PENILAIAN OTENTIK ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills),

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. : Pengembangan Pendidikan IPS SD. No. Dokumen Revisi: Tgl. Berlaku Hal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. llmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Sekar Purbarini Kawuryan PGSD FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA KODE MK : MT 501

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI FUNGSI DAN PERAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CIRC. Endah Wigati

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD. Oleh Iska Novi Hardiani

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT SIKAP ILMIAH BERBASIS SELF ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD Langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus siklus yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

PENILAIAN OTENTIK ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN PENDAHULUAN DAN KERJA KERAS Sekar Purbarini Kawuryan sekarpurbarini@uny.ac.id Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran serta situasi di mana siswa diharapkan mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) hendaknya menjadi orientasi utama pelaksanaan pembelajaran IPS di SD. Berkaitan dengan hal tersebut, kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain proses pembelajaran dan refleksinya. Refleksi dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Salah satu dasar refleksi yaitu hasil penilaian. Selama ini, proses pembelajaran IPS yang dilakukan guru SD telah melibatkan domain kognitif, afektif (termasuk tujuan karakter yang diharapkan tercapai), dan psikomotorik. Akan tetapi, hal tersebut belum diiringi dengan penilaian hasil belajarnya. Pengukuran pencapaian kompetensi siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS di sekolah yang menjadi fokus kegiatan PPM, cenderung mengutamakan aspek kognitif saja. Penilaian hasil belajar siswa oleh guru hanya 1

dilakukan dengan menggunakan teknik tes untuk menilai aspek kognitif. Teknik nontes untuk mengukur ketercapaian dua aspek lainnya, yaitu afektif dan psikomotor belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, apabila mencermati pengertian kompetensi menurut Jarvis (Endang Soelistiyowati, 2008: 1053) yaitu serangkaian kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang membawa hasil sesuai tujuan (objectives and goals) dan menunjukkan penguasaan pengetahuan intelektual yang bersifat kognitif, kemampuan afektif, sikap, dan karakter pribadi yang dimilikinya, maka kompetensi yang diharapkan tercapai pada siswa SD yang diukur hanya dengan instrumen aspek kognitif saja tidak dapat menampilkan aspek yang lain secara utuh. PEMBAHASAN Salah satu tujuan IPS di SD seperti yang sudah diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas adalah mengharapkan siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Pernyataan tersebut secara jelas sudah mengisyaratkan bahwa ketercapaian kompetensi sesuai uraian tujuan membutuhkan instrumen penilaian ranah afektif atau ranah sikap (karakter). Dalam konteks ini, penilaian karakter siswa penting dilakukan karena salah satu peran sekolah adalah menumbuhkembangkan anak menjadi pribadi yang utuh. Penilaian karakter berada pada ranah afektif. Djemari Mardapi (2011: 190) menyatakan bahwa penilaian pada ranah afektif memerlukan data yang bisa berupa kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui pengukuran atau pengamatan yang hasilnya dalam bentuk angka, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui pengamatan. Oleh karena itu, penilaian ranah afektif memerlukan instrumen nontes. Dengan teknik nontes, penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa dilakukan tanpa menguji siswa, melainkan dengan cara penilaian tertentu. Penilaian dengan teknik nontes bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi 2

hasil belajar siswa dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric domain). Penilaian dengan teknik nontes digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan siswa. Penilaian ini termasuk dalam kategori penilaian otentik, yaitu suatu penilaian yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994). Sementara itu, Mueller (2006: 1) mengemukakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung. Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas bila dinilai secara langsung. Sebagai contoh, kemampuan berargumentasi atau berdebat, atau keterampilan berinteraksi dengan orang lain pada saat melakukan sesuatu. Selain itu, dalam hal-hal tertentu, ada tugas-tugas yang tidak dapat dikerjakan di dalam kelas, tetapi harus dikerjakan di luar jam pelajaran, bahkan di luar sekolah. Oleh karena itu, penilaian otentik menghendaki siswa untuk membangun sesuatu secara mandiri. Hasil dari penilaian ini dapat dilihat dari situasi nyata yang diberikan dalam proses penilaian. Pemilihan kedua karakter dalam kegiatan pengabdian didasari dengan beberapa pertimbangan. Pertama, karakter kepedulian, khususnya kepedulian sosial, penting untuk ditumbuhkembangkan pada siswa yang bertempat tinggal dan bersekolah di perkotaan. Harapannya, siswa akan bersikap dan bertindak dengan bijak ketika orang lain atau masyarakat di sekitar membutuhkan bantuannya. Kedua, karakter kerja keras juga tidak kalah penting untuk ditumbuhkembangkan sehingga nantinya siswa berperilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh ketika mengalami berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan pembelajaran IPS, penilaian karakter kepedulian dan kerja keras dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, khususnya dalam pembelajaran di kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6). Selanjutnya, mengembangkan indikator dan membuat lembar penilaiannya. Berikut adalah contoh lembar observasi penilaian otentik karakter kepedulian dan kerja keras bagi siswa SD kelas IV. 3

Standar Kompetensi Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi. Kompetensi Dasar 1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya Indikator 1. Kognitif a. Proses: Mendiskusikan contoh gejala alam yang pernah terjadi di Provinsi DIY. b. Produk 2. Afektif Menyusun laporan tentang salah satu gejala alam yang berdampak negatif di Provinsi DIY Mengikuti kegiatan diskusi dengan antusias 3. Psikomotorik Mempresentasikan laporan hasil diskusi LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS Aspek yang Dinilai Menyatakan pendapat sendiri (kerja keras) Membantu teman dalam menyelesaikan tugas (kepedulian) Mendengarkan teman ketika menyampaikan pendapat (kepedulian) Mengembalikan peralatan yang dipakai ke tempat semula (kepedulian) Mengumpulkan tugas tepat waktu (kerja keras) Keterangan: 4 = Selalu; 3 = Sering; 2 = Kadang-kadang; 1 = Tidak pernah Skala 4 3 2 1 Karakter kepedulian, sesuai dengan makna yang sudah diuraikan pada bagian terdahulu, dapat dilihat dari sikap dan tindakan yang dilakukan dengan bijak ketika orang lain 4

membutuhkan bantuan. Dalam hal ini, siswa diamati dari sikapnya ketika membantu teman dalam menyelesaikan tugas dan tindakannya untuk mengembalikan peralatan yang dipakai ke tempat semula. Untuk karakter kerja keras nampak dari perilaku siswa yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh ketika mengalami berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Perilaku sungguh-sungguh diukur dari upaya yang dilakukan siswa ketika berusaha mengemukakan pendapatnya sendiri. Sementara itu, perilaku yang menunjukkan bahwa siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya diukur dari ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas yang diberikan, yang dalam hal ini berupa laporan hasil diskusi tentang gejala alam di Provinsi DIY. PENUTUP Kemampuan afektif, sikap, dan karakter pribadi yang dimiliki siswa dapat diukur dengan teknik nontes sebagai penilaian otentik. Penilaian karakter kepedulian dan kerja keras dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang disusun dengan beberapa tahapan, yaitu mengidentifikasi SK dan KD, mengembangkan indikator, mengembangkan instrumen penilaian. Daftar Pustaka Djemari Mardapi. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Yogyakarta. Hart, D. (1994). Authentic Assessment, A Hand Book for Educators. New York: Addison Wesley Mueller, John. 2008. Authentic Assessment Toolbox. North Central College, Naperville, http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.htm (diunduh 27 Agustus 2010) 5