BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada pola penyakit. Beberapa penyakit non-infeksi, termasuk penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI GAMBARAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYAKIT KATUP JANTUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus dan intensif karena

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat dibina

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan setiap warga negara Indonesia tinggal dalam

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

Pengamatan menunjukkan bahwa pasien PJB

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku dari orang tua terhadap anak bisa menjadi alasan

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB dapat dideteksi lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan di negara berkembang, pasien terkadang dibawa berobat setelah besar, disamping itu masih banyak ditemukan pasien masa neonatus dan bayi usia muda meninggal sebelum diperiksa oleh dokter. Di Indonesia, 7 hingga 8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan penyakit jantung bawaan (PJB). (2) Angka kejadian PJB yang tinggi menyebabkan kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering ditemukan di antara kelainan-kelainan bawaan jenis lain, seperti kelainan bawaan saluran cerna, paru, ginjal, anggota gerak. Anak dengan PJB memiliki kelainan struktur jantung yang dapat berupa lubang atau defek pada sekat ruang-ruang jantung, penyempitan atau sumbatan katup atau pembuluh darah yang berasal atau bermuara ke jantung, ataupun abnormalitas konfigurasi jantung serta pembuluh darah. Kelainan struktur tersebut dapat bersifat 1

tunggal ataupun berkombinasi sehingga menimbulkan PJB kompleks. (3) Walaupun terdapat banyak kasus PJB yang telah ditemukan, PJB dibagi menjadi dua tipe: PJB biru (sianotik), yaitu jenis PJB dengan manifestasi klinis sianosis. Sianosis (warna kebiruaan) ini disebabkan akibat >5 g/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi; PJB Asianotik yaitu PJB yang sesuai dengan namanya, pada pasien tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. (2) Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung yang menyebabkan peningkatan volume paru (plethora) dapat memberikan gejala yang menggambarkan derajat kelainannya. Derajat gangguan pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, serta komplikasi neurologis. (4)(11) Studi di negara maju dan di negara berkembang menunjukkan bahwa kasus penyakit jantung bawaan berkisar antara 6 sampai 10 per 1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup, (2) yang nampak berbeda adalah distribusi jenis penyakit jantung bawaan ke rumah sakit rujukan. Penelitian di Texas menunjukkan bahwa dari 1091 pasien yang dirawat dengan infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) selama 2 musim, 63% diidentifikasi memiliki jantung bawaan yang signifikan. (8) Pasien dengan PJB Asianotik jenis pirau kiri ke kanan sering mendapat 2

infeksi saluran napas, dan bila terkena lebih lama untuk sembuh dibanding anak normal. Gagal jantung memperburuk keadaan tersebut. Sering serangan infeksi saluran napas ini berlanjut menjadi pneumonia yang sering sulit dibedakan dari gagal jantung. Faktor yang dianggap menyebabkan berulangnya infeksis saluran napas adalah: (1) kompresi bronkus besar oleh atrium kiri atau a. pulmonalis yang membesar akibat hipertensi pulmonal; dan (2) terjadinya atelektasis atau edema paru akibat hiperfusi paru. (11) Anak PJB mempunyai resiko tinggi untuk mengalami ISPA akibat RSV terutama pada tahun pertama kehidupannya. Menurut Kim dan Jae (2011) sebagian besar populasi anak yang menderita infeksi RSV berusia kurang dari 2 tahun, dan PJB merupakan salah satu faktor resiko utama yang mengakibatkan keparahan infeksi pernafasan bawah. (5) Hal ini diperkuat laporan dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC), yang melaporkan bahwa bayi prematur, anak dibawah 2 tahun dengan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru kronis, anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kondisi medis atau perawatan medis yang terkena infeksi RSV sangat beresiko tinggi untuk berlanjut ke tahap severe disease. (7) Tingkat mortalitas pasien PJB dengan RSV di rumah sakit dilaporkan 24 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang 3

tidak terkena infeksi RSV. Akhir-akhir ini pada perawatan intesif, angka mortalitas pasien PJB dengan RSV menurun hingga 2%. Kebutuhan perawatan intensif dan mesin ventilasi pasien PJB dengan RSV masih tinggi dibandingkan dengan pasien PJB tanpa mengalami infeksi RSV atau tanpa kelainan kongenital pada anakanak. (5) Infeksi RSV sering mengancam bayi PJB yang disertai gagal jantung kongestif, sianosis, atau dengan hipertensi pulmonal. Komplikasi paru dan tahanan jalan nafas berkontribusi dengan bagaimana banyaknya usaha yang diperlukan pasien untuk bernafas. Jalan nafas pada bayi memiliki tahanan yang besar dibandingkan dengan anak yang berusia lebih tua akibat diameter yang mengecil. Peningkatan tahanan perifer mengakibatkan distribusi dari ventilasi udara, dan membuat bayi lebih rentan untuk mengalami hipoksemia. Aliran yang spontan dapat digambarkan oleh kapasitas fungsi residual, yang relatif sedikit pada bayi dan bayi cenderung berpotensi untuk mengalami ketidakserasian antara ventilasi-perfusi dan itu beresiko tinggi untuk kelemahan pernafasan. Mayoritas bayi dengan jantung univentrikular kompleks akan menjalani operasi yang meringankannya di masa awal dengan resiko peningkatan ketidakserasian ventilasi-perfusi, karena potensi dari infeksi RSV. (5) 4

Penyakit jantung bawaan asianotik merupakan bagian terbesar dari seluruh PJB dengan angka insidens yang lebih tinggi dibandingkan PJB sianotik. Di Poliklinik Jantung Anak RS Soetomo, dari Januari 1970 sampai dengan Desember 1985 tercatat 469 pasien PJB sianotik, sedang pasien yang asianotik adalah 1882. (11) Penelitian yang dilakukan di Semarang pada tahun 2005 mengenai ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan memberikan hasil bahwa didapatkan rata-rata episode ISPA pada PJB Asianotik 9-10 kali/tahun dan pada PJB sianotik 15-16 kali/tahun. (37) Banyaknya insidens PJB asianotik dengan berbagai derajat kelainan yang kemungkinan didapat pada pasien, salah satunya adalah infeksi saluran napas berulang yang sering menyerang anak PJB asianotik serta masih belum cukup banyak penelitian mengenai ISPA pada anak dengan PJB asianotik maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik di Rumah Sakit PHC Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah utama, yaitu: 5

Bagaimana gambaran ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik di Rumah Sakit PHC Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum 1. Mempelajari gambaran ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik di Rumah Sakit PHC Surabaya. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mempelajari jumlah pasien jantung bawaan asianotik yang menderita ISPA di Rumah Sakit PHC Surabaya. 2. Mempelajari gambaran klinis dan frekuensi ISPA sebulan terakhir (demam, batuk (jenis batuk, karakteristik batuk, durasi batuk), dan ada atau tidaknya pilek) pasien anak dengan jantung bawaan asianotik di Rumah Sakit PHC Surabaya. 6

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman dan proses belajar dalam menerapkan disiplin ilmu pediatri yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.4.2 Bagi instansi a. Peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sumber atau referensi untuk menjajaki penelitian dengan tingkatan yang lebih lanjut, dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta menjadi media pembelajaran selanjutnya bagi mahasiswa. b. Masyarakat Awam Peneliti dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengenalan dini gejala ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik. 7