Edisi Desember Edit_OK.indd 1 12/01/ :52:01

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

SEKRETARIAT JENDERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT TERM OF REFERENCE (TOR)

BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan.

KAJIAN TENTANG PERAN KODAM DALAM MENYIAPKAN KOMPONEN CADANGAN GUNA MENDUKUNG SISTEM PERTAHANAN SEMESTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALINAU;

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

GUBERNUR MALUKU SAMBUTAN GUBERNUR MALUKU PADA ACARA. PELANTlKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH REKTOR UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

SAMBUTAN PADA ACARA SYUKURAN PERINGATAN HARI BHAYANGKARA KE-69 TAHUN 2015 DIRANGKAIKAN DENGAN BUKA PUASA BERSAMA TANGGAL 1 JULI

1.1 Latar belakang masalah

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KAJIAN TENTANG PERANAN KOWIL DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN DASAR KEMILITERAN SECARA WAJIB GUNA MEWUJUDKAN KOMPONEN CADANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (public service. Perbaikan atau reformasi di bidang kepegawaian

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

Edisi Desember Edit_OK.indd 1 12/01/2013 13:52:01

Roket Multi Launcher (Multiple Launch Rocket System/MLRS) Astros Pada Pameran Indo Defence 2012 di Kemayoran, Jakarta Edisi Desember Edit_OK.indd 2 12/01/2013 13:52:02

www.tniad.mil.id Jurnal Vol. 32 No. 4 Desember 2012 Media Informasi dan Komunikasi TNI AD 6 18 D A F T A R I S I MERINTIS TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT YANG BERKELANJUTAN Oleh: Brigjen TNI Sisriadi 26 34 PERUBAHAN POLA PEMBINAAN LATIHAN TNI AD DIHADAPKAN KEPADA TANTANGAN TUGAS MASA KINI DAN MASA DEPAN Oleh: Brigjen TNI Dody Usodo Hargo. S, S.IP., M.M 40 46 PENDIDIKAN TNI AD DI MASA DEPAN: MENYIAPKAN SDM MENYONGSONG TNI AD YANG MODERN Oleh: Kolonel Arh Candra Wijaya 52 58 TANTANGAN BESAR BERNAMA PEMELIHARAAN (baca : MAINTENANCE) Oleh: Kolonel Kav Eko Susetyo MENYIAPKAN DOKTRIN BERTEMPUR DI ERA WARM PEACE Oleh: Mayor Inf Agus Harimurti, M.Sc, MPA TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT DIBIDANG PERSONEL SUATU KEHARUSAN Oleh: Brigjen TNI Jaswandi ANGKATAN DARAT PERLU MEMBUKA KURSUS KEPEMIMPINAN Oleh: Brigjen TNI Hartomo TRANSFORMASI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN TNI AD Oleh: Kolonel Chb Budi Prijono, S.T., MM. Edisi Desember Edit_OK.indd 3 12/01/2013 13:52:15

Jurnal Yudhagama Kata Pengantar Susunan Redaksi Jurnal Media Informasi dan Komunikasi TNI AD PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad, Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Kasahli Kasad. PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Czi Rukman Ahmad, S.IP. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Chb Firdaus Komarno, S.E.,M.Si. DEWAN REDAKSI : Kolonel Arh Erwin Septiansyah, S.IP. Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M. Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si. Kolonel Arh Heru Sudarminto, S.IP., M.Sc. KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Drs. Andi Suyuti, M.M. SEKRETARIS TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Dra. Sri Indarti ANGGOTA TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. M. Yakub Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd. Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos. Mayor Inf Supriyanto Kapten Inf Candra Purnama, S.H. Lettu Caj (K) Besarah Septiana M., S.S. DISTRIBUSI : Mayor Chb Gara Hendrik, A.Md. DESAIN GRAFIS : Serka Enjang TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Listin PNS Supriyatno REDAKTUR FOTO : Letkol Czi Drs. Syarifuddin Sara, M.Si. ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300, Alamat email : jurnalyudhagama@yahoo.co.id Salam Indonesia!! Tak terasa kita sudah memasuki penghujung tahun 2012, dimana program kerja selama satu tahun telah kita laksanakan dengan baik. Tentunya hal tersebut patut kita syukuri bersama, karena atas curahan rahmat dan hidayah-nya, seluruh Program Kerja dapat dilaksanakan sesuai dengan waktunya, termasuk penerbitan Jurnal Yudhagama Volume 32 Nomor 4 Desember 2012. Pada edisi kali ini, Jurnal Yudhagama menampilkan tulisan-tulisan aktual berisi informasi yang bersifat strategis mengenai Angkatan Darat yang berasal dari buah pikiran para perwira yang berpengalaman dan mempunyai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Seperti kita ketahui bersama, bahwa teknologi bukanlah satu-satunya penentu suatu peperangan. Untuk itu, TNI Angkatan Darat akan melakukan transformasi guna mengubah struktur dan budaya organisasi agar lebih siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa mendatang. Halhal yang diperlukan TNI AD dalam melaksanakan transformasi di segala bidang, Brigjen TNI Sisriadi mengulasnya dalam tulisan berjudul Merintis Transformasi Angkatan Darat yang Berkelanjutan. Pembaca yang budiman, perang dingin telah berakhir sejak dua dekade silam. Tidaklah berlebihan bila kita semua berharap bahwa dunia akan semakin aman, dimana seluruh umat manusia dapat hidup tenang dan damai berdampingan, tanpa harus terkotak-kotak atas dasar pertentangan ideologi kapitalisme vs komunisme. Untuk itulah, Kasi-2/Ops Brigif Linud 17/1 Kostrad Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA menuangkannya dalam tulisan berjudul Menyiapkan Doktrin Bertempur di Era Warm Peace. Sistem pembinaan latihan menjadi kunci penentu kesiapan satuan dalam menghadapi tugas, sehingga akan menjamin keberhasilan setiap operasi yang melibatkan TNI Angkatan Darat. Guna menjawab tantangan tugas masa kini dan yang akan datang, diperlukan suatu perubahan pola pembinaan 4 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 4 12/01/2013 13:52:17

