Desain dan Implementasi Algoritma Thinning Paralel untuk Pengolahan Citra (Studi Kasus: Thinning Paralel pada Citra Sidik Jari)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

PENGENALAN HURUF HASIL DARI TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA FORWARD-ONLY COUNTER PROPAGATION

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN MODIFIED HAUSDORFF DISTANCE ABSTRAK

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

RESTORASI TOPOLOGI HASIL THINNING CITRA MAZE

ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK IMAGE THINNING DENGAN METODE ZHANG SUEN SKRIPSI SUCI INDAH SYAHPUTRI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

DAFTAR ISI. BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK 3.1 Diagram Alir Utama Kamera Web iii

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Skeletonization

PENGENALAN ABJAD AKSARA LATIN PADA KOMPUTER MENGGUNAKAN METODE SKELETONING

ABSTRAK. Michael Parlindungan ( ) Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

DETEKSI KERUSAKAN JALUR PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

By Emy. 2 of By Emy

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

Perbandingan Efektivitas Algoritma Blind-Deconvolution, Lucy-Richardson dan Wiener-Filter Pada Restorasi Citra. Charles Aditya /

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA TELINGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI HOUGH ABSTRAK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK KRIPTOGRAFI VISUAL TANPA EKSPANSI PIKSEL DAN ALGORITMA RLE

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan ( )

PENYISIPAN WATERMARK PADA CITRA GRAYSCALE BERBASIS SVD

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN METODE B.GATOS UNTUK RESTORASI CITRA DOKUMEN KUNO NON-LINIER. Arliansyah J2A

Verifikasi Sidik Jari Menggunakan Pencocokan Citra Berbasis Fasa Dengan Fungsi Band-Limited Phase Only Correlation (BLPOC)

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bahasa Inggris ada pepatah yang mengatakan a picture is worth a

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN METODA PHASE ONLY CORRELATION ABSTRAK

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

PENGENALAN POLA SIDIK JARI

Perancangan Deteksi Citra USG Kepala Janin untuk mencari Biparetal Diameter dan Head Circumference

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

STUDI PERBANDINGAN BEBERAPA ALGORITMA THINNING DALAM PENGENALAN POLA

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Kata kunci : citra, pendeteksian warna kulit, YCbCr, look up table

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FILTER GABOR ABSTRAK

IDENTIFIKASI WAJAH MANUSIA BERDASARKAN PERBANDINGAN PARAMETER TINGGI HIDUNG, LEBAR HIDUNG DAN JARAK MATA. Yusriani Laa Baan

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK MEMVERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCALITY PRESERVING PROJECTION

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari)

Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

PERBANDINGAN CITRA DENGAN ALGORITMA DITHERING ZHIGANG FAN, SHIAU FAN DAN STUCKI SEBAGAI MASUKAN KRIPTOGRAFI VISUAL

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

Penggunaan template matching sebagai salah satu metode dalam mengenali simbol juga mengalami perkembangan, yang terbaru adalah algoritma Optimized

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL BINARY PATTERN ABSTRAK

Morphological Image Processing

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM MENGHITUNG JUMLAH SUATU OBJEK PADA SUATU DAERAH PENGAMATAN ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI

PENERAPAN METODE DETEKSI TEPI CANNY UNTUK SISTEM PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN TUGAS AKHIR

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

Implementasi OpenCV pada Robot Humanoid Pemain Bola Berbasis Single Board Computer

