perkembangan (%) 2006 23.952.490.336 27.284.334.906 113,91 2007 25.919.360.647 28.321.236.370 109,27 3,8 2008 29.574.760.305 34.117.572.049 115,36 20,46 2009 32.659.468.294 37.078.652.284 113,53 8,6 2010 37.373.616.145 34.681.146.445 92,80-6,46 2011 32.638.903.970 35.950.801.655 110,15 3,66 2012 40.760.809.419 44.698.473.924 109,66 24,33 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor

64 Gambar 5 Grafik Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2006-2012 (Rp) MILIAR 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Target Realisasi Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa setiap tahunnya Pemerintah Kota Bogor meningkatkan target pendapatan Retribusi Daerah, hal ini dikarenakan dalam Realisasinya pendapatan Pajak Daerah setiap tahunnya cenderung melebihi target yang telah ditetapkan, pencapain realisasi Retribusi Daerah cenderung melebihi 100% dari target yang ditetapkan setiap tahunnya. Dapat dikatakan Pemerintah Kota Bogor berhasil melakukan pemungutan Retribusi Daerah. Dalam realisasi penerimaannya Retribusi Daerah cenderung meningkat, hanya pada tahun 2010 selain tidak memenuhi target realisasi penerimaan Retribusi Daerah juga sempat mengalami penurunan sebesar 6.46% atau Rp.2.397.235.839,- ini disebabkan oleh adanya penghapusan retribusi pasar, dimana sebelumnya retribusi pasar merupakan objek dari Retribusi Daerah, namun mulai tahun 2010 retribusi pasar dihapuskan, dan dikelola oleh PD Pasar Pakuan Jaya yang merupakan program dari Pemerintah Kota Bogor dimana PD Pasar Pakuan Jaya mengelola seluruh pasar pasar tradisional yang ada di Kota Bogor yang sebelumnya masuk dalam retribusi pasar. Berbanding terbalik dengan

65 pendapatan tahun 2010, pendapatan Retribusi Daerah pada tahun 2012 meningkat signifikan sebesar 24,33% atau Rp.8.747.672.269,- ini merupakan peningkatan terbesar dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. dengan peningkatan penerimaan rata rata sebesar 8,99% per tahun. Peningkatan yang signifikan pada tahun 2012 ditunjang oleh perkembangan Kota Bogor yang menunjang meningkatya pendapatan dalam sektor retribusi jasa umum,retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu B. Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Kota Bogor Untuk menganalisis kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Bogor maka penulis akan menyajikan analisis data dan pembahasan berikut ini :

66 Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Kota Bogor Tahun 2006-2012 Tahun Pajak Hotel (Rp) Pajak Restoran (Rp) Pajak Hiburan (Rp) Retribusi Daerah (Rp) PAD (Rp) Pajak Hotel Kontribusi (%) Pajak Restora n Pajak Hibur an Retrib usi Daera h 2006 3.028.421. 044 10.709.1 06.013 1.299.689.292 67.174.587. 720 67.488.062. 219 4,49 15,87 1,92 40,62 2007 3.299.162. 210 11.898.2 68.356 1.738.596.597 79.681.810. 744 79.659.761. 934 4,14 14,94 2,18 35,54 2008 4.285.733. 901 14.188.9 20.460 3.172.624.942 97.483.046. 688 97.730.780. 727 4,38 14,52 3,25 35,00 2009 6.219.679. 143 18.798.1 89.871 6.908.527.049 116.329.04 1.260 115.921.66 0.827 5,36 16,22 5,96 31,87 2010 8.207.834. 538 23.342.4 16.373 8.116.670.113 127.488.08 9.831 127.488.08 9.831 6,44 18,31 6,37 27,20 2011 15.704.258.353 27.252.8 02.195 8.686.143.286 230.449.64 4.620 230.449.64 4.620 6,81 11,82 3,77 15,60 2012 27.528.683.203 39.510.7 89.644 13.707.40 5.648 44.698.473. 9244 300.568.78 2.615 9,16 13,14 4,56 11,26 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor