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD latihan dalam rangka meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit. Oleh karenanya, Kepala Biro Persidangan dan Humas Setjen Wantannas Brigjen TNI Dody Usodo Hargo S., S.IP., M.M. mengulasnya dalam tulisan Perubahan Pola Pembinaan Latihan TNI AD Dihadapkan Kepada Tantangan Tugas Masa Kini dan Masa Depan. Dewasa ini, transformasi Angkatan Darat tidak semata berfokus pada perubahan paradigma, doktrin, strategi, atau teknologi saja. Tetapi juga mengedepankan aspek personel, sebab personel merupakan kunci dari transformasi. Transformasi Angkatan Darat dibidang personel ditujukan untuk memperkuat organisasi, sebab organisasi akan maju bila diawaki oleh personel yang hebat, termasuk yang akan mengawaki Alutsista modern. Untuk itulah, Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Jaswandi membahasnya dalam tulisan Transformasi Angkatan Darat Dibidang Personel Suatu Keharusan. Pendidikan TNI Angkatan Darat merupakan salah satu parameter dan obyek transformasi TNI Angkatan Darat. Sumbangan pemikiran dari Danmenarhanud-1/F Kodam Jaya Kolonel Arh Candra Wijaya yang berjudul Pendidikan TNI AD Dimasa Depan: Menyiapkan Sumber Daya Manusia Menyongsong TNI AD Yang Modern turut menjadi bagian penting dalam jurnal edisi akhir tahun ini. Masih berkaitan dengan transformasi TNI Angkatan Darat, Dansecapaad Brigjen TNI Hartomo pun turut serta menyumbangkan buah pemikirannya dalam tulisan Angkatan Darat Perlu Membuka Kursus Kepemimpinan. Tulisan tersebut mengupas tentang gambaran kualitas kepemimpinan di lingkungan TNI Angkatan Darat saat ini pada tingkat strata taktis dan operasional mengalami penurunan, yang ditandai dengan banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para unsur pimpinan di satuan, baik dalam bentuk kegagalan dalam memimpin satuan maupun kegagalan sebagai pemimpin itu sendiri. Selain tulisan dari Dansecapaad, Aslog Kasdam IX/ Udayana Kolonel Kav Eko Susetyo juga memberikan buah pikirnya kedalam tulisan berjudul Tantangan Besar Bernama Pemeliharaan (baca: Maintenance). Alutsista modern yang akan melengkapi kemampuan (capability) TNI Angkatan Darat kedepan tidak bisa dipelihara dengan cara amatiran. Untuk itulah, didalam tulisan ini akan dijelaskan langkah penting dalam aspek pemeliharaan guna mewujudkan kesiapan materiil TNI Angkatan Darat. Yang tak kalah menariknya, tulisan dari Paban II/ Renproggar Srenad Kolonel Chb Budi Prijono, S.T., M.M. berjudul Transformasi Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran TNI AD dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca setia Jurnal Yudhagama. Akhirnya segenap redaksi Jurnal Yudhagama menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat dimasa yang akan datang. Tak ada gading yang tak retak, redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi kali ini senantiasa dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca! Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi: a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI Angkatan Darat. b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat. c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya. Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi. Volume 32 No. 4 Desember 2012 5 Edisi Desember Edit_OK.indd 5 12/01/2013 13:52:17

Jurnal Yudhagama MERINTIS TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT YANG BERKELANJUTAN Oleh : Brigjen TNI Sisriadi (Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan RI) Transformasi Angkatan Darat pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mengubah karakteristik organisasi Angkatan Darat, agar mampu berkompetisi dengan negara lain melalui pengembangan kemampuan, restrukturisasi organisasi dan perumusan konsepkonsep baru dalam penyelenggaraan tugas-tugas operasional, guna mewujudkan satuan-satuan yang dapat diandalkan dalam rangka melindungi kepentingan nasional. Pada pelaksanaan Rabinniscab tahun 2012, Kasad dan Wakasad menyampaikan pengarahan di depan para peserta Rabinniscab yang intinya berisi pokok-pokok keinginan pimpinan untuk melakukan perubahan Angkatan Darat kearah yang lebih baik. Secara substansial, pengarahan tersebut pada hakekatnya merupakan direktif pimpinan Angkatan Darat kepada seluruh pimpinan di semua tingkatan dalam menyikapi perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks. Salah satunya adalah perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mengubah karakteristik peperangan masa kini. Sebagaimana diketahui, perkembangan di bidang teknologi telah menghasilkan aplikasi teknologi militer yang semakin canggih. Perkembangan tersebut harus disikapi sebagai sebuah tantangan karena pemerintah sampai saat ini baru mampu membiayai pengembangan kemampuan TNI secara terbatas. Dalam kondisi seperti itu, upaya untuk mewujudkan minimum essential force merupakan langkah yang paling relevan dalam rangka mewujudkan kemampuan TNI yang memiliki efek penggentar terhadap pihak manapun yang akan menjadi ancaman bagi kedaulatan dan keselamatan negara serta keutuhan wilayah NKRI. Sebagai bagian integral TNI, Angkatan Darat perlu mengembangkan pemikiranpemikiran inovatif para perwiranya, agar keterbatasan sistem senjata teknologi tidak menjadi penghalang bagi upaya untuk mewujudkan Angkatan Darat yang handal, sehingga dapat menjamin tetap tegaknya kedaulatan dan terpeliharanya keutuhan wilayah NKRI. Sejarah telah membuktikan bahwa teknologi bukanlah satu-satunya penentu kemenangan suatu perang. Kegagalan Amerika Serikat di Vietnam merupakan bukti sejarah yang tidak dapat disangkal. Pasukan Amerika Serikat yang dikenal dengan keunggulan teknologi militernya, ternyata telah dibuat malu oleh pasukan Vietnam yang inferior. Belajar dari pengalaman tersebut, kita harus yakin bahwa kecil tidak berarti lemah. Kita juga harus yakin bahwa the man behind the gun adalah kunci kemenangan dalam peperangan. Namun demikian, keyakinan saja tidak cukup. Angkatan Darat harus melakukan transformasi menyeluruh, antara lain dibidang doktrin, organisasi, latihan, pendidikan, pembinaan personel, pengembangan kepemimpinan, pembinaan materiil, pembinaan teritorial dan bidang-bidang lainnya. Transformasi bukanlah pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk mendukung strategi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari kondisi tersebut, tulisan ini mencoba mengelaborasi pokok-pokok keinginan Pimpinan Angkatan Darat untuk melakukan perubahan menyeluruh agar mampu menjawab tantangan tugas kedepan yang semakin kompleks. Tulisan ini diharapkan 6 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 6 12/01/2013 13:52:17