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 Desain dan Implementasi Algoritma Thinning Paralel untuk Pengolahan Citra (Studi Kasus: Thinning Paralel pada Citra Sidik Jari) Edna Maria PT. Visitec Adiyasa Dinamika Jl. Rejomulyo I/1A Semarang 50125 Email: ednamaria81@yahoo.com Abstract Thinning is a process of reducing an object in a digital image to the minimum size necessary for machine recognition. After thinning, analysis on the reduced size image can be performed. Thinning is often used in pattern recognition techniques, which are essential parts of artificial intelligence. This case study found that fingerprint images before and after image processing using Parallel Thinning Algorithm. Method in parallel thinning algorithms is that the decision for individual pixel deletion is based on the results of the previous iteration. The Quality of image after thinning process depends on the quality of image before thinning process. Keywords : Thinning, Parallel Thinning, Pattern Recognition, Image Processing. 1. Pendahuluan Salah satu metode representasi informasi adalah berupa citra. Penelitian pada pengolahan citra bertujuan untuk menemukan teknik yang tepat, canggih dan aman untuk mendapatkan informasi dari sebuah citra. Misalnya di bidang kedokteran, membutuhkan informasi tentang analisis gambar medis, di bidang elektronika, untuk pengecekan bentuk jalur pada pembuatan PCB (Printed Circuit Board), serta untuk keamanan membutuhkan pengenalan sidik jari, teks dan tulisan tangan juga pengolahan dokumen [1]. Dalam teknik pengolahan citra dikenal suatu metode pengenalan pola atau pattern recognition. Salah satu proses awal yang penting dalam pengenalan pola adalah algoritma thinning. Algoritma thinning melibatkan penghapusan titik-titik atau lapisan-lapisan dari sebuah pola sampai semua garis atau kurva selebar satu piksel [1]. Algoritma thinning sangat tepat digunakan untuk obyek yang terdiri dari bentuk garis lurus atau garis lengkung. Metode ini tidak efektif untuk obyek citra yang mempunyai bentuk area besar. Algoritma thinning merupakan pemrosesan awal obyek citra untuk analisa lebih lanjut. Proses tersebut menentukan bentuk kerangka 170

Algoritma Thinning Paralel (Maria) yang akan dihasilkan. Pada obyek citra yang sama, algoritma thinning menghasilkan bentuk yang tidak selalu tepat sama [2]. Sebagian besar algoritma thinning bersifat iteratif, salah satunya adalah algoritma thinning paralel. Pada setiap iterasi, piksel tepi diperiksa berdasarkan kriteria apakah piksel tepi tersebut akan dihapus atau tidak [1]. Pemahaman dasar algoritma thinning diperlukan dalam rangka menerapkan konsep algoritma tersebut pada pengolahan citra. Pola citra akan dikenali melalui bentuk dasar penyusun citra (kerangka). 2. Tinjauan Pustaka Pada dekade yang lalu, banyak algoritma thinning telah dikembangkan. Beberapa algoritma klasik sudah memperoleh hasil yang baik, tetapi masih ada beberapa kekurangan. Sebagai contoh, beberapa algoritma thinning tidak bisa menjaga konektifitas dari suatu citra. Dalam Algoritma Zhang-Suen, kerangka citra dihasilkan dengan menghapus piksel-piksel citra yang bukan kerangka citra tersebut. Agar konektifitas antar piksel kerangka tetap terjaga, maka iterasi dibagi menjadi dua sub-iterasi. Penghapusan titik pada citra di setiap sub-iterasi harus melewati empat syarat terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghapus titik batas dan sudut pada pola tersebut [3]. Pada penelitian terbaru diusulkan algoritma thinning paralel yang lebih efisien dan cepat untuk pengenalan karakter tulisan tangan. Beberapa aturan baru digunakan untuk memecahkan masalah disconnectivity. Dan informasi kontur ditambahkan untuk mengatasi hilangnya informasi yang mungkin terjadi dari hasil proses algoritma thinning. Pada algoritma ini, beberapa sifat dasar dalam algoritma thinning seperti ketebalan satu piksel dan konektifitas dapat ditentukan [4]. Thinning memainkan peran utama dalam sistem pengenalan pola pada Image Computer Analysis dan Machine Vision antara lain pengenal teks secara otomatis, klasifikasi sidik jari, analisis kromosom, inspeksi PCB (Printed Circuit Board) secara otomatis, analisis pola pada akar tanaman [5], serta di bidang kedokteran yang telah sukses diterapkan pada tiga aplikasi medis yaitu Asessment of laryngotracheal stenosis (LTS) untuk mendeteksi penyakit radang tenggorokan, Assessment of infrarenal aortic aneurysm (AAA) untuk mendeteksi penyakit yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah pada perut, dan Unravelling the colon untuk mendeteksi penyakit polip dan kanker. 3. Algoritma Thinning Paralel Thinning merupakan langkah penting dalam operasi analisis citra seperti pengenalan karakter optik, pengenalan sidik jari dan pemrosesan dokumen. Thinning bekerja dengan menghapus titik atau lapisan dari sebuah pola sampai membentuk garis atau kurva selebar satu piksel. Hasil dari garis atau kurva dinamakan kerangka obyek. Tidak ada definisi matematika dari sebuah kerangka; penerapan metode thinning yang berbeda pada sebuah pola memberikan hasil yang berbeda. 171