67 Gambar 6 Grafik Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Kota Bogor Tahun 2006-2012 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Retribusi Daerah Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan : 1. Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kota Bogor Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD selama tahun 2006 2012 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD yaitu sebesar 4,49 % sempat mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 0,35% menjadi 4,14% pada tahun 2008 kembali meningkat sebesar 0,28% menjadi 4,38%, tahun 2009 meningkat sebesar 0,98% menjadi 5,36%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,08 menjadi 6,44% pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,37% menjadi 6,81% pada tahun 2012 meningkat sebesar 2,35% menjadi 9,16%. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 9,16%, Sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2007 dengan kontribusi sebesar 4,14%. Rata rata kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kota Bogor sebesar 5,89% per tahun. Sesuai dengan standar yang

68 ditetapkan dalam Tim Litbang Depdagri menunjukkan hasil kurang memberikan kontribusi. Dapat dikatakan kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD masih rendah. 2. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Bogor Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD selama tahun 2006 2012 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD sebesar 15,87% sempat mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 0,73% menjadi 14,94% pada tahun 2008 kembali meningkat sebesar 0,42% menjadi 14,52% pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,7% menjadi 16,22 pada tahun 2010 meningkat sebesar 2,09 menjadi 18,31% pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 6,49% menjadi 11,82% pada tahun 2012 meningkat lagi sebesar 1,32% menjadi 13,14% Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 18,31%, Sedangkan kontribusi terendah pada tahun 2011 sebesar 11,82%. Rata rata kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kota Bogor sebesar 14,97% per tahun. Sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Tim Litbang Depdagri menunjukkan hasil kurang memberikan kontribusi. Dapat dikatakan kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD kota Bogor masih rendah. 3. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD kota Bogor Kontribusi Pajak Hiburan kota Bogor pada tahun 2006 2012 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 kontribusi Pajak Hiburan sebesar 1,92% pada tahun 2007 meningkat sebesar 0,26 menjadi 2,18 pada tahun 2008 meningkat sebesar 1,07% menjadi 3,25% pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,71% menjadi 5,96% pada tahun 2010 meningkat sebesar 0,41% menjadi 6,37% pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 2,6% menjadi 3,77% pada tahun 2012 kembali meningkat sebesar 0,79% menjadi 4,56%.Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 6,37%, sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,92%. rata rata kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD Kota Bogor sebesar

69 3,61% per tahun. Sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Tim Litbang Depdagri menunjukkan hasil kurang memberikan kontribusi. Dapat dikatakan kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD Kota Bogor sangat rendah. 4. Analisis Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD Kota Bogor Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD selama tahun 2006-2012 mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 kontribusi Retribusi Daerah sebesar 40,62% pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 5,08% menjadi 35,54% pada tahun 2008 menurun sebesar 0,54% menjadi 35,00% pada tahun 2009 menurun sebesar 3,13% menjadi 31,87% pada tahun 2010 menurun sebesar 4,67% menjadi 27,20% pada tahun 2011 menurun sebesar 11,6% menjadi 15,60% pada tahun 2012 menurun sebesar 4,34%. kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 40,62% sedangkan retribusi terendah pada tahun 2012 sebesar 11,26%. Rata rata kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Kota Bogor sebesar 28,15% per tahun. Sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Tim Litbang Depdagri menunjukkan hasil cukup memberikan kontribusi. Dapat dikatakan kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD cukup tinggi. C Upaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah Dari hasil pembahasan analisis perhitungan kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah. Merupakan tanggungjawab Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan upaya upaya dalam menunjang maupun meningkatkan sumber sumber penerimaan PAD khususnya yang berasal dari Pajak Daerah ( Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan) dan Retribusi Daerah. Salah satu langkah yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor adalah

70 melakukan Intensifikasi Pajak melalui dua cara yaitu uji potensi (checker) dan klarifikasi hasil pembayaran pajak terkait dengan system pemungutan Pajak Daerah di Kota Bogor adalah self assesment. Uji potensi pajak adalah pengkajian untuk melihat potensi pajak dengan menggunakan pengetahuan tentang perkembangan kondisi daerah dan struktur ekonomi dan sosial.dari kajian kondisi daerah ini akan ditentukan besar kecilnya pungutan Pajak Restoran, sedangkan kajian terhadap struktur ekonomi dan sosial lebih menekankan pada kemampuan untuk membayar pungutan pajak. Klarifikasi pembayaran pajak adalah memeriksa kewajaran antara pendapatan wajib pajak dengan pungutan pajak yang dikenakan. Selain itu Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor juga berupaya untuk menunjang peningkatan pendapatan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Retribusi Daerah dalam bidang sarana dan prasarana