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD dapat menjadi stimulus bagi munculnya pemikiranpemikiran inovatif di kalangan Perwira Angkatan Darat untuk membuat peta jalan transformasi Angkatan Darat. Penulis menganggap perlu mengemukakan hal tersebut karena sampai saat ini Angkatan Darat belum memiliki cetak biru peta jalan transformasi yang dapat dijadikan pedoman untuk mewujudkan transformasi Angkatan Darat secara berkesinambungan. URGENSI TRANSFORMASI. Perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis telah menciptakan kondisi keamanan global, regional dan nasional yang menuntut Angkatan Darat untuk melakukan perubahan. Berbagai perubahan yang dilakukan selama era reformasi telah mereposisi Angkatan Darat pada kedudukan yang tepat dalam tatanan politik nasional. Angkatan Darat telah menarik diri dari kehidupan politik praktis, menghentikan kegiatan bisnisnya, bahkan lebih cepat dari batas waktu yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Angkatan Darat juga telah meredefinisi fungsi dan perannya sebagai alat pertahanan negara. Angkatan Darat telah kembali kepada jati-dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Namun demikian, reformasi internal di lingkungan Angkatan Darat belum membawa perubahan yang signifikan terhadap cara-cara Angkatan Darat dalam menyelenggarakan core business-nya. Perubahan yang terjadi lebih disebabkan oleh tekanan eksternal yang bernuansa politik, bukan berdasarkan kebutuhan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan keamanan nasional. Oleh karena itu, Angkatan Darat harus mengambil langkah-langkah terstruktur untuk melakukan transformasi guna mengubah struktur dan budaya organisasi agar lebih siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks pada masa mendatang. Secara harfiah, reformasi mengandung makna kembali (re) ke bentuk semula (formation), sedangkan transformasi mengandung arti proses perubahan karakteristik Angkatan Darat dalam rangka berkompetisi dengan militer negara lain dengan menggunakan konsep baru. Dalam kaitannya dengan Angkatan Darat, transformasi harus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas Angkatan Darat sebagai komponen utama pertahanan negara yang bertanggung jawab atas tetap tegaknya kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI. Transformasi adalah kebutuhan mendesak dan harus segera dilakukan guna mewujudkan keunggulan Angkatan Darat diantara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kewibawaan yang pernah diraih bangsa Indonesia pada masa orde baru harus diwujudkan kembali. Untuk itu, Angkatan Darat tidak bisa terus mempertahankan kondisi yang ada saat ini, tetapi harus melakukan transformasi. Sedikitnya ada tiga alasan mengapa Angkatan Darat perlu segera melaksanakan transformasi. Pertama, adanya optimisme pemerintah bahwa perekonomian nasional semakin membaik. Artinya, ada harapan meningkatnya kemampuan pemerintah untuk mendukung pembangunan dibidang pertahanan negara pada masa mendatang. Apabila tidak segera melakukan upaya-upaya transformasional sejak saat ini, maka Angkatan Darat akan terlambat manakala pemerintah mampu memberikan dukungan anggaran pertahanan negara yang memadai. Kedua, saat ini negara-negara tetangga terus membangun kapabilitas militernya dengan menambah kekuatan sistem senjata teknologinya. Hal ini tidak boleh membuat kita merasa rendah diri karena semua pemimpin militer profesional di dunia tahu bahwa kemenangan perang tetap ditentukan oleh the man behind the gun. Rendahnya anggaran pertahanan tidak boleh menjadi pemaaf untuk tidak melakukan upaya peningkatan kapabilitas Angkatan Darat sebagai alat pertahanan negara, apalagi menyalahkan pemerintah yang tidak mampu memberikan dukungan anggaran untuk mengadakan Alutsista baru. Mentalitas seperti itu akan menjadikan Angkatan Darat lemah. Membiarkan Angkatan Darat lemah sama artinya dengan menciptakan ancaman potensial bagi kedaulatan dan keutuhan NKRI. Ketiga, perkembangan lingkungan strategis telah membuat akses terhadap teknologi semakin mudah karena teknologi menjadi semakin murah dan kemampuan manusia dalam penguasaan teknologi menjadi semakin baik. Angkatan Darat harus mampu mengembangkan inovasi untuk memanfaatkan teknologi bagi kepentingan aplikasi militer dengan harga terjangkau. Banyak sekali teknologi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Darat oleh industri dalam negeri dengan harga relatif terjangkau. DIMENSI TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT DAN PERMASALAHANNYA. Transformasi Angkatan Darat pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mengubah karakteristik organisasi Angkatan Darat, agar mampu berkompetisi dengan negara lain melalui pengembangan kemampuan, restrukturisasi organisasi dan perumusan konsep-konsep baru dalam penyelenggaraan tugastugas operasional, guna mewujudkan satuan-satuan yang dapat diandalkan dalam rangka melindungi kepentingan nasional. Karena luasnya cakupan Volume 32 No. 4 Desember 2012 7 Edisi Desember Edit_OK.indd 7 12/01/2013 13:52:18

Jurnal Yudhagama transformasi, transformasi Angkatan Darat perlu difokuskan pada dimensi tertentu yang dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur kemampuan organisasi militer secara akuntabel. Mengacu pada petunjuk strategis pimpinan Angkatan Darat, maka setidaknya ada enam dimensi yang dapat digunakan sebagai parameter transformasi, yaitu dimensi doktrin, organisasi, latihan, personel, materiil serta kepemimpinan. Dimensi Doktrin. Doktrin adalah ajaran, prinsip-prinsip dan konsepsi yang bersifat mendasar yang disusun berdasarkan hasil pemikiran terbaik yang mengalir dari teori dan pengalaman untuk diajarkan serta digunakan sebagai pedoman dalam tata kehidupan bangsa dan negara yang bersifat konsepsional sampai dengan yang bersifat operasional implementatif pada kurun waktu tertentu. 1 Bagi Angkatan Darat, doktrin merupakan elemen yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan operasional. Kiranya tidak berlebihan apabila doktrin dianggap sebagai mesin perubahan bagi organisasi militer. 2 Doktrin TNI AD harus hidup dan memberikan nafas bagi perencanaan operasi darat masa depan, jauh melebihi visi para pembuat doktrin itu sendiri. Sebagai contoh, konsep general staff yang diperkenalkan tentara Jerman pada abad XVII sampai saat ini masih diakui validitasnya dan masih digunakan hampir semua organisasi militer di seluruh dunia. Oleh karena itu, doktrin harus memberikan falsafah, menyatukan bahasa, tujuan, pola pikir dan pola tindak dalam semua satuan jajaran Angkatan Darat. Saat ini Angkatan Darat telah mengesahkan 34 naskah Buku Petunjuk Induk, 38 naskah Buku Petunjuk Pembinaan, 18 naskah Buku Petunjuk Operasi, 90 naskah Buku Petunjuk Administrasi, 69 naskah Buku Petunjuk Lapangan, 162 naskah Buku Petunjuk Teknik, 93 naskah Buku Petunjuk Pelaksanaan. Secara kuantitatif, itu jumlah yang cukup besar. Namun dari seluruh produk doktrin yang ada, nuansa penyeragaman format penulisan relatif dominan dibandingkan dengan substansi doktrin itu sendiri, sehingga peran doktrin sebagai pedoman pelaksanaan tugas kurang mengemuka. Penyeragaman format ini telah membuat banyak aspek operasional penting tidak terwadahi dalam doktrin. Para pengguna doktrin di lapangan mengalami kesulitan untuk menerapkan substansi buku petunjuk operasional dalam pelaksanaan latihan maupun tugas-tugas di lapangan. Artinya, secara kualitatif kita masih harus melakukan perubahanperubahan mendasar terhadap doktrin. Dihadapkan dengan kebutuhan operasional yang ada saat ini, substansi doktrin saat ini kurang memberikan panduan bagi perancang dan pelaksana operasi. Buku-buku petunjuk operasional yang berlaku saat ini belum memberikan gambaran tentang rancang bangun operasi tetapi lebih bersifat mengatur, sehingga konsep-konsep perencanaan operasi yang dihasilkan cenderung prosedural dan normatif. Pada gilirannya, para komandan satuan di lapangan tidak optimal dalam melaksanakan fungsi komando dan pengendalian operasi. Permasalahan ini antara lain disebabkan oleh rancang bangun doktrin yang disusun secara vertikal yang lebih kita kenal dengan Pohon Doktrin. Dalam struktur tersebut, Doktrin KEP berada di puncak pohon, selanjutnya diuraikan secara lebih detail dalam buku-buku petunjuk induk, petunjuk operasi, petunjuk pembinaan, petunjuk administrasi, petunjuk lapangan serta petunjuk teknis, sesuai kecabangan dan fungsi yang ada dalam organisasi Angkatan Darat. Penyusunan buku petunjuk seperti itu, secara administratif akan memudahkan perumusannya. Tetapi secara substansial, doktrin yang dihasilkan tidak akan bisa menjawab kebutuhan para komandan dan prajurit untuk melaksanakan tugastugas di lapangan. Idealnya, struktur penyusunan doktrin menggunakan pola lingkaran-lingkaran yang disusun secara konsentris, dimana Doktrin KEP berada di tengah lingkaran. Dengan struktur ini, substansi doktrin akan lebih menjawab tantangan tugas satuan di lapangan. Struktur seperti ini tetap akan memudahkan para pembuat doktrin dalam merumuskan isi doktrin yang lebih aplikabel. Keberadaan Doktrin KEP di pusat lingkaran akan menjadikan Doktrin KEP sebagai pusat, sekaligus sebagai sumber pemikiran bagi doktrin operasional, taktis dan teknis. Lingkaran kedua dari struktur doktrin adalah core business Angkatan Darat, yaitu buku petunjuk tentang Teritorial, Operasi dan Taktik yang dilengkapi dengan buku-buku petunjuk pendukungnya seperti buku petunjuk tentang Intelijen, Personel, Logistik, Perencanaan, Komando dan Pengendalian. Pada lingkaran ini dapat dikembangkan buku-buku petunjuk tentang cabang-cabang operasi darat, misalnya operasi intelijen, operasi teritorial, operasi lawan insurjensi, operasi khusus dan sebagainya. Selain itu, juga dapat dikembangkan buku-buku petunjuk tentang Binter dan penggunaan kesenjataan dalam operasi, seperti Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Penerbad, Zeni dan sebagainya. Pada lingkaran ketiga dikembangkan buku-buku petunjuk pendukung yang bersifat lebih teknis, misalnya buku petunjuk lapangan tentang satuan lapangan (Brigade, Batalyon, Kompi dan sebagainya), buku petunjuk tentang latihan, buku petunjuk tentang kepemimpinan dan sebagainya. 8 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 8 12/01/2013 13:52:18