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 Pendekatan umum untuk menghasilkan kerangka terdiri dari penghapusan pada setiap iterasi semua piksel tepi kecuali piksel kerangka obyek. Piksel-piksel tepi adalah yang merupakan batas-batas (termasuk lubang) yang ada pada pola. Sebagian besar algoritma thinning bersifat iteratif, salah satunya adalah algoritma thinning paralel. Pada setiap iterasi, piksel tepi diperiksa berdasarkan kriteria apakah piksel tepi tersebut akan dihapus atau tidak [1]. Algoritma thinning yang cukup dikenal adalah Algoritma Thinning Zhang- Suen (1984)[3]. Algoritma ini menggunakan metode paralel yang berarti bahwa nilai baru diperoleh hanya bergantung pada nilai iterasi sebelumnya. Sebuah citra biner ditentukan oleh matrik I dimana setiap piksel I(i,j) bernilai 1 atau 0. Pola citra terdiri dari piksel-piksel yang bernilai 1. Pola tersebut mempunyai ketebalan lebih dari satu elemen. Transformasi yang bersifat iteratif diterapkan pada matriks I titik demi titik menurut nilai dari sekumpulan kecil titik-titik tetangga. Diasumsikan bahwa tetangga dari titik (i,j) adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Titik P 1 dan Delapan Titik Tetangganya Pada pengolahan citra secara paralel, nilai baru diberikan pada sebuah titik pada iterasi ke-n tergantung pada nilainya sendiri sebaik nilai dari delapan tetangga pada iterasi ke-(n-1), sehingga semua titik citra dapat diproses secara simultan. Diasumsikan penggunaan jendela 3 x 3 dan setiap elemen terhubung pada elemen delapan tetangganya. Algoritma ini terdiri dari dua sub-iterasi. Pada sub-iterasi yang pertama, titik kontur P 1 dihapus jika memenuhi kondisi berikut : dimana nilai A(P 1 ) adalah jumlah dari pola 0-1 sesuai urutan P 2... P 9, yang merupakan tetangga dari P 1,, seperti terlihat pada Gambar 2. B(P 1 ) adalah jumlah dari tetangga P 1 yang tidak bernilai 0, dimana : 172

Algoritma Thinning Paralel (Maria) Gambar 2 Nilai A(P 1 ) dari Pola 0-1 Jika ada kondisi yang tidak memenuhi syarat, seperti contoh pada Gambar 2 yaitu A(P 1 ) = 2, maka titik P 1 tidak dihapus dari citra. Pada sub-iterasi kedua, hanya kondisi (c ) & (d ) yang berubah, yaitu : Oleh kondisi (c) dan (d) dari sub-iterasi yang pertama, hanya menghapus batas selatan-timur dan titik sudut utara-barat yang bukan merupakan milik dari kerangka citra. Gambar 3 Citra Awal Gambar 4 Citra Hasil Langkah I pada Iterasi I 173

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 Gambar 5 Citra Hasil Langkah II pada Iterasi I Gambar 6 Hasil Akhir Thinning Gambar 6 menunjukkan hasil akhir dari proses thinning yaitu setelah melalui beberapa iterasi. Gambar 7 Contoh Hasil Thinning Algoritma Zhang-Suen Nilai konektifitas adalah sebuah ukuran berapa objek yang terhubung dengan piksel tertentu [2] yaitu: dimana, N k adalah warna dari kedelapan piksel tetangga yang dianalisa, N 0 adalah piksel tengah, N 1 adalah nilai warna piksel di sebelah kanan piksel tengah dan sisanya diberi nomor searah jarum jam sekeliling piksel tengah-tengahnya. Contoh seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Penomoran Piksel pada 8-Tetangga, N 0 adalah Piksel yang sedang Dievaluasi 174

