BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

UNIVERSITAS INDONESIA. TINJAUAN RISIKO ERGONOMI MUSCULOSKELETAL DISORDERs (MSDs) PADA AKTIFITAS PERAWAT IGD RUMAH SAKIT TRIA DIPA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami nyeri pinggang dan Indonesia sendiri diperkirakan jumlahnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas dan produktif. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas kerja

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. X merupakan gabungan antara perusahaan swasta nasional dan

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan yang profesional. Pada saat ini secara umum pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh rumah sakit masih belum terstandarisasi. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan pada kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan masih kurangnya system pengelolaan pelayanan keperawatan. Salah satu diantaranya adalah bahwa sebagian perawat masih belum mengenal dan memahami prinsip-prinsip ergonomi. Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan. (Yassierli, ITB Bandung, 2008). Hampir semua industri dalam proses produksinya selalu terkait dengan aspek ergonomi. Di negara industri, nyeri pinggang bawah dan gangguan fleksibilitas

2 pinggang diderita oleh 50 80 % tenaga kerja. Sering kali pihak manajemen di perusahaan tidak menyadari bahwa cidera akibat pekerjaan yang disebabkan oleh aspek ergonomi menempati urutan terbesar, yaitu kurang lebih sebesar 30 40 % dari total keseluruhan (Jayson, Malcolm, Prof, 2003). Faktor gangguan muskuloskeletal disorders di rumah sakit diakibatkan oleh kondisi berdiri lebih dari 6 jam dan membungkuk lebih dari 10 kali/ jam dan melaksanakan beberapa sikap paksa ( Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja, Depkes RI, 1996, hal 28). Sedangkan menurut Vipiana, 2000 penyebab MSDs adalah peralatan medis dan non medis didatangkan dari luar negeri sehingga perlu banyak penyesuaian bentuk dan ukuran tubuh tenaga kerja/ perawat. Masalah ergonomi di dunia industri sangat signifikan dampaknya, hal ini dikaitkan dengan banyaknya aktifitas kerja yang dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Aktifitas ini diantaranya yaitu manual material handling yaitu pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia yang meliputi mengangkat, mendorong, menarik, mengangkut, menaikkan, menurunkan suatu objek dari suatu tempat atau dimensi serta beban tertentu. Dari banyak factor ergonomi pada aktifitas manual handling yang sering terjadi adalah keluhan terhadap system musculoskeletal yaitu suatu trauma atau cidera. Macam-macam cidera yang ditimbulkan dari kerusakan pada system musculoskeletal antara lain Cumulatif Trauma Disorder (CTD), Repetitive Trauma Disorder, Repetitive Strain Injuries, Work Related Muskuloskeletal Disorder. Tetapi yang paling sering dikeluhkan pada pekerjaan manual handling adalah Cumulatif Trauma Disorder (CTD), dikarenakan adanya pemakaian tubuh pada postur tertentu

3 yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menimbulkan trauma. Jika hal ini dilakukan dengan frekuensi yang sering dan durasi yang cukup lama kerusakankerusakan tersebut akan berkumpul dan menimbulkan rasa sakit. (August Munar, 2000). Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya MSDs akibat kerja dibagi menjadi dua golongan besar yaitu, faktor fisik/ biomekanika dan faktor kimia/ biokimiawi. dari kedua faktor ini, yang lebih sering berperan ialah faktor fisik. (Zuljasri Albar, 2003). Dari hasil penelitian pada tahun 1986, tenaga kerja wanita di rumah sakit di Paris, didapatkan bahwa penyebab utama cuti sakit perawat disebabkan oleh karena adanya gangguan musculoskeletal disorder hampir (16%), dimana dari 16% tersebut, 47% diantaranya mengalami gangguan berupa nyeri didaerah tulang dan pinggang. (Encyclopedy of Occupational Health and Safety). Karakteristik dari gangguan nyeri pinggang berkaitan dengan berdiri, membungkuk yang dilakukan lebih dari 10 kali dalam waktu satu jam atau melakukan beberapa sikap yang terpaksa (Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Depkes RI 1996). Absensi pada perawat yang diakibatkan sakit pinggang lebih kecil, hal ini bukan disebabkan karena perawat lebih fit, tetapi mungkin disebabkan tingginya stoicism (sikap tenang, sabar, dan tabah) (Ergonomics, Work and Health ). Low back pain (LBP) merupakan salah satu jenis kelainan atau penyakit Cumulatif Ttauma Disorder (CTDs) yang terjadi pada bagian tubuh pungggung bawah. CTDs bukan merupakan diagnosis klinis melainkan rasa nyeri karena kumpulan cedera pada system musculoskeletal akibat gerakan kerja biomekanika berulang-ulang

4 melampaui kapasitas. (Wichaksana:2002). Pada kelompok pekerja, LBP merupakan alasan mangkir kerja tersering kedua dan meningkatkan biaya pengobatan setelah common cold. Survey di UK memperkirakan untuk setiap kasus LBP menyebabkan 11 hari hilang di tahun 1995 karena keluhan pekerja (HSE, 1995). Sekitar 34% dari total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit diakibatkan oleh musculoskeletal disorder (MSDs) sehingga memerlukan biaya kompensasi sebesar 15 sampai 20 milyar dollar US (OSHA:2000:4). Untuk melindungi pekerja dan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja pada khususnya, maka pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundangan seperti: 1. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan 2. UU No. 14 tahun 1969 mengenai ketentuan pokok tenaga kerja. a) Pasal 9 : tenaga kerja berhak mendapat perlindungan, keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. b) Pasal 10 : pemerintah membina perlindungan tenaga kerja yang mencakup norma keselamatan kerja dan hygiene perusahaan, norma kerja, pemberian ganti kerugian perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. 3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja a) Bab III pasal 3