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Selain substansi, perubahan yang perlu dilakukan pada dimensi doktrin adalah memilah dan memisahkan buku-buku petunjuk yang bersifat sebagai peraturan dari buku-buku petunjuk yang bersifat doktrin. Hal ini perlu dilakukan karena adanya kecenderungan dikalangan prajurit yang memperlakukan doktrin sebagai peraturan untuk dijadikan payung hukum bagi pelaksanaan tugas. Secara fungsional, doktrin bukanlah peraturan atau sebaliknya. Peraturan adalah produk hukum yang implikasinya adalah salah atau benar, sedangkan doktrin adalah pedoman tindakan bagi prajurit yang implikasinya menang atau kalah, gagal atau berhasil dalam tugas. Oleh karena itu, doktrin harus diikuti tetapi bukan dalam konteks patuh dan tidak patuh, melainkan diikuti sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan tugas. Doktrin harus membuka ruang bagi para pelaksana di lapangan untuk mengembangkan intuisi sesuai dengan kondisi tugas, medan, musuh dan pasukan sendiri di lapangan. Substansi doktrin harus dapat memberikan panduan bagi perancang dan pelaksana operasi darat, bukan bersifat aturan yang akan membelenggu para perancang operasi dan komandan satuan di lapangan. Doktrin harus memberikan ruang kreativitas dan inovasi kepada para perancang operasi serta memberikan ruang pengembangan intuisi bagi para komandan operasi di lapangan, baik pada tingkat strategis, operasional maupun taktis. Dalam penyusunannya, doktrin dibuat oleh lembaga pembina doktrin, sedangkan peraturan dibuat oleh Mabesad. Prioritas pertama yang perlu segera dilakukan adalah mengesahkan Doktrin KEP karena akan berperan sebagai sumber pemikiran dari seluruh doktrin Angkatan Darat. Substansi draft Doktrin KEP telah mengalami beberapa kali penyempurnaan sehingga yang secara substansial telah mewadahi pokok-pokok pikiran strategis tentang how we figth and how we do business (baca: bagaimana menyelenggarakan operasi darat dan bagaimana menyiapkan kemampuan dan kekuatan untuk penyelenggaraan operasi darat). Prioritas berikutnya adalah menyusun compendium doktrin Angkatan Darat yang berisi sinopsis bukubuku petunjuk utama yang berkaitan langsung dengan core business Angkatan Darat. Compendium ini harus memberikan gambaran ringkas tentang proses pengembangan masing-masing doktrin agar para pengguna mengetahui proses perumusan doktrin mulai dari perumusan konsep-konsep baru sampai dengan tersusunnya doktrin. Dengan adanya compendium doktrin maka akan memudahkan para pengguna doktrin untuk menemukan referensi yang diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam penugasan. Compendium harus selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi doktrin yang berlaku, agar para pengguna doktrin dapat memberikan masukan terhadap doktrin yang masih bersifat sementara. Dimensi Organisasi. Organisasi memiliki hubungan resiprokal dengan doktrin. Oleh karena itu perubahan doktrin seharusnya diikuti dengan pengkajian organisasi dalam rangka mengadopsi konsep-konsep baru yang dikembangkan dalam doktrin. Perubahan doktrin dilakukan sebagai langkah antisipatif untuk menghadapi perubahan hakekat dan karakteristik ancaman. Dengan sendirinya perubahan organisasi juga harus melihat ancaman sebagai pertimbangan utamanya serta mengadopsi konsep-konsep strategis, operasional dan taktis yang tertuang dalam doktrin. Bentuk, susunan dan dislokasi satuan-satuan Angkatan Darat harus dirancang sedemikian rupa agar memiliki respon (responsivness), daya gempur (striking power), daya tahan (sustainability) serta daya hidup (survivability) yang dapat diandalkan. Organisasi Angkatan Darat harus dirancang berdasarkan apa yang bisa dilakukan musuh (capabilitybased), bukan berdasarkan siapa atau dari negara mana yang akan menjadi musuh (threat-based). Berangkat dari pemahaman tentang kemampuan musuh, maka perlu dirumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki Angkatan Darat. Dengan gambaran tentang kemampuan tersebut, selanjutnya bentuk dan susunan organisasi dapat ditentukan. Dihadapkan dengan kemungkinan perkembangan militer negara tetangga sepuluh tahun kedepan, sedikitnya ada lima hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan organisasi Angkatan Darat. Pertama, adanya interoperabilitas. Interoperabilitas adalah kemampuan satuan untuk memberikan bantuan atau menerima bantuan atau bekerja sama dengan satuan lain sedemikian rupa sehingga satuan-satuan tersebut dapat melakukan kerjasama antar kesenjataan secara efektif. Kedua, terintegrasinya fungsi intelijen. Untuk mengantisipasi perkembangan ancaman kedepan, kemampuan intelijen Angkatan Darat harus mencakup technical intelligent (intelijen teknis) dan human intelijen (intelijen manusia) secara terintegrasi. Pengintegrasian intelijen teknis dan intelijen manusia sangat diperlukan karena keduanya memiliki kelemahan namun dapat saling menutup satu sama lain. Ketiga, adanya fleksibilitas. Fleksibilitas yang tinggi sangat diperlukan untuk menghadapi pertempuran asimetrik yang tidak lagi menggunakan pendekatan operasional secara linier. Satuan yang fleksibel harus bisa menyebar dan menyatu, muncul dan menghilang dengan cepat sehingga dapat memberikan pukulan yang tidak terduga oleh musuh. Keempat, adanya survivabilitas. Survivabilitas harus Volume 32 No. 4 Desember 2012 9 Edisi Desember Edit_OK.indd 9 12/01/2013 13:52:18