Algoritma Thinning Paralel (Maria) Gambar 9 menggambarkan nilai konektifitas dengan a) merepresentasikan nilai konektifitas = 0, b) merepresentasikan nilai konektifitas = 1, c) merepresentasikan nilai konektifitas = 2, d) merepresentasikan nilai konektifitas = 3, dan e) merepresentasikan nilai konektifitas = 4. 4. Desain Aplikasi Gambar 9 Nilai Konektifitas Gambar 10 merupakan diagram alir atau flowchart Algoritma Thinning Paralel. Proses diawali dari menyimpan citra asli dalam bentuk matriks I dan mengkonversi nilai citra biner I menjadi citra dengan intensitas ketepatan nilai double. Proses dilanjutkan dengan memberi nilai pada T untuk ukuran tinggi citra dan L untuk ukuran lebar citra, memberi nilai pada P yang adalah matriks nol untuk mewakili nilai delapan titik tetangga. Sedangkan matriks J dan K menyimpan citra duplikat dengan tujuan agar citra hasil akhir dapat dibandingkan dengan citra asli. Variabel UBAH menyimpan nilai awal dari jumlah piksel yang berubah selama iterasi. Selama nilai UBAH tidak sama dengan 0, maka iterasi akan terus dilakukan. Kemudian masuk ke sub iterasi I, untuk b yang mewakili baris ke-2 sampai tinggi citra dikurangi -1 dan untuk k yang mewakili kolom ke-2 sampai lebar citra dikurangi -1. Jika piksel yang diperiksa (matriks J baris ke-b dan kolom ke-k) bernilai 1 maka nilai P, A dan B dicari jika memenuhi syarat penghapusan piksel pada sub iterasi yang pertama maka piksel (matriks K) akan diberi nilai 0 dan nilai UBAH ditambah satu kemudian masuk ke sub iterasi yang kedua, jika tidak memenuhi syarat maka piksel akan diperiksa di sub iterasi yang kedua (dengan kondisi nilai piksel tetap). Pada sub iterasi kedua matriks J mengambil nilai dari matriks K. Pada sub iterasi kedua piksel bernilai 1 akan diperiksa dan jika memenuhi syarat penghapusan maka piksel diberi nilai 0 dan nilai UBAH ditambah satu kemudian setelah keluar dari sub iterasi II maka nilai J ditukar dengan nilai K, jika nilai UBAH sama dengan 0 atau tidak ada piksel yang berubah maka proses SELESAI. Dari algoritma thinning tersebut kemudian diimplementasikan pada sistem yang dirancang. Masukan (input) sistem berupa citra sidik jari biner yang mempunyai ukuran piksel yang berbeda, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Rancangan keluaran (output) dari sistem berupa Citra dan Grafik, yaitu: Citra Biner, Citra Hasil Thinning, Grafik Perubahan Iterasi dan Grafik Frekuensi, Info Citra. Perancangan antarmuka berisi perancangan input data gambar, output, dan menu, seperti pada Gambar 11. Antarmuka program ini diimplementasikan dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface) yang disediakan oleh Software Matlab 7.0 dan fungsifungsi yang ada di dalamnya. Hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 12. 175

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 176 Gambar 10 Flowchart Algoritma Thinning Paralel

Algoritma Thinning Paralel (Maria) Tabel 1 Ukuran Piksel Citra Sidik ari Gambar 11 Rancangan Antarmuka Utama 177

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 Gambar 12 Antarmuka Program 4. Implementasi Algoritma Thinning Paralel Adapun pseudocode dari algoritma thinning paralel ini seperti ditunjukkan pada Kode Program 1. Kode Program 1 Pseudocode Algoritma Thinning Paralel I = citra asli J = citra sementara K= citra sementara J = I K= I //Ulang sampai tidak ada piksel yang berubah //Sub iterasi I Untuk semua piksel J(i,j) Hapus K(i,j) jika memenuhi syarat berikut ini : a) 2 <= B(i,j) <= 6 b) A(i,j)=1 c) P2*P4*P6 = 0 d) P4*P6*P8 = 0 selesai //Sub iterasi II Untuk semua piksel J(i,j) Hapus K(i,j) jika memenuhi syarat berikut ini : a) 2 <= B(i,j) <= 6 b) A(i,j)=1 c) P2*P4*P8 = 0 d) P2*P6*P8 = 0 178