5 Mencegah dan mengendalikan timbulnya PAK baik fisik maupun psikis. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan cara proses kerjanya. b) Bab V pasal 9 Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan. Sebagai langkah nyata untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat bebas dari PAK dan kecelakaan kerja maka pemerintah menyarankan perlu adanya identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di tempat kerja dimana hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05/ MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dengan adanya SMK3, maka sumber bahaya ditempat kerja yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja, termasuk didalamnya adalah bahaya ergonomi, dapat diidentifikasi dan dinilai risikonya. Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. Akhirnya, sistem kerja yang ergonomik inilah yang akan

6 menjamin keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dan akan memberikan motivasi positif bagi pekerja untuk meningkatkan performansinya. (Yassierli, ITB Bandung, 2008). Hasil dari penilaian risiko tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan apakah risiko tersebut berada pada level yang dapat diterima atau tidak. Apabila risiko tersebut berada pada level yang tidak dapat diterima maka harus dilaksanakan tindakan pengendalian untuk menekan level tingkat risiko tersebut sehingga berada pada level yang dapat diterima sesuai dengan tingkat prioritas risiko yang ada. Penelitian tahun 2000 di Rumah Sakit Medistra pada perawat Instalasi Gawat Darurat dalam melakukan aktifitasnya mengangkat dan mendorong pasien, 15% mengeluh sakit pinggang, 20% nyeri otot dan 10% mengeluh lelah. (Budhy, 2000). Rumah sakit Tria Dipa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa kesehatan yang dalam memberikan pelayanan perawatan mempunyai aktifitas pekerjaan menggunakan tenaga manusia atau bersifat manual. Hal ini menjadi keinginan peneliti untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Tria Dipa. Penelitian dengan tema tingkat risiko terjadinya muskuloskaletal disorder (MSDs) akibat pengaruh aktifitas kerja ini dilaksanakan di bagian instalasi gawat darurat RSTD dengan menggunakan metode OWAS (Ovako Working Postur Analysing System). 1.2 Rumusan Masalah Aktifitas kerja yang dilakukan oleh pekerja/ perawat banyak dilakukan secara manual handling dengan postur janggal atau statis dimana dilakukan dengan durasi kerja

7 yang lama atau dengan frekuensi yang tinggi dan berulang-ulang (Repetitif). Hal ini dapat mengakibatkan risiko terjadinya muskuloskeletal disorder (MSDs). Berdasarkan masalah tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Tinjauan tingkat Risiko musculoskeletal disorder (MSDs) pada aktifitas perawat di IGD Rumah Sakit Tria Dipa, Pasar Minggu dengan menggunakan metode OWAS. 1.3 Pertanyaan Penelitian Seberapa besarkah tingkat risiko musculoskeletal disorder (MSDs) pada perawat bagian IGD RS. Tria Dipa pada saat melakukan tindakan keperawatan dengan menggunakan metode OWAS? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat risiko ergonomi yang memiliki potensi terjadinya musculoskeletal disorder (MSDs) akibat pengaruh aktifitas kerja pada perawat di bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Tria Dipa. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya tingkat risiko MSDs akibat postur janggal (punggung, lengan dan kaki) pada perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dan prasarana kerja yang digunakan.

8 2. Diketahuinya karakteristik pekerjaan (beban, durasi, frekuensi) yang dilakukan pada aktifitas perawat secara manual handling terhadap risiko terjadinya Muskuloskeletal Disorder. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Rumah Sakit Dengan mengetahui adanya factor risiko ergonomic pada pekerjanya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi pihak manajemen dalam usaha pengendalian cidera penyakit akibat kerja (musculoskeletal disorder), sehingga dapat lebih meningkatkan produktifitas kerja dan dapat menguntungkan pihak Rumah Sakit. 1.5.2 Bagi Peneliti Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan mendapat pengalaman mengenai berbagai bentuk kegiatan dalam bidang ergonomic untuk pekerja khususnya di Institusi Kesehatan seperti Rumah Sakit. 1.5.3 Bagi Akademik Mendapatkan informasi dan wawasan tentang ergonomic khususnya di rumah sakit/ institusi kesehatan untuk selanjutnya perlu terus ditumbuh kembangkan dalam penelitian-penelitian yang lebih komprehensif.

9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Tria Dipa selama bulan Mei 2008 dengan objek penelitian adalah perawat yang sedang melakukan aktifitas pelayanan keperawatan secara langsung kepada pasien di IGD. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko Muskuloskeletal Disorder (MSDs) pada perawat IGD Rumah Sakit Tria Dipa, untuk melihat besarnya potensi bahaya. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung pada perawat yang sedang melakukan aktifitas. Penelitian bersifat deskriptif.