Jurnal Yudhagama didukung dengan kemampuan untuk memberdayakan logistik wilayah. Tanpa dukungan logistik wilayah, satuan-satuan lapangan tidak akan mungkin mampu beroperasi lama. Untuk itu maka setiap prajurit di semua jajaran satuan Angkatan Darat harus memiliki lima kemampuan teritorial yang melekat. Dengan demikian maka satuan-satuan Angkatan Darat akan mudah diterima masyarakat setempat dan akan mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat. Kelima, adanya kebebasan bertindak. Struktur organisasi satuan-satuan Angkatan Darat harus disusun sedemikian rupa, sehingga memiliki kebebasan bergerak di medan tempur. Dengan kebebasan bergerak yang dimilikinya, satuan-satuan Angkatan Darat akan dapat melakukan pendadakan strategis, operasional maupun pendadakan taktis dengan lebih baik. Organisasi Angkatan Darat harus digelar sesuai dengan konstelasi geografis, sehingga satuan-satuan Angkatan Darat dapat memberikan respons segera terhadap ancaman yang akan mengusik kedaulatan NKRI dari manapun datangnya. Untuk itu, perumusan kebijakan yang berkaitan dengan disposisi satuan harus memerhatikan asas-asas operasi militer yang meliputi asas tujuan, offensive, pemusatan, penghematan, manuver, kesatuan komando, keamanan, pendadakan dan kesederhanaan. 3 Untuk itu perlu dipertimbangkan redislokasi satuan-satuan Angkatan Darat dari Pulau Jawa ke tempat lain untuk menyebarkan decisive points dalam peperangan masa depan. Dalam konteks sistem pertahanan semesta, penyebaran pasukan menjadi salah satu faktor penting yang membentuk sifat kewilayahan dan kesemestaan perlawanan Angkatan Darat. Penyebaran tidak berarti meratakan jumlah satuan di semua mandala operasi, tetapi harus memperhitungkan faktor operasional seperti kemungkinan datangnya musuh dan disposisi pusat kekuatan Angkatan Darat sendiri serta faktor operasional lainnya. Maka dari itu, rencana redislokasi pasukan Angkatan Darat harus dilakukan secara seksama dan memperhitungkan semua faktor operasional tersebut. Dihadapkan dengan sistem pertahanan semesta, transformasi dibidang organisasi harus diarahkan untuk meningkatkan sustainabilitas dan survivabilitas satuan-satuan Angkatan Darat dalam penyelenggaraan perang berlarut. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi doktrin perang berlarut (misalnya: taktik gerilya dan lawan gerilya) dan mengintegrasikannya dalam struktur organisasi satuan-satuan taktis. Salah satu contoh pengintegrasian doktrin perang berlarut adalah melengkapi struktur organisasi satuan taktis dengan kerangka oganisasi satuan gerilya yang harus dibentuk manakala terjadi perlawanan berlarut. Selain apek struktural, transformasi organisasi juga harus menyentuh aspek kultural (budaya organisasi). Budaya organisasi sangat penting karena berkaitan dengan perilaku manusia sebagai agen perubahan. Budaya organisasi yang baik akan menjadi faktor pendorong bagi berlangsungnya proses perubahan secara signifikan. Organisasi Angkatan Darat harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga menjadi learning orgaization, yaitu suatu organisasi yang secara terusmenerus mentransformasi pengalaman menjadi pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi, sehingga berguna bagi pengembangan organisasi tersebut dalam menghadapi tantangan masa depan. 4 Untuk membentuk organisasi belajar, Angkatan Darat harus melakukan rekulturisasi untuk menyatukan karakter prajurit dalam rangka meningkatkan kualitas organisasi Angkatan Darat secara keseluruhan. Sebagai organisasi belajar, Angkatan Darat harus mengadopsi berbagai pengalaman organisasi menjadi taktik, teknik dan prosedur baru dalam rangka meningkatkan kemampuan dan mutu tempurnya. Untuk itu perlu dibentuk pemimpin lapangan yang mampu menumbuhkan suasana kondusif, dimana setiap orang dalam organisasi Angkatan Darat benar-benar menghargai pengetahuan serta memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas kemampuan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Sebagai salah satu subsistem dari sistem operasi tempur (battle operating system), organisasi harus dilihat sebagai sesuatu yang dinamis, karena di dalamnya terdapat prajurit yang memiliki daya cipta dan daya karsa. Organisasi belajar, adalah organisasi yang secara terus-menerus mentransformasi pengalaman menjadi pengetahuan yang digunakan bagi pengembangan organisasi tersebut sehingga dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Guna mewujudkan organisasi Angkatan Darat sebagai organisasi belajar, maka para pemimpin organisasi pada semua tingkatan harus didorong agar (1) senantiasa memberikan perhatian, mengukur dan mengendalikan perilaku anggotanya agar memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan organisasi; (2) mengaktualisasikan kemauan dan keberanian untuk memberikan koreksi terhadap perilaku prajurit yang tidak mendukung kemajuan organisasi; (3) mampu menjadi contoh bagi para pemimpin bawahannya dan melatih mereka untuk senantiasa berperan aktif dalam pengembangan organisasi; (4) memberikan rewards yang sepadan terhadap prestasiprestasi yang berhasil diraih oleh para pemimpin bawahan serta berusaha mendorong para pemimpin bawahan untuk menemukan metode-metode baru dalam memecahkan masalah organisasional. 10 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 10 12/01/2013 13:52:18