Algoritma Thinning Paralel (Maria) selesai J = K selesai 5. Pengujian Aplikasi Pada pengujian aplikasi ini dicoba citra sidik jari yang berbeda ukuran dimensi dan resolusi. Hasil pengujian citra seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13 Citra Input dan Output a) Sebelum Thining b) Sesudah Thinning Gambar 13 menunjukkan citra sebelum dan sesudah thinning, citra bertipe bmp yang digunakan mempunyai dimensi 300 x 300 dan resolusi 100 dpi. Dari hasil pengujian dengan iterasi sebanyak delapan kali jumlah piksel yang berubah ada sebanyak 18458 piksel dengan waktu rerata CPU sebesar 0.2 detik. Grafik banyaknya iterasi dan jumlah piksel yang berubah selama proses iterasi ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 Grafik Iterasi Citra Twin_loop_300_100.bmp 179

Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 4. No. 2, Agustus 2007: 101-200 Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 16 erlihat bahwa grafik citra asli (sebelum thinning) mempunyai kerapatan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan grafik citra asli (sesudah thinning). Oleh karena citra yang digunakan adalah citra biner maka nilai pikselnya hanya 0 dan 1 (0 untuk piksel berwarna hitam dan 1 untuk piksel berwarna putih). Pengujian juga dilakukan pada citra dengan dimensi 600 x 600 pada resolusi 100 dpi dan pada citra dengan dimensi 300 x 300 dengan resolusi 500 dpi. Hasil pengujian menunjukkan citra degan dimensi 300 x 300, resolusi 500 dpi menghasilkn grafik iterasi yang sama dengan citra Twin_loop_300_100.BMP, sedangkan pada dimensi 600x600 tetapi resolusi 100 dpi menghasilkan grafik iterasi yang berbeda dengan citra Twin_loop_300_100.BMP. Gambar 15 Nilai Piksel Sebelum dan Sesudah Thinning Gambar 15 menunjukkan terjadinya perubahan nilai piksel pada posisi yang sama (sebelum dan sesudah thinning) dan ketebalannya berubah menjadi satu piksel. Gambar 16 Grafik Frekuensi Citra Sebelum dan Sesudah Thinning 180

Algoritma Thinning Paralel (Maria) Pada pengujian aplikasi ini juga ditemukan keuggulan dan kelemahan sistem seperti dijelaskan sebagai berikut. Implementasi algoritma Thinning Paralel pada sistem ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain penggunaan GUI (Graphical User Interface) dapat memudahkan user (pengguna), membuat sistem lebih user friendly. Melalui aplikasi ini, informasi dari citra sebelum diproses dan sesudah diproses dapat diketahui perbedaannya dalam waktu yang singkat serta grafik hasil iterasi dan grafik frekuensi citra hasil proses dari algoritma ini dapat diketahui. Sedangkan kelemahan dari implementasi algoritma Thinning Paralel diantaranya adalah belum sempurnanya penanganan kesalahan program atau error handling, dan kesempurnaan citra hasil thinning tergantung pada kualitas citra yang diinputkan. 6. Simpulan Simpulan yang dapat diambil setelah melakukan pengujian terhadap program ini antara lain algoritma Thinning Paralel mudah dan dapat diimplementasikan untuk pengolahan citra sidik jari, melalui program ini, informasi citra sebelum melalui proses Thinning dan sesudahnya dapat diketahui perbedaannya dalam waktu yang singkat. Kualitas citra hasil proses thinning tergantung dari kualitas citra asli sebelum diproses. 7. Daftar Pustaka [1] Das, Koushik. 2000. Design dan Implementation of an Efficient Thinning Algorithm. Indian Institute of Technology Kanpur. [2] Martin, Alberto dan Sabri Tosunoglu. 1999. Image Processing Techniques For Machine Vision. Florida International University Department of Mechanical Engineering. [3] Zhang, T.Y dan C. Y. Suen. 1984. A Fast Parallel Algorithm for Thinning Digital Patterns. Image Processing and Computer Vision. [4] Huang, Lei, Genxun Wan, dan Changping Liu. 2003. An Improved Parallel Thinning Algorithm. IEEE Proceedings of the Seventh International Conference on Document Analysis and Recognition (ICDAR 2003) 0-7695- 1960-1/03. [5] Xiwen, Luo dan Wu Changgao. 1999. The Application of Digital Image Processing to the Analysis of Root Pattern and Architecture. Proceedings of 99 International Conference on Agricultural Engineering, Beijing, China 181