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Dimensi Latihan. Secara normatif, latihan satuan jajaran Angkatan Darat dapat dilaksanakan dan mencapai programprogram yang telah disusun setiap tahunnya. Namun demikian, hasil akhir latihan tersebut tidak tercermin pada kemampuan operasional satuan dalam pelaksanaan tugas-tugas di lapangan. Hal tersebut mencerminkan adanya masalah mendasar dibidang latihan yang harus mendapat prioritas pemecahan. Salah satu masalah menonjol adalah belum adanya kesinambungan antara materi latihan dengan tugastugas yang dihadapi satuan di daerah operasi. Hal ini mengakibatkan para prajurit dan komandan lapangan banyak menghadapi kendala taktis dalam pelaksanaan operasi, karena apa yang mereka temui di daerah penugasan tidak seperti yang mereka terima di daerah latihan. Masalah berikutnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah perilaku sebagian pemimpin lapangan yang kurang serius dalam menangani masalah latihan. Latihan dilaksanakan sekedar memenuhi program tahunan, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan satuan. Padahal, setiap prajurit harus mengerti bahwa tugas utama mereka adalah berlatih, bertempur dan memenangkan pertempuran. Keberhasilan dalam pertempuran tidak datang begitu saja tetapi hanya mungkin dicapai dengan latihan yang realistis, keras dan menantang. Latihan yang realistis akan membiasakan para prajurit dan pemimpin lapangan pada tugas-tugas pertempuran yang sebenarnya. Latihan yang keras akan membuat para prajurit dan pimpinan di lapangan terbiasa menghadapi friksi 5 yang disebabkan oleh kesulitan dan ketidakmenentuan dalam pertempuran. Sedangkan latihan yang menantang akan memberikan rangsangan kepada para prajurit dan pemimpin lapangan untuk mencari metode-metode baru dalam mengatasi masalah yang dihadapi di medan pertempuran. Untuk mewujudkan latihan yang realistis, keras dan menantang, maka upaya transformasi pada dimensi latihan diarahkan pada penataan sistem pembinaan latihan Angkatan Darat pada semua tingkatan. Upaya ini harus terintegrasi dengan transformasi bidang-bidang lain, terutama bidang doktrin. Apabila transformasi dibidang doktrin telah berjalan dengan baik, perubahan yang terjadi akibat dinamika perkembangan lingkungan strategis akan dapat diadopsi dalam doktrin. Perubahan yang terjadi pada doktrin harus sesegera mungkin diintegrasikan dalam sistem pembinaan latihan agar setiap prajurit dan pimpinan di lapangan sesegera mungkin beradaptasi dengan metode pertempuran baru yang dihasilkan oleh transformasi doktrin. Dengan demikian maka metode dan substansi latihan satuan akan mengalami perkembangan secara dinamis dan tidak akan terjadi stagnasi dalam pengembangan kemampuan prajurit dan satuan. Hal ini menuntut upaya resiprokal antara kegiatan pembinaan latihan di satu sisi dengan pembinaan doktrin di sisi yang lain. Upaya tersebut secara tidak langsung akan membantu pembina latihan dalam menyelaraskan peranti lunak bidang latihan dengan doktrin operasional yang berlaku. Sebaliknya, para pembina doktrin harus bekerja sama dengan pembina latihan untuk menguji doktrin baru yang diekstraksi dari pengalaman di medan operasi. Dengan adanya kerjasama semacam ini, konsep-konsep pertempuran kontemporer yang telah diadopsi dalam doktrin dapat diperkenalkan kepada prajurit secara dini, sehingga akan mengurangi deviasi antara doktrin-latihanoperasi. Pada tataran satuan, setiap komandan harus menyusun daftar panjang yang berisi tugas-tugas esensial satuan di medan tempur (mission essential tasks). Daftar itulah yang akan dijadikan acuan bagi komandan dan staf dalam menyusun rencana-rencana latihan bagi para prajurit dan satuannya. Dengan adanya daftar tugas esensial, maka apa yang dilatihkan akan selaras dengan apa yang akan dilakukan dalam pertempuran. Selain berorientasi pada pertempuran, latihan harus sesuai dengan doktrin yang dianut Angkatan Darat, yaitu doktin sistem pertahanan semesta yang menuntut para prajurit tidak hanya mahir bertempur secara konvensional, tetapi juga mampu melakukan pertempuran berlarut dalam peperangan asimetrik. Keberadaan Angkatan Darat adalah untuk menangkal perang dan mewujudkan perdamaian melalui kemenangan di medan pertempuran. Agar penangkalan dapat mencapai hasil yang baik, maka musuh harus mengetahui bahwa Angkatan Darat memiliki ketangguhan dan mampu memenangkan setiap pertempuran. Hal itu hanya mungkin dicapai apabila para prajurit dan satuan Angkatan Darat dilatih dengan benar. Latihan yang benar harus dimulai dengan konsep latihan yang berorientasi tempur (battle oriented training). Artinya, prioritas latihan satuan diarahkan pada pencapaian standar yang berlaku dalam pertempuran. Orientasi tempur dalam latihan akan memberikan pedoman kepada para komandan untuk mengerahkan sumberdaya yang tersedia dan menyusun rencana latihan berdasarkan apa yang akan dilakukan oleh satuan di medan pertempuran. Dimensi Personel. Manakala kita merujuk pada sistem pertahanan semesta, klausul yang mengatakan bahwa Alutsista Volume 32 No. 4 Desember 2012 11 Edisi Desember Edit_OK.indd 11 12/01/2013 13:52:18

Jurnal Yudhagama Angkatan Darat adalah prajurit adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Oleh karenanya, pembinaan personel Angkatan Darat harus menghasilkan the man behind the gun yang mampu mengawaki organisasi secara berhasil dan berdaya guna. Dalam kenyataannya, sistem pembinaan personel Angkatan Darat masih menghadapi beberapa masalah mendasar yang menyebabkan kinerja organisasi Angkatan Darat kurang optimal. Oleh karena itu, transformasi pada dimensi personel harus dititikberatkan pada berbagai aspek pembinaan personel. Pada aspek pembinaan kekuatan personel, masalah yang sangat menonjol adalah ketidakseimbangan komposisi personel dalam struktur organisasi. Misalnya, penumpukan personel berpangkat kolonel karena ketidakcukupan ruang jabatan dihadapkan dengan jumlah personel yang ada. Masalah berikutnya adalah rendahnya kualitas sistem informasi kekuatan personel. Meskipun telah didukung dengan peranti keras teknologi informasi yang memadai, namun pembinaan data personel tidak berlangsung dengan baik. Perbedaan data personel selalu terjadi pada semua tingkatan, baik di tingkat Mabesad maupun Kotama. Lemahnya pengendalian sistem informasi personel merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah ini. Sampai saat ini Angkatan Darat tidak memiliki basis data personel yang dapat digunakan untuk semua kepentingan yang berkaitan dengan personel, misalnya pembinaan kekuatan, pembinaan karier, pembinaan kesejahteraan prajurit dan sebagainya. Aspek pembinaan personel lain yang cukup menonjol adalah masalah pembinaan karier. Konsep the right man on the right place belum terwujud karena belum didukung dengan sistem pembinaan karier yang akuntabel. Disisi lain, masih ada kepentingan diluar sistem pembinaan karier yang ikut memengaruhi proses penempatan personel, terutama pada jabatanjabatan tertentu dalam struktur organisasi Angkatan Darat. Kondisi ini pada gilirannya berpengaruh pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Pada perspektif individu, pembinaan karier harus dapat memperkaya pengalaman dan meningkatkan kompetensi perwira sesuai jenjang kepangkatannya. Pada perspektif organisasi, pembinaan karier harus menempatkan perwira-perwira terbaik Angkatan Darat pada jabatanjabatan strategis, sehingga tugas-tugas Angkatan Darat dapat dicapai secara optimal. Konsep tour of duty dan tour of area harus diimplementasikan secara benar dengan mempertimbangkan merit system. Transformasi pada dimensi personel harus dimulai dari perbaikan sistem rekruitmen, terutama membersihkan proses rekruitmen dari spekulasi yang dilakukan oleh oknum anggota yang terkait dalam proses rekruitmen. Sampai saat ini, masyarakat percaya bahwa pendaftaran untuk menjadi prajurit Angkatan Darat memang tidak dipungut biaya, tetapi untuk diterima sebagai prajurit Angkatan Darat, mereka perlu membayar kepada oknum yang bisa meluluskan. Perbaikan dibidang ini akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas prajurit, karena rekruitmen merupakan titik awal dari siklus pembinaan personel. Pembinaan kekuatan personel perlu dirumuskan secara sinergis dengan penyusunan organisasi Angkatan Darat secara keseluruhan, karena kedua bidang tersebut memiliki kaitan yang sangat erat. Pembenahan sistem pendidikan harus dilakukan berdasarkan prioritas. Prioritas pertama yang perlu segera ditangani adalah pendidikan pertama. Para peserta didik (calon prajurit) akan menerima penanaman nilai-nilai dasar keprajuritan yang akan dibawa sampai akhir masa pengabdian. Oleh karena itu, para pelatih di lembaga pendidikan yang membentuk para prajurit harus benar-benar dipilih dari para pelatih terbaik di satuan. Selain melatih, mereka adalah sosok prajurit yang menjadi figur prajurit ideal yang akan terus diingat oleh para calon prajurit. Metode pendidikan yang sudah tidak relevan harus ditinjau kembali dan dilakukan perubahan dengan melibatkan banyak pihak terkait, terutama Dispsiad. Sebagaimana kita maklumi, pendidikan pertama prajurit pada dasarnya adalah pembentukan sikap dan perilaku masyarakat umum yang terpilih menjadi prajurit. Pendidikan pengembangan spesialisasi juga perlu diperluas cakupannya dengan memperkenalkan para peserta didik terhadap materi taktik, teknik dan prosedur antar kecabangan, terutama untuk pendidikan pengembangan spesialisasi perwira. Dengan demikian, maka para Perwira akan mampu membangun integrasi antar kecabangan dalam mengatasi masalah taktis di lapangan. Hal ini diperlukan karena operasi darat pada hakekatnya merupakan sistem yang terbangun dari beberapa subsistem yang saling terkait. Selain cakupan materinya, perubahan juga perlu dilakukan pada aspek metode pengajaran. Sistem pendidikan perwira Angkatan Darat harus dapat mencetak seniman perang yang berilmu, bukannya ilmuwan perang. Ilmuwan perang dapat dihasilkan oleh perguruan tinggi sipil, tetapi seniman perang hanya bisa dihasilkan dalam institusi militer. Untuk menghasilkan seniman perang, lembaga pendidikan di lingkungan Angkatan Darat harus dapat mengembangkan intuisi dan naluri perang para Perwira dengan menggunakan metode pengajaran yang tepat. Oleh karenanya, metode pengajaran yang membuat para perwira menjadi penghafal sejauh mungkin harus dihindari. Para Perwira harus dididik menjadi pemimpin yang dapat berpikir cepat dan kreatif manakala menghadapi permasalahan di lapangan. 12 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 12 12/01/2013 13:52:18

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Dimensi Materiil. Materiil merupakan salah satu elemen penting dalam membentuk kemampuan operasional Angkatan Darat. Oleh karena itu, Angkatan Darat harus dilengkapi dengan materiil yang memadai secara kualitas maupun kuantitas. Pada kenyatannya, kondisi materiil Angkatan Darat saat ini belum dapat diandalkan untuk mendukung strategi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan negara. Ini bisa dilihat dari usia pakai peralatan utama sistem senjata yang dimiliki Angkatan Darat saat ini. Belum tercapainya minimum essential force merupakan kendala bagi Angkatan Darat untuk melaksanakan tugas-tugas operasional dalam rangka penegakan kedaulatan NKRI. Apabila menilik lebih dalam dari aspek kualitas maka kendala tersebut menjadi semakin besar. Sebagian Alutsista Angkatan Darat telah berusia tua dan tidak dapat diandalkan. Dengan bertambahnya usia pakai maka biaya operasional menjadi semakin mahal, yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan operasional Angkatan Darat. Selama beberapa tahun terakhir, keterbatasan anggaran telah menyebabkan program pengadaan Alutsista Angkatan Darat belum dapat meningkatkan kuantitas Alutsista untuk memenuhi kebutuhan operasional. Ironisnya, anggaran yang sudah terbatas tersebut tidak dimanfaatkan secara tepat untuk mengadakan Alutsista yang benar-benar diperlukan untuk meningkatkan mutu tempur satuan. Selama bertahun-tahun, anggaran Alutsista dihamburhamburkan untuk membeli peralatan yang tidak benar-benar diperlukan dengan bersembunyi dibalik aturan pengadaan. Dihadapkan dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan anggaran pertahanan, Angkatan Darat harus melakukan modernisasi Alutsista untuk memenuhi kebutuhan minimum essential force. Pemenuhan jumlah dan mutu Alutsista menjadi salah satu prasyarat penting dalam proses transformasi Angkatan Darat. Dalam perspektif Angkatan Darat, standar jumlah Alutsista yang memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan Darat adalah minimum essential force. Maka penggantian Alutsista lama merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Penggantian Alutsista tersebut harus dilakukan dengan cermat dan diikuti dengan pengembangan doktrin dan organisasi. Para perancang doktrin dan organisasi harus dilibatkan secara aktif dalam pengadaan Alutsista Angkatan Darat karena perubahan kemampuan Alutsista harus diwadahi dalam doktrin, sehingga dapat didayagunakan secara optimal di lapangan. Ditengah terbatasnya anggaran, Angkatan Darat harus mengembangkan inovasi dan kreativitas guna menggandakan kemampuan Alutsista yang ada. Fungsi penelitian dan pengembangan di lingkungan Angkatan Darat harus diberdayakan secara optimal agar dapat menghasilkan rancang bangun teknologi militer aplikatif yang murah. Kerjasama Angkatan Darat dengan industri strategis dalam negeri harus diperluas pada kerjasama penelitian dan pengembangan. Kerjasama yang dimulai dari proses penelitian dan pengembangan akan menghasilkan produk-produk yang lebih aplikatif dan memenuhi kebutuhan operasional Angkatan Darat. Di sisi lain, ongkos produksi dapat ditekan karena berkurangnya biaya overhead untuk penelitian dan pengembangan. Pengadaan payung udara orang type GP-1 buatan Tulungagung adalah contoh sukses kolaborasi penelitian pengembangan industri dalam negeri dengan Angkatan Darat. Dimensi Kepemimpinan. Pada saat ini sulit untuk mengukur kompetensi kepemimpinan Angkatan Darat karena belum adanya alat ukur yang valid, accountable dan reliable. Masih banyak pemimpin Angkatan Darat pada semua tataran yang belum memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan karakter kepemimpinan dengan baik. Hal ini terindikasi oleh perilaku negatif pemimpin, antara lain perilaku ekseklusifisme yang lebih menonjolkan semangat saya dari pada kita serta lebih mengedepankan tujuan jangka pendek dari pada tujuan jangka panjang. Kompetensi pemimpin Angkatan Darat pada semua tataran masih belum memadai. Misalnya pada tataran operasional, indikasi rendahnya kualitas pemimpin operasional terlihat pada produk-produk operasional yang tidak aplikabel. Sejak keberhasilan operasi Trikora, harus jujur diakui bahwa pemimpin operasional Angkatan Darat belum mewarisi keterampilan para pendahulunya. Dalam operasi tempur di Timor Timur yang digelar selama dua dekade dan operasi di Aceh selama satu dekade lebih, para pemimpin operasional Angkatan Darat tidak berhasil membuktikan keunggulannya. Setidaknya ada dua faktor penyebab kurang andalnya kompetensi kepemimpinan di lingkungan Angkatan Darat. Pertama, belum terstrukturnya sistem pengembangan kepemimpinan di satuan-satuan Angkatan Darat. Kedua, belum tersinkronisasinya mekanisme pengembangan kepemimpinan dalam sistem pendidikan di lingkungan Angkatan Darat. Absennya doktrin kepemimpinan yang representatif untuk dijadikan panduan bagi para Perwira Angkatan dalam melaksanakan peran kepemimpinannya. Kita mungkin boleh berbangga atas pujian masyarakat terhadap kader-kader Angkatan Darat yang Volume 32 No. 4 Desember 2012 13 Edisi Desember Edit_OK.indd 13 12/01/2013 13:52:18

Jurnal Yudhagama Transformasi Angkatan Darat pada dimensi kepemimpinan harus dapat merumuskan konsep pengembangan pemimpin yang diletakkan diatas tiga pilar yang meliputi pendidikan di lembaga pendidikan, penugasan di satuan serta pengembangan pribadi. berhasil di kancah nasional. Namun apabila dihadapkan pada tuntutan agar menjadi organisasi militer kelas dunia, maka kita perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan sistem pendidikan yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin kompeten untuk mengawaki organisasi Angkatan Darat pada semua tataran. Para pemimpin lapangan harus mampu memvisualisasikan lingkungan operasi yang dihadapi dan mengartikulasikannya dalam rencana operasi. Kemudian memimpin pelaksanaan tugastugas operasional secara berdaya dan berhasil guna. Agar dapat diandalkan, Angkatan Darat memerlukan pemimpin-pemimpin kompeten yang dibentuk melalui proses pengembangan kepemimpinan yang terukur. Kompetensi pemimpin di jajaran Angkatan Darat dapat ditinjau berdasarkan tiga aspek. Pertama, ditinjau dari aspek sifat-sifat kepemimpinan (to be), pemimpin yang kompeten akan memancarkan karakter yang kuat dan senantiasa menunjukan sifat-sifat kepemimpinan yang baik seperti loyalitas tiga arah, tanggung jawab, dapat bekerja sama, menjaga kehormatan, berani, memiliki integritas dan sebagainya. Kedua, ditinjau dari aspek wawasan pengetahuan (to know), setiap pemimpin harus berpikir konseptual dan mampu melihat organisasi sebagai sistem serta mampu berpikir dalam multidimensi. Pemimpin juga dituntut memiliki kemauan untuk berfikir sebelum bertindak karena permasalahan yang dihadapi di satuan relatif kompleks. Disamping itu setiap pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik tentang seluk beluk hubungan interpersonal, sehingga dapat berkomunikasi dengan para anggota, rekan sejawat dan atasannya dengan baik. Ketiga, ditinjau dari aspek keterampilan (to do), setiap pemimpin harus memiliki tiga kemampuan yang sangat mendasar. Pertama, mampu memengaruhi (influencing) melalui komunikasi untuk memotivasi orang lain. Kedua, mampu mengembangkan (developing) yaitu menciptakan lingkungan yang positif bagi pengembangan organisasi, pengembangan diri dan pengkaderan pemimpin berikutnya. Ketiga, mampu meraih prestasi (achieving) dalam pelaksanaan tugas dan mencapai tujuan organisasi. Transformasi Angkatan Darat pada dimensi kepemimpinan harus dapat merumuskan konsep pengembangan pemimpin yang diletakkan diatas tiga pilar yang meliputi pendidikan di lembaga pendidikan, penugasan di satuan serta pengembangan pribadi. 6 Ketiga pilar tersebut saling terkait, sehingga harus ditata dengan baik agar terbentuk sistem pengembangan pemimpin yang berkesinambungan. Konsep pengembangan pemimpin tersebut harus terwadahi dalam Buku Petunjuk tentang Kepemimpinan Angkatan Darat yang merupakan bagian integral dari bangunan doktrin Angkatan Darat. Pilar pertama adalah pengembangan pemimpin di lembaga pendidikan. Pilar ini menyediakan pengetahuan dan keterampilan sebagai landasan bagi proses pengembangan pemimpin di satuan. Pendidikan pengembangan umum perwira harus bisa menjadi wahana penggemblengan kader-kader pemimpin Angkatan Darat. Sussarcab, Selapa dan Seskoad tidak hanya memberikan bekal kemampuan teknis, taktis dan operasional dibidang olah yudha tetapi yang lebih penting adalah mengubah sikap dan perilaku kepemimpinan para Perwira Siswa sesuai tatarannya. Proporsi materi kepemimpinan dalam kurikulum pendidikan pengembangan umum perwira perlu diperbesar dan disajikan dengan metode yang dapat menjamin internalisasi nilai-nilai kepemimpinan sekaligus dapat meningkatkan kompetensi kepemimpinan para perwira lulusan pendidikan pengembangan umum tersebut. Pilar kedua adalah penugasan di satuan yang merupakan wahana untuk mengubah potensi menjadi kompetensi perwira sebagai pemimpin lapangan. Pilar ini memberikan pendewasaan para perwira karena harus menghadapi persoalan-persoalan teknis, taktis dan operasional yang memerlukan pemecahan segera. Pengembangan pemimpin di satuan harus terformat dengan jelas dan terukur. Para Komandan Satuan berkewajiban mengembangkan kepemimpinan para perwira bawahannya dengan menggunakan teknikteknik mentoring, coaching atau counseling sesuai kebutuhan di lapangan. Pilar ketiga adalah pengembangan diri yang dilakukan oleh masing-masing perwira. Pilar ini difokuskan pada maksimalisasi keunggulan dan minimalisasi kelemahan perorangan, yang dilakukan secara berkesinambungan, baik selama mengikuti pendidikan maupun selama berada di lingkungan penugasan. Meskipun menjadi tanggung jawab individu, para atasan bertanggung jawab moral untuk memberikan bimbingan kepada perwira bawahannya berdasarkan asas silih asih, asah dan asuh. Dalam proses pengembangan pemimpin, keberadaan doktrin kepemimpinan menjadi sangat 14 Volume 32 No. 4 Desember 2012 Edisi Desember Edit_OK.indd 14 12/01/2013 13:52:18